5. Ular Laut yang Tangguh

36 3 1
                                    


Ketika matahari menyinari, para prajurit telah sibuk mengurusi keperluan pertarungan untuk merayakan pernikahan putri mereka. Di esok pagi juga sang pangeran telah berlatih di halaman istana. Bertelanjang dada, Dia menganyunkan pedang menebas angin disekitarnya dengan cepat. Dia cuek dengan para prajurit dan para pelayan kerajaan yang keluar masuk istana dan melihatnya berlatih. Di matanya tampak nyala api kemenangan yang sangat membara, meski ia tidak tahu siapa musuhnya nanti. Helean, seorang kurir prajurit ia berlari kencang keluar istana. Menubruk banyak pelayan yang lewat dan menyenggol Profesor Arcea, membuat buku yang dibawanya berserakan dilantai. "pelan-pelan dasar anak muda." Sumpah Profesor.

"maaf profesor ini kabar yang mendadak!." teriak Helean sambil terus berlari.

Suara hentakan kaki dari helean terdengar menggema sampai keluar istana, bahkan Barry mengehentikan latihannya karena merasa terganggu dengan suara tersebut. Keluar istana Helean berteriak sangat kencang " Pangeran, pangeran ini berita penting untukmu!" teriaknya sambil menghampiri Barry.

"berita apa kenapa kau sangat berisik Helean.!" ucap Barry kesal.

"ma-af kan Aku pangeran ini sangat mendadak, dan mungkin kau akan menyukai berita ini!" ucap Helean sambil membungkuk kehabisan nafas.

"berita apa memangnya!." sambil menyorbot kertas ditangan Helean.

Isi berita tersebut merupakan titah raja yang menyatakan bahwa lawan dari pangeran merupakan Horst Varst, ketua dari House Varst. Barry merasa bahagia mendengar hal itu, akhirnya dia memiliki kesempatan untuk menghajar orang sombong itu, meski jika dilihat dari pengalaman Barry pasti kalah dengan si Horst ini.

"ya ini memang berita bagus Helean!, Aku sudah tidak sabar menanti siang yang akan datang!."

"tentu saja pangeran!."

"tolong siapkan zirahku dan bangunkan Ser Leo, ada urusan penting yang harus kubicarakan!."

"baiklah pangeran!."

Helean langsung berlari kencang segera melaksanakan tugas dari pangeran. Dan sekali lagi dia menubruk para prajurit yang ia temui.

*

Diasaat sang pangeran sudah berlatih raja sedang meneguk segelas anggur dikamarnya. Dia merasa gelisah apakah keputusanya itu hal benar. Dia tahu bahwa Horst merupakan salah satu prajurit cakap di Starfalls, Ia takut jika Barry kalah, lebih buruk, akan mati. Sebenarnya sang raja juga tau bagaimana perilaku para bangsawan terhadap anaknya itu, ia tau bahwa anaknya itu sering dibenci dan tidak dianggaap. Sang raja sangat bijak ia mencoba menghapuskan hal nista tersebut dengan cara- cara otoriter yang dianggapnya benar.

"semoga dewa selalu meneyrtaimu anakku!." ucap raja

Raja bersiap ia memakai pakaian terbaiknya untuk melihat pangeran bertarung. Ia tidak mau para pelayan membantunya, karena ia tidak ingin para pelayan tau bahwa ia merasa sakit ketika ia harus mengadu anaknya, melawan prajurit yang lebih hebat. Ia juga merasa bersalah kepada ratu Ollea yang telah meninggal sepuluh tahun silam. Sebelum keluar dari kamarnya, sang raja mendekati jendela ia melihat keluar jendela, sabil menitihkan air mata.

"Ollea maafkan Aku, Kau pasti marah dengan sikapku sekarang, hali ini kulakukan demi anak-anak kita!."

"dug dug dug." suara ketukan pintu terdengar.

"maaf raja, sudah saatnya anda berangkat!." ucap seorang pria.

"baik Marlon Aku segera keluar!."

Sang raja membuka pintu dan keluar dari kamarnya, Marlon menyambutnya. Raja membalas sambutannya dan ia berjalan menuju arena. Marlon mengawal dibelakang raja. Para prajurit yang berjaga di tiap gerbang memberinya hormat. Raja tampak bijaksana dan hebat. Di arena para bangsawan telah duduk di tempatnya masing-masing. Ketika sang raja memasuki arena semua menyambutnya "raja, raja, raja" raja membalasya dengan melambaikan tangan kepada seluruh rakyatnya. Raja menunju singgasana, disana ia telah ditunggu oleh ayah Zickon. Mereka berpelukan saling menghormati.

Tales Of Lost KingWhere stories live. Discover now