Prolog

795 44 2
                                    

Pelajaran Matematika mungkin menjadi pelajaran yang paling dibenci oleh seluruh murid di Indonesia, atau mungkin hanya beberapa yang menyukai pelajaran itu. Walaupun matematika adalah ilmu pasti, tapi tak sedikit orang yang tidak menyukai pelajaran itu. Atau mungkin tidak paham dengan apa yang diajarkan oleh sang guru. Dan mungkin saja karena otaknya sudah penuh dengan pelajaran yang lain, hingga sudah malas berpikir lagi membuat pelajaran tadi tidak masuk ke otaknya.

Salah satunya adalah seorang lelaki yang menelungkupkan kepalanya di atas meja. Terlihat ia begitu lelah mengikuti pelajaran matematika yang menguras tenaga dan pikirannya. Tetapi teman yang duduk di sampingnya ini nampak lebih santai daripada dirinya. Terlihat temannya juga lelah tapi tidak berlebihan seperti dirinya. Akhirnya lelaki itu menegakkan tubuhnya menghadap temannya, menarik-narik baju temannya agar temannya itu juga menghadap kepadanya. Tapi Alden sama sekali tak menggubrisnya, begitulah nametag yang tertera di dada laki-laki itu.

Lelaki itu terus mencoba membuat Alden menghadap padanya, hingga pada percobaan ketiga lelaki itu berhasil membuat Alden menghadap padanya. Terlihat wajah Alden yang sedikit marah karena ulah temannya yang mengganggu waktu istirahatnya. Tapi temannya itu malah membuat ekspresi tak bersalah sama sekali. Ia malah tersenyum senang melihat Alden yang mengahadap padanya. Tanpa basa-basi lagi Alden langsung bertanya apa mau temannya ini.

"Lo ngapain sih, Ran? Kaya anak kecil minta permen ke emaknya aja!" Alden bertanya pada Randi dengan sedikit meledeknya.

"Al, temenin gue ke kantin yuk, cari minuman yang dingin gitu. Gue haus nih." Randi menjawab pertanyaan Alden sambil menarik-narik tangan lelaki itu agar menuruti permintaannya.

"Nggak."

"Kalau gitu temenin gue ke ruang musik ya, gue mau ngadem sekalian tidur disana ya, Al?" Randi belum menyerah mengajak Alden keluar bersamanya.

"Nggak, Ran. Gue lagi pengen di kelas aja." Randi mendesah kecewa mendengar jawaban Alden, ia tahu Alden memanglah orang yang tidak perduli pada lingkungan sekitarnya, jika Alden berkata tidak maka itulah keputusan akhirnya.

Randi kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja, ia bingung harus bagaimana, dia butuh sesuatu untuk mendinginkan kepalanya. Akhirnya Randi menegakkan tubuhnya dan berniat pergi keluar kelas.

"Lo mau kemana?" Alden yang melihat Randi berdiri segera bertanya padanya.

"Ke ruang musik, gue mau tidur. Lo beneran nggak ikut?"

"Nggak, lo aja." Randi hanya menganggukkan kepalanya dan segera berlalu pergi meninggalkan Alden yang berada di kelas.

Randi berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ke ruang musik. Ia benar-benar butuh istirahat saat ini karena pelajaran matematika tadi ia merasa sangat membutuhkan istirahat setidaknya sepuluh menit saja. Tepat di depan ruangan bertuliskan 'Ruang Musik', Randi segera membuka kenop pintu dan masuk ke dalam. Tak lupa ia menutup kembali pintu itu, dan segera menuju ke belakang ruangan untuk tidur.

Saat Randi mulai masuk ke dunia mimpi tiba-tiba ada yang membuka pintu ruang musik. Randi sebenarnya merasa terganggu, tapi selagi orang itu tidak mengganggunya tidak apa-apa baginya. Dan suara tuts piano mengalun masuk ke pendengaran Randi yang belum bisa tidur. Hingga ia mendengar seseorang yang bernyanyi mengikuti alunan piano yang dimainkannya, suaranya indah sangat cocok dengan lagu yang dinyanyikannya saat ini.

Ternyata suara cewek. Siapa?

Cuman mau bilang jadi ini ceritanya Dara sama Randi. Disini aku nggak mau bilang cerita ini bikin baper atau nggak. Itu terserah kalian yang membaca cerita ini, bagaimana perasaan kalian saat membaca cerita ini.

Oke. Selamat membaca para readers. Jangan lupa vote dan komennya ya.
👇
👇
👇

PISCES [COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang