First Movement

10.3K 1.3K 487
                                    

Terlihat Wonwoo yang sedang berbicara serius dengan wanita berumur didepan pintu sebuah toko kecil. Lagi-lagi Wonwoo dengan setelan serba longgarnya dan juga coat coklat selutut untuk menutupi baby bump-nya. Keduanya tersenyum sebelum saling berjabat tangan. Yang kemudian Wonwoo menerima kunci yang diserahkan oleh wanita itu.

"Terima kasih bibi."

"Aku juga berterima kasih nak. Rawatlah toko kecil ini dengan benar ya. Ini hasil kerja kerasku dengan suamiku."

Wonwoo tersenyum manis menanggapi ucapan wanita yang ia panggil bibi.

"Apa setelah ini bibi akan pulang?"

"Iya, anakku sudah menunggu dirumah."

Wonwoo kembali tersenyum, wanita didepannya ini begitu ramah. Baru saja mereka mencapai sepakat dan Wonwoo membeli toko kecil miliknya. Toko yang Wonwoo inginkan, sederhana, tidak terlalu besar, dan tidak jauh dari tempat tinggalnya sekarang. Mungkin hanya dengan berjalan kaki sekitar lima belas sampai dua puluh menit dari tokonya sampai ke gedung apartemen miliknya.

"Mau aku antar bi?"

Wanita tua itu tersenyum, sangat menyukai kebaikan hati Wonwoo. Ia juga cukup jeli untuk menangkap pergerakan tangan Wonwoo yang sesekali mengusap perutnya tanpa sadar.

"Tidak perlu nak, bayimu akan lelah jika terus diajak jalan-jalan dengan ibunya." Jawabnya sambil terkekeh pelan.

"A-ah..." Seperti pencuri yang tertangkap basah, Wonwoo yang tersadar segera menarik tangannya yang ternyata tengah mengelus pelan perutnya. Wanita itu justru tertawa melihat tingkah Wonwoo. Ia mengusap lembut tangan Wonwoo seperti memberi dukungan.

"Kau tidak bisa membohongiku tentang yang satu itu, aku juga pernah mengandung." Katanya masih tertawa, membuat Wonwoo makin terdiam canggung.

"Sudah hampir sore, pulanglah nak kau harus istirahat. Bibi bisa pulang sendiri."

Maka, Wonwoo hanya bisa menuruti kemauan wanita itu. Lagipula urusan mereka sudah selesai disini.

"Baiklah, aku pulang dulu bibi. Terima kasih, aku akan mengurus toko ini dengan baik. Sampai jumpa lagi, aku permisi."

Wonwoo membungkuk sebentar sebelum beranjak diikuti ucapan ramah wanita berumur itu.

"Hati-hati dijalan nak."

Selama perjalanan pulang, wajah Wonwoo dihiasi senyum senang. Akhirnya ia mendapatkan toko yang ia inginkan. Rencananya, setelah bayinya lahir dia akan mengelola toko itu dengan membuka usaha kecil. Kira-kira dua puluh meter lagi ia sampai digedung apartemennya namun ia dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Pemuda tinggi yang tengah berjalan dengan matanya memandang sekitar dengan awas, seperti tengah mencari sesuatu. Itu Mingyu, Ia tersadar ketika Mingyu berjalan kearahnya. Sontak Wonwoo langsung masuk terburu kedalam toko baju yang ada didekatnya. Menghindar, agar jangan sampai pemuda tinggi itu melihatnya.

"Mingyu?..., Sedang apa dia disini?"

Wonwoo memperhatikan sosok tinggi itu dari dalam toko. Melihat Mingyu yang mengacak wajahnya kesal dan semakin berlalu. Ia menunggu sekitar sepuluh menit sampai ia yakin kalau Mingyu benar-benar telah menjauh. Barulah ia keluar dan kembali melanjutkan jalannya dengan agak terburu.

Perasaan aneh menyeruak memenuhi hati Wonwoo. Hampir lima bulan sejak perpisahan mereka. Bohong jika Wonwoo tidak rindu dengan mantan kekasih yang merupakan ayah biologis dari bayinya ini. Dengan melihatnya tadi, rasa rindu dalam hatinya terbayar sedikit. Walau ia tidak bisa lagi memeluk bahu lebar itu tapi setidaknya ia telah melihat wajahnya.

AKRASIA | Meanie✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang