Liz : Hope

6.4K 1K 511
                                    

Kalau aku cerita bagaimana bisa sampai bisa memutuskan ke Balikpapan, mungkin kau bakal bilang aku ini gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau aku cerita bagaimana bisa sampai bisa memutuskan ke Balikpapan, mungkin kau bakal bilang aku ini gila. Itulah kenapa aku nggak bilang ke siapa-siapa, termasuk orangtuaku.

Aku kenal Andika Gautama sebulan yang lalu di grup Facebook Komunitas Autisme Indonesia yang entah kenapa kuikuti setelah kematiannya. Dia mencari terapis untuk adiknya. Syarat terapisnya cuma sabar, bersedia bekerja seharian penuh, dan pernah menangani penderita autisme. Yang membuatku tertarik adalah dia menggunakan kata "penderita" bukan "penyandang". Kupikir mungkin dia sepemikiran denganku dan orang-orang yang menganggap autisme itu bisa disembuhkan, bukan sekadar diterapi. Tapi, waktu itu aku nggak punya keberanian untuk mengetikkan apa pun di kolom komentar. Yang kulakukan cuma memberikan tanda "Super" agar postingan itu nggak tenggelam karena postingan di grup itu cukup ramai.

Seminggu setelah pengumuman itu, Andika Gautama membuat pengumuman lagi. Kali ini dia menyertakan kalimat baru, "Gaji lima juta rupiah. Nett. Makan, transportasi, dan biaya lain-lain ditanggung."

Untuk cewek yang berpikir tentang lari dari rumah dan semua kehidupan yang menempel padanya, angka itu cukup menggiurkan. Angka itu jelas lebih baik daripada bekerja di toko buku. Kalau dalam tiga bulan bisa mendapatkan gaji bersih lima belas juta, mungkin aku bisa punya modal untuk menjadi traveler. Mungkin juga aku akan menyukai Balikpapan dan bertahan sampai sepuluh bulan di sana. Itu artinya, aku bisa pulang dengan membawa lima puluh juta. Lumayan sekali, kan?

Tapi, bagaimana kalau dia bohong? Bagaimana kalau dia ternyata penjual cewek-cewek prostitusi?

Dua jam kemudian aku memutuskan untuk stalking akun Facebook-nya.

Gagal. Semua keterangan tentang Andhika Gautama dikunci untuk publik. Yang kutahu dari akun itu cuma dia laki-laki yang bekerja di perusahaan minyak, lulusan Fakultas Geologi universitas ternama di Yogjakarta, menyukai band Queen (dia memajang foto Freddy Mercury tanpa caption atau quote di Facebook Cover-nya. Kalau bukan karena dia penggemar Queen, apa lagi coba?), dan dia memajang foto diri sedang berada di atas batu besar waktu senja. Sialnya, di dalam foto itu dia membelakangi layar. Yang bisa kulihat cuma bahu lebar dan tubuh yang kelihatan atletis. Itu juga kalau benar yang ada di dalam foto memang dia. Kalau cuma diambil dari Google, bagaimana?

Kenapa sih orang suka memajang foto yang sangat nggak informatif di media sosial? Bagaimana cara orang lain tahu kalau itu kenalan atau saudara jauhnya atau mantan yang harus dihindari?

Kenapa sih orang suka memajang foto yang sangat nggak informatif di media sosial? Bagaimana cara orang lain tahu kalau itu kenalan atau saudara jauhnya atau mantan yang harus dihindari?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Finn (Terbit; Gramedia Pustaka Utama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang