Chapter 38; Born Of Happiness [Last]

6.5K 571 1.1K
                                    

Kandungan Yoongi sudah menginjak sembilan bulan. Hari ini, Jimin dan Yoongi sedang konsultasi dengan Dokter tentang keputusan akhir, apakah Yoongi bisa melahirkan dengan normal atau tidak.

Sejak usianya menginjak bulan ke tujuh, Yoongi sudah mengatakan keinginannya untuk melahirkan secara normal. Namun, Dokter tidak menyarankannya mengingat kandungan Yoongi yang lemah dan juga, bayi kembar akan membuat wanita itu benar-benar kelelahan.

Tapi yang namanya Min Yoongi, dia sangat keras kepala, bersikeras untuk melahirkan normal dan mengikuti semua instruksi Dokter agar dirinya bisa mencapai apa yang dia inginkan.

"Jadi kemungkinannya lebih besar dari terakhir kali?"

Dokter Kim mengangguk.

"Nyonya Park bisa mencobanya, kami akan bertindak cepat apabila hal yang tidak diinginkan terjadi." Yoongi nampak tersenyum lega, senang. Beda dengan Jimin yang malah waswas dan dipenuhi pikiran negatif tentang 'hal yang tidak diinginkan'.

Yoongi jelas mengetahui hal itu, dia tahu bagaimana Jimin yang selalu berpikir kemungkinan terburuk terlebih dahulu daripada yang baik. Yoongi kadang mengingatkannya untuk tidak seperti itu namun, Jimin selalu membantah dan mengatakan jika itulah bagaimana dia berpikir selama ini, dalam rangka meminimalisir kekecewaan. Memangkas harapan sampai hanya tersisa 20% sehingga ketika gagal, sakitnya tidak akan begitu dalam.

"Kau harus percaya padaku," katanya sembari menggenggam erat tangan suaminya.

Jimin menghela napas kemudian mengangguk, ia meletakkan telapak tangan lainya di atas genggaman mereka.

"Aku selalu mempercayaimu dan kali ini, aku meletakkan seluruh kepercayaanku agar kau benar-benar bisa melakukannya dan selamat." Ujarnya. Yoongi mengangguk yakin dengan senyuman tipis terulas di bibir.

.

Malam harinya Yoongi mendadak dipenuhi oleh pemikiran buruk. Ia takut tidak mampu melahirkan kedua bayinya dengan selamat.

Karena kegelisahannya itu, ia jadi tidak bisa tidur.

Pukul sebelas malam, Yoongi pun mencari suaminya, ia pikir Jimin ada di ruang kerja, tapi ternyata pria itu tengah berlatih tinju di ruang latihan.

"Jimin," panggilnya pelan. Suaminya langsung menoleh dengan pandangan heran.

"Bukannya kau sudah tidur tadi? Kenapa bangun lagi?" Jimin melepaskan Merry dari tangannya kemudian meletakkannya di atas tas peralatan tinjunya. Ia mengambil handuk kemudian menggunakannya untuk mengelap keringat di lehernya sembari melangkah mendekati Yoongi yang berdiri di ambang pintu.

Mereka duduk bersisian di ruang santai. Jimin menanyakan penyebab istrinya mendadak terbangun padahal, Yoongi kelihatan sangat lelah dan saat ini pun masih begitu.

"Aku takut,"

"Takut apa?"

Yoongi menggigit bibir bawahnya dan meremas telapak tangannya sendiri.

"Apa ini tentang melahirkan?" Yoongi reflek mengangguk. Jimin menghela napas.

"Tadi siang kau menenangkanku, sekarang malau kau yang ketakutan,"

"Aku juga tidak tahu Jimin,"

"Iya iya."

Hening kemudian, keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Tentang hal yang sama, kekhawatiran yang serupa, juga harap yang selaras.

"Aku percaya padamu, Park Yoongi." Begitu singkat, namun Yoongi seolah merasa Alam Semesta akan berpihak padanya.

.

Parallel Lines 2 [Completed]Where stories live. Discover now