Finn - Death

6.4K 999 190
                                    

Ibu Montik mengajarkan banyak hal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ibu Montik mengajarkan banyak hal. Ibu Montik juga mengajarkan tentang membaca dan menulis. Ada tulisan bahagia yang menggembirakan. Ada tulisan menyedihkan yang berisi kematian-kematian. Orang menyebutnya tragedi.

Ibu Montik berkata kematian itu menyedihkan. Kematian membuat orang menangis. Kematian adalah tragedi. Ayah Agus menyebut saya tragedi. Jadi, saya sama dengan kematian.

Saya menyedihkan. Mungkin ini benar. Mungkin artinya tidak pasti. Hanya Ayah Agus yang mengatakan saya menyedihkan. Ibu Montik tidak setuju.

Ayah Agus mengatakan kalau kelahiran saya adalah kematian untuk semua harapannya. Kata Ayah Agus, seharusnya saya tidak usah lahir saja. Tapi, Ibu Montik tidak setuju. Kata Ibu Montik, kelahiran saya adalah awal kehidupannya. Ibu Montik berkata saya tercipta untuk membuatnya merasa dibutuhkan dan hidup.

Saya mencintai Ibu Montik dan Ibu Montik mencintai saya.

Cinta adalah perasaan bahagia saat saya bersama orang lain. Saya jadi tidak ingin berpisah atau melakukan hal lain selain bersama dengan orang itu. Begitu kata Ibu Montik.

Saya setuju.

Saya suka bersama Ibu Montik. Saya suka bersama Kak Dika. Tapi, Kak Dika tidak suka bersama saya. Ibu Montik bersumpah kalau Kak Dika juga mencintai saya dengan caranya sendiri.

“Apa pun yang dilakukannya, kamu harus tetap mencintainya, Finn. Dia itu saudaramu. Saudara itu harus saling mencintai. Saudara punya ikatan yang tidak bisa digantikan apa pun.” Begitu kata Ibu Montik.

Ayah Agus tidak mencintai saya. Ayah Agus membenci saya. Saya takut bersama Ayah Agus. Ayah Agus suka memukul. Ayah Agus suka membentak. Cuma Ibu Montik yang bisa menghentikan pukulan dan bentakan Ayah Agus. Saya tenang jika ada Ibu Montik. Tapi, sekarang Ibu Montik tidak ada di sini. Ibu Montik berbaring dibungkus kain putih.

Ibu Montik meninggal.

Meninggal itu sama dengan mati, wafat, dan tewas. Kata Ibu Montik, orang senang menggunakan kata yang berbeda agar tidak bosan. Berbeda membuat saya bingung. Berbeda membuat saya tidak tahu harus menjawab apa.

Ayah Agus menampar saya kalau mengucapkan kata yang salah. Saya tidak mau ditampar Ayah Agus. Jadi, saya diam.

Kepala saya berdengung. Kepala saya seperti dipukul batu. Saya pernah dipukul batu. Anak-anak itu melempari saya dengan batu. Anak-anak itu terus melempari saya sampai Kak Dika datang. Kak Dika memukuli mereka. Tapi, Ibu Montik memarahi Kak Dika. Ibu Montik berkata, "Ibu tidak pernah mengajarkanmu jadi brandalan, Dika."

Seharusnya Ibu Montik mengajarkan saya matematika. Seharusnya Ibu Montik di kamar bersama saya. Seharusnya Ibu Montik tidak dibungkus kain putih.

Orang-orang berkumpul di sekitar Ibu Montik. Mereka membacakan doa dari sebuah buku mengaji kecil. Suara mereka seperti lebah yang berdengung keras. Ada yang mengangguk-anggukkan kepala, ada yang menangis, ada yang saling berbisik sambil menutup mulut dengan tangan, ada yang menatapku terus, ada yang berbicara dengan Ayah Agus, ada yang mengelilingi Kak Dika sambil mengusap bahunya.

Finn (Terbit; Gramedia Pustaka Utama)Where stories live. Discover now