Dua

15 1 0
                                    

Aku setiap hari berangkat ke sekolah naik angkot, karena jarak rumah ke sekolah cukup jauh. Jika dibandingkan dengan teman-temanku aku mungkin tidak seberuntung mereka. Namun aku tetap bersyukur dengan apa yang aku miliki saat ini. Bisa sekolah sampai Sekolah Menengah Atas saja adalah anugerah yang patut aku syukuri. Pasalnya aku bukan anak dari keluarga berada, bisa dikatakan kondisi keuangan kelargaku pas-pasan. Ayah dan ibuku tidak memiliki pekerjaan tetap, ayahku kuli bangunan dan ibu pembantu rumah tangga. Aku sama sekali tidak berkecil hati karena keadaan keluargaku, yang terpenting aku akan belajar dan bersekolah dengan sungguh-sungguh. Agar suatu saat aku bisa mengubah kehidupan keluargaku.

Aku menjalani hidup sebagai sosok sederhana, hal tersebut sudah ditanamkan oleh orang tuaku sejak aku masih kecil. Sosok yang disiplin, rajin, dan bertanggung jawab sikap itu selalu di belajarkan oleh orang tuaku.

Tanggal 16 Juli 2012, aku masuk di sekolah menengah atas (SMA). Aku tak berhenti bersyukur, karena Tuhan masih memberikan jalan untukku sehingga aku bisa sekolah. Aku bisa masuk SMA karena mendapatkan beasiswa, salah satu guru di sana adalah adik dari majikan ibuku. Beliau membantuku untuk bisa mendapatkan beasiswa dan bersekolah di sana. Beliau sangat ingin aku tetap bisa sekolah, melihat bahwa aku cukup pintar. Mungkin saja itu memang sudah rencana Tuhan dengan mempertemukan aku dengan beliau. Kini, harapanku untuk bisa melanjutkan sekolah bukan lagi sekadar harapan tetapi sudah menjadi kenyataan.

Hari ini aku sangat bersemangat, karena aku semakin dekat dengan mimpiku. Awalnya aku sempat merasa rendah diri, karena teman-temanku banyak yang berasal dari keluarga yang berada. Tetapi aku kembali mengingat tujuanku berada di sekolah ini, itu membuatku kembali bersemangat. Aku mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, aku sudah bertekad untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku akan lebih rajin untuk bisa meraih apa yang ku impikan, dan tentu saja aku tidak boleh mengecewakan ayah dan ibuku. Bagiku keluarga adalah penyemangat yang lebih ampuh dari apapun di dunia ini.

Di sekolah aku adalah siswa yang biasa-biasa saja, tak ada yang istimewa dariku. Aku memiliki cukup banyak teman, mereka sama sekali tidak menganggapku berbeda. Mereka juga memperlakukan aku dengan baik, aku pun juga tulus berteman dengan mereka. Kebetulan aku mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di sekolah, hal itu akan sangat berguna bagiku. Ayah dan ibuku juga memberikan izin padaku, aku mengikuti ekstra kurikuler pada hari rabu dan juga sabtu. Selebihnya, bisa aku gunakan untuk membantu ayah dan ibuku, begitulah rutinitasku. Aku belajar pada malam hari setelah semua pekerjaan selesai. Meski sangat lelah tetapi aku tetap harus belajar, aku yakin dengan begitu aku akan mencapai hasil yang ku harapkan.

"Sari, kamu dipanggil Pak Reno. Kamu di suruh menemuinya di kantor sekarang!" Ujar Hana

"Memangnya ada apa Han?" Tanyaku

"Aku tidak tahu, sebaiknya kamu segera ke kantor!" Ujar Hana

"Baiklah, terima kasih." Ujarku

Aku bergegas pergi menemui Pak Reno. Sesampainya di kantor guru, aku melihatPak Reno sedang bersama seorang siswa laki-laki. Ketika melihatku Pak Reno memintaku untuk duduk di samping siswa tersebut.

"Maaf Pak Reno, ada apa bapak memanggil saya?" Ujarku sopan.

Pak Reno menjelaskan padaku, bahwa Pak Reno ingin aku mewakili lomba membaca puisi di tingkat kabupaten. Jujur saja aku terkejut, bagaimana mungkin Pak Reno bisa memilihku, kemudian Pak Reno juga menjelaskan jika siswa di sebelahku akan menjadi patnerku. Aku masih tak percaya mendengar penuturan Pak Reno tersebut.

"Bagaimana Sari, apa kamu bersedia?" Tanya Pak Reno

"Tapi pak, apakah saya pantas mewakili sekolah? Sejujur saya tidak yakin dengan kemampuan saya." Ujarku

Kembali Ke Masa LaluWhere stories live. Discover now