Chapter 19; Isn't Devil

3.8K 531 417
                                    

Yoongi berusaha keras membuat langkah kakinya agar tidak bergetar di lorong rumah sakit. Bibi Yoon di sampingnya nampak khawatir dan memegangi Yoongi yang sudah sangat lemas mendengar kalau suaminya kecelakaan. Semuanya terjadi begitu cepat ketika mendengar telepon dari kepolisian, sang suami terlibat kecelakaan lalu lintas.

Yang dilakukannya pertama kali adalah memaki pak polisi dan berkata kalau ucapan itu bohong, suaminya yang sialan namun tidak ceroboh itu jelas sekali tidak mungkin berakhir kecelakaan kalau tidak dicelakakan.

Namun, kenyataannya Jimin memang berada di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, alasan kenapa dalam satu jam, pria itu tidak juga muncul di rumah padahal Yoongi sudah memperkirakan waktu kedatangan pria itu setelah pulang dari kantor.

Ketika sampai di ruangan yang diberitahukan resepsionis, Yoongi membuka pintu itu tidak santai sama sekali dan matanya membelalak saat itu juga.

"Aish, polisi itu memang susah diberitahu," gumaman itu dari Park Jimin yang sedang duduk di atas bed rest dengan kaki kiri digips, beberapa baret di wajah dan selebihnya baik-baik saja. Luka di wajah itu pasti disebabkan helmnya yang terlepas ketika jatuh terbanting ke pembatas jalan.

"A-apa maksudmu?" Yoongi merasa otaknya tidak bisa berfungsi dan yang bisa dilakukannya hanyalah menangis.

"Sebentar lagi aku akan pulang dan seharusnya, polisi itu tidak usah memberitahu rumah karena aku melarangnya," kesal Jimin. Ia memang ditemukan mobil patroli dalam keadaan pingsan, kakinya cidera dan pinggangnya terasa nyaris patah.

"Kau jahat!" Yoongi menghentakkan kakinya dan berbalik keluar ruang rawat Jimin yang sebenarnya, tidak hanya ada Jimin saja di sana.

Jimin bergumam bahwa inilah yang sudah ia duga. Untung saja, kecelakaan itu tidak membuat efek yang terlalu parah. Setidaknya, bagi Jimin yang terlampau sering terluka dalam perkelahian, kaki patah atau mendapat beberapa luka bukan masalah sama sekali. Dan untungnya, dia tidak mengalami patah tulang sama sekali, sungguh sesuatu yang patut disyukuri.

Kalau sampai koma lalu amnesia? Itu malah membuat kehidupannya laksana drama tv negeri orang.

Jimin meminta Bibi Yoon untuk menghampiri Yoongi sementara dirinya akan bersiap untuk pulang. Cairan infuslah yang menghambatnya, Dokter memintanya pergi setelah cairan itu habis, menyebalkan memang. Tanpa babibu Jimin mencopot jarum infus di punggung tangannya dan segera menghapus darah yang keluar dengan lengan kemejanya. Dia turun dari bed rest dan berjalan keluar setelah mengambil jaket kulit hitamnya.

"Park Yoongi," Jimin memanggil ketika melihat Yoongi yang tengah duduk dengan kepala tertunduk bersama Bibi Yoon yang mencoba membujuk wanita itu agar tidak marah pada Jimin.

"Bibi, sampai di sini saja. Bibi boleh pulang, terimakasih sudah menemani Yoongi." Bibi Yoon terlihat ragu karena Yoongi masih diam, tapi akhirnya ia mengangguk kemudian berpamit karena urusan rumah tangga orang tidak boleh diikut campuri meskipun dirinya dekat dengan mereka berdua.

Jimin duduk di samping Yoongi.

"Maaf, aku juga tidak tahu kalau akan begini akhirnya," mungkin tanpa sadar Jimin benar-benar dimusuhi. Kejadian hari ini membuatnya sadar jika suatu hal buruk bisa saja terjadi kapan pun padanya selama Jimin masih menjabat menggantikan Yoongi.

Hal itu membuatnya marah di satu sisi. Apakah mereka akan melakukan hal yang sama jika itu Yoongi?

"Jimin, perutku sakit."

.

.

.

"Istri anda mengalami stres mendadak sehingga kandungannya terganggu. Stres sangat berbahaya bagi ibu hamil, apalagi kehamilan Nyonya Park adalah yang pertama dan juga bayinya ada dua,"

Parallel Lines 2 [Completed]Where stories live. Discover now