"Mencintaimu dalam diam adalah caraku, merindukanmu dalam do'a adalah usahaku. Tak ada yang tidak mungkin ketika ku sudah melibatkan Allah dalam segala hal, termasuk usahaku untuk bisa mendapatkanmu dengan ijin dari-Nya"
--Adhitama
***
Rayyan: "Tam.. Kamar lo disini, sebelah kamar adik gue. Dan sebelahnya lagi itu kamar gue" tunjuk Rayyan pada Tama saat mereka hendak tidur
Rayyan: "Gue yakin lo nggak bakalan macem-macem sama adik gue, jadi gue harap lo jaga kepercayaan dari gue"
Tama mengangguk mengiyakan perkataan Rayyan. Setelah itu Rayyan pamit undur diri untuk melelapkan diri di kamarnya.
Tama pun memasuki kamar yang dikatakan oleh Rayyan tadi. Tama terus tersenyum lagi-lagi dia mendapatkan kebahagiaan karena bisa dekat dengan gadis yang selalu ia impikan, saat ini jarak mereka hanya tembok dan Tama berharap bila suatu saat nanti ia bisa lebih dekat dari ini dan tak ada jarak diantara keduanya.
Perlahan Tama memejamkan matanya dimalam yang terus diguyur hujan tanpa henti.
Beberapa jam kemudian Tama mendengar suara benda yang terjatuh dan mengusik tidurnya malam itu. Tama diam sejenak dan berusaha mengumpulkan nyawanya untuk melihat apa yang terjadi diluar sana.
Perlahan Tama membuka pintu kamarnya dan mulai menajamkan indra pendengarannya untuk memastikan arah sumber suara tersebut. Dan setelah mamastikan cukup lama Tama menduga bahwa sumber suara berada di kamar Fikrah. Rasa khawatir mulai menghampirinya Tama hanya takut terjadi sesuatu pada Fikrah.
Tama pun mulai mengetuk pintu Fikrah secara perlahan
Tama: "Fik.. Kamu gak papa??" tanya Tama dibalik pintu kamar Fikrah
Tama pun mendekatkan telinganya ke arah pintu kamar Fikrah, samar-samar terdengar suara kesakitan didalamnya. Hal itu membuat Tama semakin diguncang oleh kekhawatiran.
Tama pun berlari ke kamar Rayyan, harap-harap ia mendengar suaranya yang berteriak memanggil namanya.
Tama: "Ray... Bangun Rayy adik lo teriak kesakitan" panik Tama
Sebenarnya Tama bisa saja langsung masuk ke dalam kamar Fikrah, hanya saja Tama takut jika Fikrah sedang tidak memakai jilbab dan ia pikir jika ia langsung masuk takut terjadi fitnah antara dirinya dan Fikrah nanti. Hingga tak ada pilihan lain selain membangunkan Tama untuk segera menolong Fikrah.
Beberapa saat kemudian setelah banyaknya ketukan pintu darinya, akhirnya Rayyan pun membuka pintunya
Rayyan: "Kenapa sih tengah malem gedor-gedor pintu kamar orang??" tanya Rayyan yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya
Tama: "Adik lo dia mecahin sesuatu terus teriak kesakitan, gue gak berani masuk takut dia gak pake jilbab" kata Tama panik
Rayyan: "Astagfirullah" Rayyan pun terperanjat kaget dia pun langsung berlari dan membuka pintu kamar Fikrah, dilihatnya Fikrah yang telah berada di atas lantai dengan pecahan gelas diantara tangan Fikrah
Fikrah: "Arghhh.. Kak, bantuin aku.." ucap Fikrah sangat lemah
Rayyan: "Kamu mau kemana?? Kamu kan lagi sakit" ucap Rayyan khawatir
Fikrah: "Aku mau ambil minum kak" jawab Fikrah menunduk karena takut akan kemarahan kakaknya
Rayyan: "Yaudah kamu diem dulu disini, kakak ambil dulu minum.. Jangan lupa kamu pake kerudung kamu, disini ada Tama.. Kayaknya dia mau liat keadaan kamu" ujar Rayyan memberitahu Fikrah
Fikrah: "Iya kak" jawab Fikrah
Fikrah pun segera memakai jilbabnya dan berpikir sejenak siapa Tama? --Batin Fikrah
YOU ARE READING
Setitik Rasa
Teen FictionMelihatnya adalah kebahagiaan yang datang tiba-tiba Mendengar namanya terasa menggetarkan jiwa Mencintainya adalah anugerah yang sangat indah Mengingatnya adalah hal yang membuat jiwa terluka.. Cinta dalam diam memang selalu tersiksa Karna ku tak pe...
