10. Etika Ksatria dan Etika Pria

18 0 0
                                    


Hari masih lumayan pagi ketika Horst dan pasukannya bersiap memberantas Zagare dan seluruh bajak laut yang bersamanya. Disebuah dermaga, para pasukan Horst telah siap berbaris memasuki kapal satu persatu. Horst tampak sungguh-sungguh melaksanakan tugas ini, sekalipun terdapat suatu rencana licik dalam pikiranya. Semua drama yang melibatkan Klaster dibuatnya untuk mendapati tujuan yang masih samar diketahui.

"Lord Horst, semua sudah siap untuk berangkat!." ucap seorang prajurit Horst.

Horst hanya mengangguk sambil menyapukan pandangannya kearah kota, dibelakang dermaga. Tampaknya masih ada seseorang yang ditunggu. Dari jauh tampak seorang pemuda memakai zirah, memancarkan aura layaknya api membara. Dibelakang pemuda tersebut, berjalan pula seorang pemuda yang gagah dan tampak percaya diri, jika dilihat kembali pemuda yang dibelakang lebih tua umurnya ketimbang yang didepan. Kedua pemuda itu adalah Barry dan Marlon. Mereka tampak membara menuju dermaga.

"akhirnya mereka tiba Horst, semoga saja rencanamu berhasil, dan pemurnian Starfalls bisa berjalan dengan lancar." ucap Karl sambil menghampiri Horst.

Horst tampaknya tersenyum, mendengar ucapan Karl. "gerakan ini pasti akan berhasil, Starfalls akan lebih suci setelah pangeran yang tersisihkan itu hilang dari bumi Strafalls,!" kata Horst.

Karl terdiam ikut memandangi pangeran dan Marlon yang berjalan menghampirinya.

"pangeran Barry, aku turut sedih atas hilangnya nona Monica. Dibawah ini kami akan menghancurkan Zagare dan pengikutnya seperti sediakala!"ucap Horst.

"simpan saja semuanya Lord Horst, Aku akan pergi bersama kalian," jawab Barry dengan ketus.

" tapi hal itu terlalu beresiko!, biarkan kami..."

"sudahlah, kalian yang akan menghancurkan Zagare sedang aku akan hanya akan menyelamatkan Monica, tenang saja Aku tidak akan menggangu kalian. Mari lekas berangkat!," potong Barry.

"jika itu memang kemauan sang pangeran akan Aku turuti.-Kalian angkat jangkarnya kita hanjar semua perompak itu!," kata Horst.

Horst pergi mengontrol kapalnya yang hendak berangkat, diikuti oleh Karl dan satu prajuritnya. Barry juga hendak perjalan menaiki kapal, namun tangan Marlon memegangi pundak Barry, sehingga Barry menoleh.

"ada apa Marlon?!" tanya Barry.

"Pangeran, Aku tau bahwa aku bukan saudara kandungmu, tapi sejak raja mengadopsiku, kau selalu kuanggap sebagai adikku. Jangan bertindak gegabah pangeran, Aku tau kau sangat marah, tapi terkadang amarah itu juga bisa membuatmu jatuh juga!."

Barry tersenyum "kau memang saudaraku Marlon, tak perlu ada ikatan kandung ataupun bukan, kau tetap saudaraku. Tapi utnuk amarah ini, tampaknya susah untuk diredam, Aku akan menghancurkan si mata satu itu!, sekalipun harus bekerja sama dengan Horst Aku akan mengalahkan mereka!," jawab sang pangeran. "mari lekas, Marlon!" lanjut Barry.

Marlon sangat khawatir dengan Barry yang telah dikuasai amarah, lebih buruk balas dendam. Dari sebab tersebut, maka Marlon mengikuti ekspedisi ini, ialah untuk mengawasi Barry.

Setelah semua menaiki kapal, akhirnya mereka berangkat menuju Crocoal Bay tempat Zagare berada. Barry berdiri di samping geladak kapal sambil memandangi laut lepas yang biru. Sedang Marlon disampingya, sedang duduk sambil mengasah pisau yang sering diselipkan dipinggulnya. Herman melihat sang pangeran yang sedang termenung, dan menghampirinya.

"apa yang sedang kau pikirkan pangeran?," tanya Herman.

Sontak Barry dan Marlon menoleh kearah Herman. Herman berdiri disamping Barry, dan mereka memandangi lautan bersama. "apa Horst bisa dipercaya, kali ini Herman?" tanya Barry.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 06, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tales Of Lost KingWhere stories live. Discover now