02 - matchmaker pt.1

3.7K 672 173
                                    

[ Bandung, 29 September 2014 ]

Jef&Rosie 17th y.o

"Pengen snm aja biar ga ngerjain soal sbm~~" ujar Rosie sibuk dengan bungkus permen chupa chups yang sulit ia buka. Jef yang baru duduk sehabis olahraga karna tepat sebelum istirahat kedua kelasnya ada jam penjas pun segera mengambil alih permen chupa chups itu dan dengan mudah membuka bungkusan permennya.

"Thanks!" Kata Rosie sambil mengambil permen itu dari tangan Jef dan segera mengulumnya.

"Apa lo yakin nilai rapot lo memenuhi kriteria buat snm?" Tanya Jef kini dengan santai meneguk jus jambu yang dibelikan Rosie.

Entahlah, sejak kejadian di bus di bulan September tahun kemarin mereka jadi makin dekat. Padahal selama mereka bersekolah disini mereka tidak saling mengenal mengingat kelas mereka saja saling berjauhan.

Jeffrey 12 mipa 3 dan Rosie sendiri 12 ips 1. Kelas anak ips sama mipa berada di gedung yang berbeda. Tapi karna kejadian radio dan tangisan Rosie dalam bus mereka akrab dengan cepat.

Rosie tipekal anak yang jarang menangis, kecuali karna film sedih. Makannya nangis di samping orang asing membuat ia agak malu. Tapi Jef yang santai membuat Rosie yang saat itu belum kenal Jef bisa langsung terbuka soal kesedihannya.

Memang ya, tahun 2013 itu tahun sial nya Rosie dan Jeffrey.

Saat itu Jef juga bilang kalau hari itu hari dimana papahnya meninggal dan mungkin dia bakal pergi ke Yogya buat pemakaman ayahnya saat turnament basket nya dilaksanakan. Padahal ia sudah berlatih satu bulan lamanya untuk pertandingan itu. Dan karna dia ga ikut turnament penting itu, tim nya kalah.

Rosie jadi malu.

Dia cuma kena masalah soal tangannya yang sakit aja udah nangis kejer dan ngerasa dunia ini ga adil sama dia. Sedangkan Jef yang harus kehilangan sosok ayah dalam hidupnya masih bisa menghibur Rosie dengan memberikan sapu tangan waktu itu.

"Gue sedih sih, cuma kalau berlebihan pasti bokap gue kecewa dan ikut sedih"

Dari situ Rosie banyak belajar sama Jeffrey kalau kita ga boleh terlalu lama larut dalam kesedihan dan menganggap satu keburukan menjadi akhir dari segalanya.

"Kata si penyiar tadi kan gapapa sedih, tapi jangan terlalu larut. Karna dunia ga akan berhenti gitu aja saat lo terpuruk. Kehidupan terus berlanjut jadi kita harus bisa bangkit dan menghadapi kenyataan supaya kita bisa bahagia lagi"

Bahkan malam itu Jef mau mengantar Rosie sampai ke depan komplek rumahnya untuk memastikan Rosie aman hingga rumah.

Pokoknya dari Jeffrey, Rosie belajar banyak hal.

"Dengerin yah, walau di kelas 10 sama 11 gue sibuk dispent latihan piano buat lomba, nilai gue ga buruk dan gue masih bisa berdiri di ranking 10 besar kelas" sombong Rosie.

"Kalau ranking paralel satu angkatan?"

"Itu sih..."

"Snm jangan di jadiin patokan buat masa depan Rosie. Mereka yang masuk mungkin juga bukan karna mereka layak, kata Kak Dirga anak yang hoki doang" kata Jef sambil mengelap keringat di lehernya pelan.

"Ish! Jangan ngeremehin! Lo ga tau kan usaha kita buat bikin nilai kita naik persemester!" Kata Rosie sambil meraih tisue dari saku seragamnya dan mengelap keringat Jef yang masih ada di leher dan dahi nya.

Rosie fokus mengusap keringat itu sampai tak sadar kini mereka malah jadi saling terdiam. Terlebih Jef merasakan hal aneh setiap kulitnya bersentuhan dengan tisue dari tangan Rosie.

114.2 fmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang