[34] Decision

193 10 2
                                    

"Ayo beres-beres guys, kita mau pulaang!"

Okta berteriak di ambang pintu kamar homestay tempat ia dan teman-temannya menginap. Pagi ini, 6 sekawan tersebut memang sudah dijadwalkan untuk pulang ke Jakarta. Para lelaki sudah terlebih dahulu merapikan barang bawaan mereka dan mengangkutnya ke mobil. Sebaliknya, para gadis belum juga selesai merapikan barang-barang mereka. Karena mereka bertiga kesiangan bangun akibat semalam begadang untuk karaokean di kamar.

"Berisik lo! Sini bantuin nggak usah teriak-teriak mulu," Adine ngegas sambil mondar-mandir membawa barang-barangnya untuk dimasukkan ke koper miliknya.

Vievy sih tenang-tenang saja, toh barang bawaan miliknya tidak banyak. Bahkan gadis itu sudah hampir selesai. Hanya tersisa perlengkapan mandinya yang masih tergeletak di kamar mandi. Vievy bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamar mandi.

"Gue mandi duluan ya, semangat ya guys beresinnya!" Lalu ia segera masuk ke kamar mandi. Sedetik kemudian, ide jahil pun terlintas di pikiran gadis itu. Ia menyembulkan kepalanya dari dalam kamar mandi lalu berteriak heboh.

"AWAS ADA KECOA!"

"MANA ANJENG?"

"HAHHH?? EH SUMPAH SUMPAH MANA KECOA??" sontak Adine dan Okta langsung berhambur naik ke tempat tidur sambil meneliti setiap inci kamar mereka mencari keberadaan makhluk laknat tersebut.

"MANA WOI NGGAK USAH NGIBUL LO VIE??" Okta masih misuh-misuh sendiri.

Namun pencarian mereka tidak membuahkan hasil apa-apa alias nihil. Kini kedua gadis tersebut gantian menatap Vievy dengan sinis. Vievy sudah menahan tawanya sejak tadi. Namun ia tidak bisa menahan lagi tawanya apalagi melihat wajah kedua temannya yang sudah pucat itu.

"ANJIR BERCANDAAN LO NGGAK LUCU VIEVY!" Teriak Okta mengisi keheningan kamar. Sementara Adine sudah bersiap melemparkan sandal miliknya ke arah Vievy yang sedang tertawa terbahak-bahak. Namun Vievy dengan sigap menutup pintu kamar mandi sekaligus menguncinya agar teman-temannya itu tidak bisa menjahili dirinya. Vievy puas sekali melihat ekspresi kedua temannya tersebut.

"Bangsat temen lo itu."

"Lah sahabat lo anjir."

***

Perjalanan panjang yang mereka tempuh telah berakhir. Tibalah mereka di kota tempat tinggal mereka, Jakarta. Namun ternyata para anak muda itu belum lelah dan sengaja mengelilingi kota metropolitan tersebut dengan mobil mereka. Kebetulan, jalanan siang itu sedang lengang. Jarang-jarang, kan, jalan raya di Jakarta tidak dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Maka mereka pun memanfaatkan momen tersebut untuk pergi ke salah satu tempat yang dari dulu ingin mereka kunjungi tetapi selalu tak sempat karena terbentur waktu sekolah.

Adine sebagai penunjuk jalan mengambil alih kursi di samping sopir yang tadinya ditempati oleh Okta. Begitu juga dengan kursi sopir yang kini ditempati oleh Zaidan. Katanya sih, Langit sudah lelah menyetir hingga membutuhkan istirahat. Nyatanya, Langit dan Okta yang duduk di kursi paling belakang malah ketawa-ketiwi sambil menonton video-video lucu yang lewat di linimasa twitter mereka.

Setelah satu jam menyusuri kota Jakarta, akhirnya mereka telah tiba di tempat tujuan. Kafe yang terletak di atap sebuah gedung pencakar langit yang menyajikan pemandangan indah sore hari di Jakarta. Kafe tersebut belum banyak diketahui warga Jakarta sehingga pengunjung hari ini tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa meja yang terisi. Kebanyakan adalah pasangan yang sedang berbincang-bincang sambil menikmati secangkir kopi.

Vievy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang