Chapter 18; Narrow-Minded

3.7K 526 362
                                    

Senin pagi Jimin mendapat Kang Hyungwon tersenyum penuh kemenangan ketika berpapasan dengannya. Jimin menanggapinya biasa saja karena baginya, pria itu belum benar-benar menang ketika semuanya belum mencapai final. Ini baru saja setengah jalan, ibarat kata, jadi Jimin santai-santai saja.

"Siapkan dirimu Direktur Park." Hyungwon berujar dengan pelan namun penuh akan kemenangan, Jimin hanya mendengus dan melewati pria itu tanpa sudi untuk melirik. Hyungwon rupanya benar-benar berniat mengalahkannya dan posisi pria itu sedang berada di atas awan.

Tapi yang namanya awan, mana bisa dijadikan tempat pijakan.

Pagi itu, Jimin diminta Min Seunghyun untuk datang ke ruangan pria itu. Pembicaraan mereka tidak lagi tentang sesuatu yang tidak penting, tetapi semuanya berubah menjadi bisnis, bisnis dan juga perusahaan. Meskipun, masih saja mereka berdua berbicara dengan ucapan yang cukup kasar dan makian. Apalagi, ketika membahas Hyungwon yang mendasari menjadi pahlawan.

"Kau tahu pria tua, aku memang kurang paham dalam melihat peluang bisnis. Tapi kalau dalam mencari kelemahan orang, aku cukup bisa diandalkan," Jimin mengulas seringaian yang terlalu berbahaya. Bahkan jika pun Hyungwon mencoba menjatuhkannya, Jimin akan memastikan pria itu dia sleding sampai jatuh mencium kotoran. Jangan ketinggalan rasa sakitnya dan jangan lupakan rasa malunya. Hal seperti itu akan menjadi pembalasan yang luar biasa ketika pria itu sudah merasa meraih puncak tetapi dalam sepersekian detik, semuanya berubah menjadi fatamorgana.

"Berikan aku data investor asing itu. Aku cukup paham kalau cucumu itu tidak bisa diandalkan. Jangan marah, kau tahu aku benar." dan Seunghyun yang hendak protes pun langsung terdiam meskipun kesalnya tidak hilang.

Kenyataan memang begitu, kebanyakan terasa menyakitkan meskipun hanya mendengarnya saja.

"Lalu apa yang kan kau lakukan?" Tanya Seunghyun dan Jimin pun hanya tersenyum yang sengaja ditonjolkan kepalsuan di sana.

"Kalau kuberitahu sekarang, bukan kejutan namanya"

"Ah! Dasar keparat,"

"Kau juga sama saja, Kakek Mertua."

Jimin berjalan pergi dan dalam hati, Seunghyun benar-benar penasaran apa yang bisa pria itu lakukan. Ia sungguh ingin mengukur tingkat bahaya Jimin itu setinggi apa. Setara dengan istrinya atau malah kurang atau bisa jadi lebih?

Mata para petinggi perusahaan akan ditutupi kabut saat mereka melihat Park Jimin, penilaian mereka akan subyektif dan merugikan pria itu. Namun, itu adalah suatu keuntungan di satu sisi, ketika diremehkan, Jimin benar-benar bisa melakukan sesuatu yang lain.

Seunghyun sudah merasakannya sendiri ketika pria itu pergi untuk waktu yang lama saat ia berikan misi.

Park Jimin itu, benar-benar tidak bisa diremehkan sama sekali.

"Bahkan meskipun kemampuannya tidak melebihi Yoongi, jelas sekali dia itu lebih berbisa," entah darimana pemikiran itu berasal, namun Seunghyun merasa pemikiran itu adalah salah satu yang paling tepat yang pernah ia simpulkan dalam mencoba mengenali seseorang. Dunia bisnis tentunya memberikannya banyak pelajaran terkait mengetahui karakter seseorang.

Siapa iblisnya masih belum diketahui, tapi satu yang pasti, Park Jimin bukan malaikat sama sekali.

"Malaikat maut sih iya." dengus Seunghyun yang selalu merasa umurnya memendek ketika berhadapan dengan cucu menantunya yang ia labeli dengan sebutan keparat di belakang namanya.

.

.

.

Jimin yang sudah kembali ke ruangannya langsung melakukan panggilan telepon pada sosok sahabatnya di negeri seberang.

Parallel Lines 2 [Completed]Where stories live. Discover now