Part 18

23.5K 1.2K 8
                                    

Semakin hari, Devan semakin mendekati Amara. Ia selalu memberikan perhatian perhatian kecil kepada Amara. Dia mempedulikan Amara, yang mana hal itu tak pernah terjadi. Dan akhirnya, Amara pun menyerah akan perhatian yang terus menerus diberikan oleh Devan. Sedikit demi sedikit ia sudah mulai membuka hatinya. Untuk saat ini, ia sudah mau diajak jalan oleh Devan.

"Nanti lo ada acara nggak?" Devan menyamakan langkah dengan Amara yang berjalan santai di koridor sekolah menuju parkiran.

"Gak ada. Kenapa?"

"Kita jalan yuk. Gue males nih di rumah terus," kata Devan menunjukkan senyuman. "Mau ya? Ya?"

"Hhm. Iya."

"Ok sip, nanti gue jemput." Senyum cerah terlukis di wajah Devan. Amara hanya melirik cowok itu sekilas kemudian kembali memandang ke depan.

Koridor saat ini dipenuhi oleh murid-murid yang berjalan terburu ke parkiran, mereka ingin cepat-cepat pulang. Namun, tak sedikit yang memelankan langkahnya seraya berbisik-bisik melirik Devan dan Amara. Pemandangan seperti ini dinilai janggal oleh mereka. Amara dan Devan yang biasanya berantem, namun beberapa hari terakhir malah terlihat lebih akrab.

Amara sendiri tak ambil pusing, seperti biasa ia tak memperdulikan sekitarnya. Sedangkan Devan, ia santai-santai saja, ia ingin lebih fokus mengejar cinta Amara.

"Weeh, berduaan muluu," kata Mario yang datang dari belakang mereka.

"Apaan sih, sirik aja lo," kata Devan.

"Siapa yang sirik? Enggak ya. Haram hukumnya gue sirik sama lo."

"Terserah," kata Devan. "Udah deh lo ngapain di sini, sana lo." Devan mendorong bahu Mario dengan pelan.

"Gitu ya sekarang, maunya berduaan terus."

"Sstt diem lo, gue lagi berjuang nih, jangan ganggu," kata Devan. Amara mengernyitkan dahi mendengar ucapan Devan. "Kenapa Ra? Ekspresi lo kok kayak gitu."

"Gapapa."

Devan melotot kearah Mario yang terkikik geli, "pergi sana."

"Iya iyaa, gausah melotot gitu deh, nanti kalau mata lo jatuh terus keinjek gimana, gak bisa lihat deh lo. Hahaha." Rasanya, Devan ingin sekali memukul cowok itu, tapi sayangnya Mario sudah berlari pergi.

"Ada ya orang kayak gitu, bisanya bikin kesel aja," gerutu Devan.

"Temen lo itu."

★★★★

Motor Devan berhenti di parkiran salah satu cafe yang terlihat ramai. Amara turun dari motor dan mengamati bangunan cafe itu.

"Ayo Ra," ajak Devan. Devan mengajak Amara mengambil tempat duduk di dekat jendela. Jika melihat keluar jendela, kita akan disuguhkan pemandangan taman yang disusun dengan indah.

Devan memanggil pelayan cafe dan memesan makanan. Amara masih melihat-lihat seisi cafe.

"Di rumah lo nggak ada makanan atau gimana sih, kok ngajak gue cari makan."

"Ya ada siih," kata Devan. "Gue cuma pengen ngajak lo ke cafe ini aja. Tempatnya kan bagus, lo pasti suka."

"Hm, iya sih, bagus," kata Amara mengedarkan pandangan. "Lo sering ke sini?"

"Iya. Kalau gue lagi banyak pikiran gue pasti ke cafe ini," kata Devan. "Dan gue selalu duduk di sini."

"Sok banget lo, kayak ada yang dipikirin aja," Amara tersenyum miring menatap Devan.

"Yee gitu banget lo. Ada lah, banyak tau yang gue pikirin," kata Devan. "Apalagi akhir-akhir ini."

"Ada masalah apa?"

Secret Agent Fall In Love (TERBIT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن