Bab 6

162 16 2
                                    

Aku tidak ingin mencari penggantimu. Tapi, kenapa mereka bersikeras ingin mencari penggantimu?—Adara Valerie

-PISCES-

"Ayo, nak Randi dimakan."

"Eh, iya, tante." Randi hanya tersenyum mendapat perlakuan baik dari mama Dara.

Ya, benar, mama Dara. Jangan tanyakan apa yang terjadi. Ini benar-benar tidak ada di bayangan Dara. Sekarang, Randi malah ikut makan malam di rumah Dara dan juga bersama mamanya. Dara sebenarnya tidak paham, kenapa mamanya tidak pulang larut malam seperti biasanya.

"Mama kenapa udah pulang?" tanya Dara dengan pandangan mata penuh selidik.

"Loh, bukannya kamu senang kalau mama pulang lebih awal?"

"Ara emang senang, ma. Tapi, aneh aja mama pulang lebih awal."

Mama Dara pun memberi senyum manis pada anak semata wayangnya. "Mama pengen lebih dekat sama kamu, Ra. Semenjak Danial—"

"Ma, jangan, di sini ada Randi," ujar Dara mengingatkan.

Sesaat akhirnya mama Dara pun tersadar, bahwa ada orang lain selain dia dan anaknya di ruangan ini. Randi yang awalnya menundukkan kepalanya segera menengadahkan wajahnya, kala Dara menyebutkan namanya. Terlihat dari raut wajah Randi bahwa ia merasa tak enak dengan perbincangan antara ibu dan anak itu. Tapi, Randi penasaran siapa Danial? Sebegitu dekatkah Danial itu dengan keluarga Dara. Mungkin saja Danial yang disebutkan oleh Dara tadi adalah anggota keluarganya.

Setelah Mama Dara menyebutkan nama Danial, seseorang yang entah siapa tidak Randi kenal. Keadaan mulai menjadi canggung, tidak ada yang memulai obrolan kembali. Hanya suara berisik piring dan sendok bersentuhan yang memenuhi kecanggungan antara mereka. Akhirnya Randi memutuskan untuk pulang saja, lagipula ini juga sudah malam tidak mungkin ia membiarkan mamanya di rumah sendirian. Iya, Randi hanya mempunyai seorang ibu, ayahnya meninggal karena kecelakaan. Berat bagi Randi yang belum merasakan kasih sayang seorang ayah saat beranjak remaja. Ia juga merindukan sosok ayah di hidupnya.

Sekarang Randi sudah berdiri dan berpamitan pada mama Dara.

"Tante, Randi pamit pulang ya." Randi mengulurkan tangannya, mencium tangan mama Dara. "Terimakasih juga untuk makan malamnya, tante."

"Eh, udah mau pulang? Iya sama-sama. Kapan-kapan mampir ke sini lagi, ya." Mama Dara pun tersenyum tulus ketika Randi mencium tangannya. Randi hanya tersenyum dan mengangguk mendengar tawaran mama Dara.

"Ara, kamu anterin Randi sampai depan rumah ya." Dara yang mendapat perintah itu membelalakkan matanya, dari raut wajahnya terlihat ia ogah-ogahan mengantar Randi.

"Adara.. Temanmu loh ini, masa nggak kamu antar sampai depan."

"Yah, tapi ma. Kan dia bisa sendiri." Dara pun akhirnya merengek tak mau mengantar Randi.

Tapi, mama Dara tetap bersikeras menyuruh anaknya. "Adara Valerie," ucap mama Dara penuh penekanan.

"Iya, ma," ucap Dara pada akhirnya, ia sudah menyerah jika harus berdebat dengan mamanya.

"Ya udah, Randi pamit ya, tante. Assalamualaikum," pamit Randi yang masih ditempat, sedangkan Dara sudah pergi mendahului Randi.

"Cepetan setan!" teriak Dara.

Randi pun segera pergi mengejar Dara. Dasar, nggak sabaran. Setelah Randi berhasil mensejajarkan langkahnya dengan langkah Dara, ia benar-benar tidak bisa menahan rasa penasarannya. Bibirnya begitu gatal jika tidak melontarkan pertanyaan ini pada Dara. Hingga di depan rumah Dara, Randi pun bertanya.

PISCES [COMPLETED]✔️Where stories live. Discover now