Chapter 16; First Step To The Hell

3.9K 538 442
                                    

Jimin benar-benar merasakan kehidupannya berubah drastis. Dari yang tadinya bisa bersantai ria, sesekali menggambar manga, kini dirinya mendadak super sibuk dengan segala tanggung jawab yang menggunung dalam waktu singkat setelah peresmiannya sebagai Direktur Utama Sementara.

Bahkan ini belum genap satu minggu, namun orang-orang memberikannya tekanan dalam waktu yang nyaris bersamaan.

Sungguh sesuatu yang membuat Jimin stress!

"Jimin."

Yoongi menyambut suaminya yang pulang dari kantor dengan berantakan. Pagi-pagi Jimin akan rapi, Yoongi bersikeras menjadi stylish pribadi pria itu karena ia tidak mau suaminya lebih banyak dicemooh karena terlalu cuek dalam penampilan.

Tapi, kalau pulang Jimin akan sangat berantakan, dia lepaskan jasnya di mobil dan kancing kemeja atasnya, rambutnya yang rapi ia acak, berantakan dan sama berantakan dengan ekspresi yang ada di wajahnya.

Jimin berjalan gontai tapi Yoongi merentangkan tangannya, mencegah.

"Apa?"

"Mana pesanananku?"

Jimin menghela napas kemudian mengambil bungkusan di dalam tas ranselnya, dan memberikannya pada sang istri, Yoongi langsung terlihat senang dan meninggalkan Jimin begitu saja. Pria itu mendengus.

Benar, semuanya lebih-lebih membuatnya stres karena Yoonginya sudah mulai mengidam. Untung saja, masih normal, Yoongi menginginkan beberapa jenis jajanan pinggir jalan, tapi harus yang ada di dekat Universitas Seoul. Jimin masih anggap itu normal, setidaknya jangan sampai Yoongi meminta jajanan pinggir jalan yang ada di luar kota atau malah luar negeri.

"Aku mau ke sanggar,"

"Pergi sana,"

Jimin menyeringai.

"Aku akan turun ke arena."

Jelas, Yoongi langsung kehilangan ketenangannya.

.

Ketika Jimin selesai membersihkan diri dan bersiap, Yoongi tidak melepaskan pandangan darinya. Dari mulai ketika tubuhnya masih setengah telanjang sampai berpakaian lengkap, wanita itu duduk bersedekap di atas tempat tidur dengan pandangan memicing tak suka.

Jimin sih masa bodo, dia merasa benar-benar butuh sesuatu untuk melampiaskam stresnya yang menjalar gila-gilaan padahal, dirinya bukan orang yang suka stress akan suatu masalah.

Jimin kan cuek maksimal, pada dasarnya.

"Jangan pergi,"

"Dasar plinplan."

Yoongi cemberut, namun hal itu tidak berpengaruh karena Jimin sudah memakai sepatu dan mengambil tas peralatan tinjunya.

"Jimiiiin,"

Jimin melirik Yoongi malas, dia menunggu apa yang akan dikatakan wanita itu namun pada akhirnya Yoongi hanya diam, lalu menunduk karena sadar jika Jimin bisa saja marah kalau ia lakukan lagi pencegahan.

"Ayo ikut."

Yoongi tidak menyangka, sungguh!

.

Mereka pergi menggunakan mobil, Yoongi masih belum berani berbicara meskipun Jimin terlihat santai-santai saja. Ia lirik suaminya itu, kemudian mendengus ketika mendapati penampilan Jimin yang kelewat santai, membuat pria itu pastinya tidak akan disangka sudah menikah atau sebentar lagi punya anak.

Memang benar, Jimin tidak pernah melepaskan cincin pernikahannya, saat turun ke arena, dia akan kalungkan cincin itu memakai sebuah rantai kalung. Seharusnya, semua orang tahu pria itu sudah menikah.

Parallel Lines 2 [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt