Part 10

27.5K 1.3K 23
                                    

Tap tap tap

Suara ketukan hils Bu Devi menggema di ruangan kelas yang hening ini. Dengan auranya yang mencekam, dia duduk di kursi guru.

"Selamat pagi anak-anak."

“Pagi bu.”

"Kumpulkan tugas kalian minggu lalu di depan.” Perintah guru itu langsung dijalankan dengan cepat oleh murid-murid, karena mereka tidak ingin mendapat bentakan dari Bu Devi. "Keluarkan selembar kertas, kita mulai ulangannya."

Semua mengeluarkan kertas dengan mulut yang terkatup rapat, tidak ada yang berani bersuara, barang meminjam pulpen saja tidak berani.

Bu Devi berkeliling membagikan soal ulangan, jangan kira soal ulangannya satu bangku sama, tidak, Bu Devi selalu membuat dua model soal, agar anak didiknya tidak ada yang mencontek.

"Jangan ada yang mencontek, kalau ketahuan mencontek, saya keluarkan dari kelas," katanya yang seperti ultimatum bagi semua murid. Tapi, ada saja anak badung yang mencuri-curi kesempatan untuk mencontek. Seperti Gavin dan Mario, mereka masih sempat-sempatnya menoleh ke kanan kiri.

Jarum jam seperti berputar cepat, jika tidak cepat-cepat menyelesaikan soal ujian, bisa dipastikan mereka akan mendapat nilai merah.

"Sepuluh menit lagi lembar jawaban dikumpulkan." Langsung, anak yang tadi sedang berlama-lama berpikir satu soal, langsung berpindah ke soal selanjutnya.

Bel ganti pelajaran pun berbunyi, membuat anak yang belum menyelesaikan soalnya mendesah berat.

"Waktu selesai, segera kumpulkan ke depan." Masih saja anak yang berlama-lama mengerjakan soal, mungkin dia anak yang rajin, jadi ia tidak ingin sampai ada nilai merah di buku raport nya nanti. "Ayo segera dikumpulkan. Dalam hitungan ketiga tidak dikumpulkan berarti dia tidak ikut ulangan." Cepat-cepat mereka berlari ke depan dan menyerahkan lembar jawaban.

"Ketua kelas, bagikan bukunya." Bu Devi menyuruh ketua kelas membagikan buku yang dikumpulkan tadi, dan ketua kelas pun langsung bergerak cepat.

Selepasnya Bu Devi keluar dari kelas, semunya mendesah lega.

"Huuh, soalnya susah-susah banget," keluh Salsa. "Punya lo tadi susah gak Ra?"

"Yah lumayan."

"Huaa akhirnya gue terlepas dari jeratan Miss Devil," kata Gavin dengan lumayan keras.

"Akhirnya kita bisa keluar dari neraka jahanam buatan Miss Devil, bersyukur banget gue." Seperti biasa, Mario mendramatisir keadaan.

"Rasanya gue pengen pingsan ngadepin Bu Devi." Keluh seorang cewek yang ditanggapi dengan suara-suara yang lainnya.

"Guru tadi selalu kayak gitu ya?" tanya Galang.

"Iya," kata Dinda. "Lo harus hati-hati sama dia. Gak ngerjain tugas? Tamat deh riwayat lo."

"Dinda, jangan nakut-nakutin gitu lah," kata Salsa.

"Emang kenyatannya gitu loh Sa."

"Tenang guys, gue gak takut kok. Siapa sih yang Galang takutin? Nggak ada, hahaha." katanya dengan cengiran khas galang.

Kesan pertama Amara melihat Galang, ia cowok yang lumayan rapi, tapi itu semua terpatahkan setelah hari ketiga cowok itu masuk. Dia berubah 180° dari yang awalnya cowok rapi menjadi cowok urakan. Seragamnya kusut, rambut acak-acakan, kaos seragam yang keluar dari tempatnya. Dan, dia langsung bisa bergaul dengan cowok-cowok badung di sekolah Amara.

"Lang, Galang," panggil seorang cowok dari jendela.

"Kenapa?"

"Cabut kuy," ajak cowok itu.

Secret Agent Fall In Love (TERBIT)Место, где живут истории. Откройте их для себя