12. Akhirnya Kamu Milikku

1.3K 147 14
                                    

Astagah! demi bulan, bintang, matahari. Gue masih nggak percaya kalau gue sekarang NIKAH SAMA VERANDA. sekarang gue ISTRI sah Princess, perlu di garis bawahi ISTRI!  bukan Pacar!

Emang ya kalau usaha keras akan membuahkan hasil yang memuaskan.

Entah setan apa yang merasuki Princess hingga ia memutuskan setuju di jodohkan sama gue. Dan kita sekarang berada di Indonesia tepatnya kediaman Nenek

Pernikahan kami yang di lakukan di Belanda,  hanya di datangi oleh pihak keluarga saja, itu salah satu syarat dari Veranda.

Gue nggak masalah sih, yang penting sekarang kalau gue tidur udah ada yang ngelonin, mwehehehe.

"Kinal.. bisa ikut oma sebentar?" Gue mendongak menatap nenek, sepertinya ada hal yang serius. Kemungkinan nenek ingin membahas soal kepergian gue kemarin karena nggak mau di jodohin.

Aish! Mati gue.

"Pa, Ma.. Kinal tinggal dulu ya.." Pamit gue ke orang tua Shani. Ya, termasuk orang tua Ve juga, karena mereka sudah menganggap Ve sebagai anaknya sendiri.

Gue sekeluarga baru aja tiba di Indonesia setelah mengadakan resepsi pernikahan.

Mereka berdua mengangguk dan tersenyum, sekilas gue melirik ke Istri gue, dia cuma diem dan berfokus sama makanannya. Sebenarnya sejak kemarin dia ngediemin gue. Apa keputusan kita menikah itu salah? Apa gue terlalu egois ingin memiliki Ve?

"Princess.." dia hanya diam. Melirik gue pun kagak.

Gue cuma bisa menghela nafas, mungkin Papa sama Mama ngerti dengan keadaan gue.

"Mungkin Ve masih capek Nal, kamu ke sana gih, biar nanti Mama yang ngomong sama Ve." Gue mengangguk lalu tersenyum ke Mama.

Tuh, Ve... mama aja baik banget sama gue, kenapa lo nggak bisa?

"Kunci pintunya Nal."

Gue melakukan apa yang nenek suruh, setelah itu gue mendekati nenek.

"Kamu pasti sudah tau kenapa Oma memanggilmu kemari."

Gue menunduk takut, gue tau apa kesalahn gue.

"Maafin Kinal Nek."

"Oma sudah memaafkan kamu, pada akhirnya juga kamu menikahi Veranda, Oma senang. Tapi, kamu tau setiap kesalahan pasti ada hukumannya." Gue menunduk nggak berani menatap nenek.

Ya Tuhan, hukuman apa yang bakal nenek kasih ke gue, kesalahan gue fatal banget. Apalagi Nenek tipikal orang yang nggak mau d bantah, gue malah menantang nenek kemarin.

"Lepas baju kamu!" Tanpa mebantah gue lekas menyopot kaos gue, jangan liat oi.. gue kagak punya, punya gue rata. Jangan omes kalian.

Taarr!!

Arrgghhhhh!!!

Gue sontak menjerit saat rotan itu menyentuh kulit punggung gue.

Taaarr!!

Cambukan kedua, ketiga, ke empat, itu gue terima dengan jeritan tertahan.

Perih, sakit, panas. Gue nggak nangis karena memang gue udah terbiasa dengan ini.

Nenek memang nenyayangi gue, tapi nenek juga nggak segan-segan ngehukum gue kalau gue melakukan salah.

Aaarrrgghhttt!! Ma'af Nek!

Gue udah nggak punya tenaga lagi setelah ke dua puluh cambukan itu melayang di punggung gue.

Jeritan-jeritan yang menggema di setiap sudut ruangan nenek tidak akan bisa di dengar dari luar, karena ruangan nenek kedap suara.

Love Me?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang