Bab 32

47 28 4
                                    

["Halo?"]
"Hm"

["Lagi dimana?"]
"Kamar"

["Coba keluar bentar, aku mau bicara. Bukan tentang misi, pliis keluar ya..."]
"Hm"

Dengan malas, kakiku melangkah keluar dengan handphone yang tetap berada di dekat telinga kananku. Usai melihat Stospish, handphone segera kumatikan dan menghampirinya.

"Ada apa kesini? Bicara soal misi lagi? Mending gak usah temui aku, males!" Ujarku setajam silet dengan wajah yang sangat muak.

"Gak, cuma ajak jalan aja.. mau?" Tawaran Stospish membuatku menggeleng malas.

"Terus maunya apa? Ke taman kayak kemaren? Atau kemana? Aku anter, kok" sahutnya dengan semangat.

"Gak mau. Kenapa kesini? Bukannya ngurusin misi, malah ngurusin aku. Kuker amat sih," ucapku dengan melipat kedua tangan.

"Gak boleh, emang? Kan terserah aku.." ujarnya yang membuatku sedikit naik pitam.

Aku mendengus sebal dan segera menaiki motor hitam matic.

"Ke taman"

Aku segera memakai helm hitam bercorak pelangi dengan kaca hitam, melajukan motor ketika Stospish sudah siap dengan motornya.

Taman, satu-satunya tempat yang kusukai selain kamar. Kini, aku sudah tiba di taman terdekat rumahku. Sudah sangat sering kudatangi taman ini, penuh cerita yang kulontarkan pada hati kecilku. Arshiy sudah mati ketika keadaan kritisku yang hampir merenggut nyawa.

Duduk di bangku hijau dekat ayunan, duduk disini memudahkanku melihat pemandangan indah pada sore ini.

Tidak terlalu sore karena masih pukul 14.49 WIB, keheningan menjadi teman setiaku. Stospish juga diam, sepertinya ia tau jika aku butuh keheningan beberapa waktu. Tanganku kembali mengusap wajah dengan penuh beban, otakku kembali berpikir jika semua ini berjalan sangat cepat.

Mulai dari aku masih bermain dengan adek Zery hingga kini terduduk pada bangku sama dengan Stospish. Semua sangat cepat berlalu, menyimpan banyak kenangan yang semakin mewarnai hidupku. Memang lebih banyak warna hitam yang terlukis, tapi dengan warna Hitam itupun aku bisa melukis banyak warna pelangi.

"Sudah diemnya?" Tanya Stospish yang sepertinya lelah jika harus saling diam membisu.

Tapi aku sangat menikmati diamku, karena dengan diam itulah banyak cerita yang terbuat di otakku. Membuatku nyaman pada keheningan yang menguar.

"Kalo belom? Emang napa?" Tanyaku sambil berdiri dan menaiki ayunan terdekat.

Stospish ikut berdiri, ia mendorong ayunan yang kunaiki. Harusnya aku sudah tau, sifat jailnya Stospish akan muncul kapanpun.

"Eh, udah. Jangan lagi! Stop!" Teriakku ketika Stospish terus saja mendorong ayunan hingga membuatku merasa berada di angan-angan.

Tawaku lepas, berada di ketinggian membuat bebanku menguap seketika. Angin menerpa wajahku dengan membawa kebahagiaan padaku juga Stospish.

Stospish juga menaiki ayunan di sebelah kananku, ia mengayun tinggi seperti ingin menantang siapakah yang paling bisa mengayun tinggi.

"Ayo lebih tinggi lagi! Kayak gini loh!" Sorakan Stospish semakin memperjelas jika ia tengah menantang ku.

Aku mengayunkan lebih tinggi dan kembali seperti sebelumnya, tawaku lepas ketika angin menerpa wajahku.

"Angin, terimakasih sudah beberapa kali membawa kebahagiaan. Aku senang bisa menikmati hari ini. Memang, bukan inilah kali pertama angin untuk membawa kebahagiaan. Saat itu, sewaktu tour di Bali.. aku bersama beberapa teman menaiki Speedboat. Angin menerpa wajahku dengan membawa kebahagiaan, sangat menyenangkan!" Batinku berkata.

LOLWhere stories live. Discover now