Beautiful Accident | | PART FIRST : Let's start our story

286K 6.6K 117
                                    

Happy Reading!

♥♥♥

"Luc!" Mendengar namanya dipanggil, pemuda itu langsung membalikkan badannya.

Brian, seorang General Manager sekaligus kakak iparnya menghampiri seraya mengacungkan sebuah pena. "Ini, kau meninggalkannya di meja rapat tadi."

Lucas menerima pena itu dan menyelipkannya kedalam beberapa dokumen yang memang sedari tadi dipegangnya. "Thanks kak," ucapnya. Brian mengangguk meng-iya-kan.

Mereka berdua sedang berjalan kearah lift. "Kau makan siang dimana, Luc?" Tanya Brian.

Lucas menatap Jacob & co. Billionare watch yang bertengger cantik di tangannya. "Sepertinya aku pesan saja. Ada beberapa hal yang akan aku periksa," jawab lucas.

"Kalau begitu aku akan keruangan mu. Ursula mengantarkan banyak makan siang tadi. Dia bilang aku harus mempercayai-nya kali ini." Lucas terkekeh. Dia sangat mengenal kakak perempuan satu satu-nya itu. Tidak bisa memasak, tapi selalu memaksa orang lain untuk mencicipi makanannya.

Pintu lift terbuka, mereka melangkahkan kaki memasuki ruangan besar Lucas. "Baiklah, tapi sebaiknya aku pesan saja. Kalau kakak tidak boleh," goda Lucas sambil menuju kursi kebesaran-nya.

Brian mendengus pelan. "Tidak ah, aku ingin makan enak siang ini."

Lucas tertawa keras sambil mengangguk angguk kan kepalanya. Kakak ipar-nya ini memang sedikit kurang beruntung. Bukan hanya Brian, Lucas dan semua anggota keluarganya pun begitu. Jika mereka semua sudah berkumpul ke Penthouse orang tuanya, kakaknya: Ursula akan menjadi orang pertama yang mencalonkan diri memasak untuk semua orang. Dan terjadilah bencana besar.

Lucas memesan makanan lewat ponselnya. Dia membuka jas dan meletakkannya di belakang kursi kebesaran-nya. Dan mulai membuka berkas-berkas dimeja.

Brian melihatnya jengah. "Oh ayolah adik ipar, jauh kan kertas-kertas itu. Ini jam makan siang." Brian memutar bola matanya. Dia sangat heran dengan adik ipar penggila kerja yang satu ini.

Lucas menghentikan aktifitas membaca berkas, melirik Brian. Dia memutuskan untuk berjalan dan mendudukkan bokongnya di sofa tempat Brian duduk.

"Aku bosan jika tidak bekerja," ucap Lucas sambil menggulung kemeja putihnya.

"Kau sangat mencintai pekerjaanmu." Itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan sepenuhnya benar dari Brian. Lucas hanya menggedikkan bahunya. Mereka berdiam beberapa saat.

"Jadi, bagaimana? Kau tetap akan mengambil jabatan CEO itu di paris?" tanya Brian memulai kembali obrolan.

Lucas menghela nafas. "Mau bagaimana lagi? Kau tau Daddy sangat pemaksa," tukasnya.

Brian terkekeh pelan. "Lagi pula, ini kesempatanmu untuk membuktikan bahwa nantinya kau layak menduduki jabatan CEO diperusahaan induk ini. Sementara waktu, diperusahaan cabang dulu," jelas Brian. Walaupun dia tau bahwa adik iparnya ini sudah sangat layak menduduki Jabatan tertinggi di perusahaan.

Lucas menganggukkan kepalanya. "Kakak benar,Direktur utama saja belum cukup bagiku diperusahaan induk ini. Tak masalah aku ditugaskan di perusahaan cabang dulu. Aku akan buktikan pada Daddy," serunya dengan semangat.

"That's my bro." Brian memukul bahu lucas pelan. "By the way Luc, jika kau pindah ke paris nantinya, bagaimana dengan gadis beruntung itu?" tanya Brian.

Lucas mematung. Dia bahkan sudah melupakan kejadian bersejarahnya bersama seorang gadis malam itu.

Ini sudah hampir sebulan sejak kejadian malam bersejarah itu terjadi. Besoknya, Lucas mencoba mencari gadis yang tidur bersamanya di kamar Club malam itu. Tapi hasilnya nihil. Gadis itu seakan ditelan bumi. Lucas pun hanya menceritakan hal ini pada Brian, karena dia sangat percaya pada kakak iparnya ini. Dia menolak untuk mengatakan pada Mommy, Daddy apalagi Ursula, kakaknya. Dia yakin pasti keluarganya kecewa. Lama tidak mendapatkan keberadaan gadis itu, Lucas menyerah. Lebih baik dia fokus pada pekerjaan-nya ini.

Beautiful AccidentWhere stories live. Discover now