05:00

1K 185 74
                                    

Memang ya, punya pacar yang pintar tapi terlalu disiplin itu susah. Kayak Irene yang sedang kesusahan sekarang. Mengerjakan satu soal fisika yang tertinggal, tapi hasilnya tidak juga ketemu. Kertasnya saja sampai hampir sobek saking seringnya dia menghapus. Padahal sudah memohon-mohon pada Taehyung untuk memberitahunya satu soal saja, tapi cowok itu geleng-geleng dengan wajah tak berdosa sambil memetik gitarnya asal.

"Mau aku nyanyiin gak biar cepet ngerjainnya?"

Irene mendelik kesal, daripada seperti itu mending Taehyung membantunya. "Gak usah, gak ngaruh emangnya kalo aku denger kamu nyanyi aku jadi pinter apa?"

"Iya lah, kan suara orang pinter bikin pinter."

Halah, bodo amatlah, Taehyung. Akhirnya, karena dia kasihan, ia merebut buku fisika itu memeriksa di mana kesulitan yang sedari tadi Irene keluhkan.

"Dua dikali empat berapa, Rene?"

"Enam lah kamu pikir aku sebego- EH!" Irene tersadar. "Delapan."

Gemas, dia menyentil dahi Irene lumayan keras. "Udah aku bilang kamu harus teliti, jangan kebanyakan ngeluh-"

Irene buru-buru mengerjakan bagian yang salah tanpa mempedulikan omelan Taehyung. Karena gak akan ada habisnya apalagi soal pelajaran. Sudah cukup dia kena omelan Taehyung tentang pelajaran sebelumnya. Iya, mereka gak ngerjain fisika aja, sekitar lima pelajaran.

Karena sebentar lagi mereka akan menghadapi ujian akhir semester satu, jadi banyak tugas yang harus dikumpulkan untuk mengisi nilai kosong.

"DAH!" Seru Irene ceria terbebas dari segala pekerjaan menyebalkan itu, dia segera membereskan semua bukunya sebelum-

"Kamu gak belajar dulu?" Tuh, kan. "Banyak materi yang gak kamu ngerti juga."

"Yeee aku paham ya. Makanya kamu doa'in biar lancar ujianku. Udah ya, Tae. Capek aku udah tiga jam kita ngerjain tugas."

"Halah, beneran paham? Awas ya kalo kamu ikut-ikutan bikin contekan." Sebelum Irene menjawab, suara derit pintu yang digeser membuat keduanya sontak menoleh.

"Hei, udah selesai belajarnya?" Bunda Irene tersenyum.

"Udah, Bun udah." Irene gerak cepat sebelum Taehyung bilang sesuatu yang memancing Bunda mengomelinya.

"Ayo turun dulu ke bawah, Bunda bikin cemilan. Sekalian temenin Ayah ngobrol."

"Ayah kok udah pulang, Bun?"

"Iya pulang cepet hari ini. Makanya ayo ke bawah."

"Oke, Bun." Taehyung tersenyum sopan. Untung, untung Bunda menyuruh mereka turun kalau tidak entah sampai kapan mereka akan berkutat dengan materi-materi menyebalkan menguras ruang di otak itu.

Pemikiran Irene, dia itu mungil jadi otaknya juga mungil.

Akhirnya, mereka turun dengan Taehyung yang setia menggendong gitar kesayangannya. Taehyung sering lho diminta untuk tampil di acara-acara sekolah. Suaranya merdu. Apalagi dia punya suara husky yang membuat perempuan-perempuan di sekolahnya menjerit.

Dia itu menarik perhatian padahal Taehyung benci ditatap penuh minat seperti itu. Dia benci jadi pusat perhatian. Kecuali pusat perhatian Irene. Hehe.

Iya lah, bagaimana tidak menarik perhatian? Dia ikut ekskul basket yang mana entah kenapa anak basket itu rata-rata tampan. Dia sering ikut perlombaan dan namanya sering dipanggil saat upacara penghargaan. Sedangkan mulai terdengar bisik-bisik.

"Itu Taehyung ya? Ganteng banget gila."

"Oh itu Taehyung?"

"Itu Kak Taehyung?"

24 HoursWhere stories live. Discover now