Bab 37

90 20 15
                                    

"Stop Mincah! Stop berharap buat hal gak guna! Dia udah racuni cinta yang kau punya! Sadarkah kau bahwa dia tak punya hati?!" Batinku menjerit nyeri.

Aku menangisi setiap langkahnya yang kian menjauh. Tubuhku beku, tak berkedip hingga air mata sialan ini terasa sangat membendung di pelupuk mata dan akhirnya sebuah aliran sungai kecil terlukis pada kedua pipiku.

"Kau ingin aku selalu bahagia ketika kau pergi, kan?" Lirihku entah kepada siapa aku berujar.

Sungguh memilukan, malangnya nasibku saat merutuki kisah cinta yang sungguh rumit dan menyesakkan.

"Bagaimana ... hiks," sebuah isakan yang kutahan akhirnya keluar tanpa kuminta disela-sela aku berkata.

Aku menarik napas panjang bersiap meneriakkan hal sulit dalam hatiku, "BAGAIMANA AKU BISA BAHAGIA KALO KEBAHAGIAANKU ADA PADAMU?!"

Sudah selesai, aku sangat tampak hancur saat ini. Luka hati yang ia torehkan sangat dalam sebab aku mencintai dirinya terlalu berlebihan.

Al berhenti di tempat ketika teriakan ku terdengar dengan suara serak, menyedihkan. Kedua tanganku mengepal kuat berusaha menahan isakan terlontar, tapi sebagai gantinya air mataku semakin turun deras bagai air terjun.

"Kita merasakan hal yang sama namun aku harus menghentikan permainan gila ini.." ucap Al dengan berbalik dan kembali berjalan mendekatiku.

Air mukanya tampak sangat redup, kemana perginya senyuman indah itu? Kini tampak sangat kacau penampilannya. Rambut acak-acakan, mata merah yang berkaca-kaca, keningnya berkerut, senyum getir terpampang di kedua sudut bibir tipisnya, kemeja hijau tua yang kusut dengan lengannya digulung hingga siku secara asal-asalan.

"Kau ... kacau," ujarku tanpa aba-aba.

Air mataku berhenti mengalir ketika melihat seorang Kayal Nev benar-benar tampak kacau dan tak terurus. Apa yang membuatnya menjadi seperti ini? Ada hubungan denganku? Ah, tidak, tidak. Aku rasa, ia tak pernah ada masalah denganku. Lalu kenapa?

"Apa kubilang, aku dan kau. Kita merasakan hal yang sama. Aku mencintaimu sebagai sosok wanita yang ingin kujadikan pendamping hidup. Dan kau ... juga sama denganku," ucapannya sangat mampu membuat relung hatiku menghangat.

Al membuang wajah ke samping kiri, perlahan aku melihat dengan sangat jelas jika air mata mengalir membasahi pipinya.

"Kau tak tahu aku siapa. Namun aku yang menyadari lebih dulu tentang kejelasan status ini, aku hanya mempunyai dua pilihan," ujar Al dengan mengacungkan dua jari.

"Mundur," katanya dengan selangkah kebelakang.

"Atau maju," lanjutnya kembali selangkah ke depan.

"Dan satu larangan mutlak, aku tak bisa mendampingimu," sambungnya sembari tersenyum manis dengan mengelus kepalaku yang berbalut jilbab hijau lumut dengan perlahan dan penuh kelembutan kasih sayang.

Sebuah kegiatan yang membuatku candu, nyaman, juga aman ketika bersamanya. Aliran sungai kecil di pipiku kembali terbentuk dengan bibir bergetar menahan isakan pilu.

"Oh, tidak," sahutnya dengan menunduk dan sedikit menarik rambutnya frustasi.

"Kau mau dapat penjelasan, kan? Baiklah. Siapkan hatimu, akan aku tunggu sehabis ashar di taman dekat rumahmu," ujarnya usai menghela napas panjang nan berat.

"Aku akan datang, insyaallah aku siap. Terimakasih sudah ada niatan untuk menjelaskan sebelum aku meminta," timpalku memasang senyum tipis.

"Yes, sugar. I'll be waiting you there."

LOLWhere stories live. Discover now