MUARA 14

7.9K 923 30
                                    

KAHYANG

Suka dan duka hidup dengan Keanu setelah dia masih betah menjadi seorang popeye di kontrak ke 4 dan aku juga masih santai-santai saja hidup sebagai Olive hampir lima tahun belakangan ini.

Mungkin karena sudah terbiasa juga.

Selama enam bulan LDR-an dengan Keanu, dan bertemu hanya 3 bulan, bahkan sampai 3 minggu saja.

Enaknya, kehidupan kami berubah drastis. Alhamdulillah semua terpenuhi, dan impian Keanu untuk membelikanki barang-barang mewah sudah tercapai. Tapi dukanya, sering menahan rindu, anakku jarang bertemu dengan ayahnya, dan tidak bisa kumpul dengan Keanu di hari-hari besar.

Tidak apa-apa, selagi kapal yang kami naiki masih tetap berlayar jauh bersama, aku dan Keanu tetap hidup bahagia seperti orang-orang pada umumnya.

Saat umur Kenzie 2 tahun, aku memutuskan untuk berhenti bekerja. Untung-untung bisa menghindar dari perhatian Ray yang terlalu suka berlebihan.

Aku berhenti bekerja karena Keanu benar, kalau Kenzie membutuhkan perhatian lebih dari seorang Ibu karena ayahnya tidak selalu ada di sampingnya. Apalagi Kenzie lagi gemar-gemarnya berlarian ke sana dan ke sini, dan juga sangat aktif sama seperti ayahnya.

Aku memutuskan untuk membuka butik di kawasan mall dan bisnis online. Senang rasanya keputusan aku dan Keanu beserta bisnisku berjalan lancar, bahkan lebih dari rencana yang seharusnya.

"Eh, anak capa nih udah harum yah...." aku menggoda Kenzie saat ia berlari-lari menghampiriku di kamar sambil membawa topinya.

Dia menyodorkan topinya seolah memintaku untuk menggunakannya di kepalanya.

"Ooh iya, sebentar ya Nak," kataku pada Kenzie. Lalu bebicara pada Keanu yang asik menyusun gundamnya di sofa kamar. "Nu, tolong bantu Kenzie dong pasang topinya. Aku masih dandan nih..."

"Lagian kamu dandannya lama banget sih, Yang. Aku udah selesai nih dari satu jam yang lalu."

"Sabar Nu, tadi lagi beresin dapur dulu baru mandi. Bentar lagi juga kelar kok." Aku masih sibuk dengan riasan di wajah.

"Hah..." Keanu menghela napas dan menyingkirkan gundamnya. "Sini nak, sama Pipu aja. Biar Pipu bikin kamu makin ganteng kayak Pipu."

"Huuh..." aku meledeknya.

Kenzie langsung berlari ke arah Keanu. "NUNUUU...." katanya sambil menyodorkan topi.

"Eh, kok Nunu sih Nak. Nggak boleh manggil Pipu dengan Nama. Cukup Ibun kamu saja yang manggil Pipu dengan sebutan aneh. Kamu panggil Pipu..."

"Nunu...," Kenzie mengulang panggilannya.

"Pipu Nak.... bukan Nunu."

"Nuuuu...." teriak Kenzie tak sabaran, lalu melempar topinya.

Aku tertawa ngakak. Karena dari dulu Kenzie hanya lancar memanggilku; Ibun. Dan tidak bisa menyebut panggilan untuk Kenzie yang dia beri sendiri nama; Pipu.

"Kamu ngeledek ya, Yang..." Keanu melihatku dengan sewot.

"Lagian kamu aneh banget sih panggilannya. Panggil Ayah aja biar gampang."

"Ayah udah terlalu mainstream, Yang. Itu tetangga kita sebelah si Arsen dipanggil Ayah sama anak-anaknya. Ntar kalau anak kita manggil Ayah terus yang noleh Arsen gimana? Nanti kamu malah ikutan nyosor si Arsen."

Aku kembali tertawa sampai menyentuh perutku karena sakit akibat terlalu banyak tertawa. "Ya enggak lah, Nu. Aneh-aneh aja sih kamu...."

"Sedih banget ya, Yang, jauh dari anak. Sampai-sampai anakku sendiri nggak bisa manggil aku."

TERBELAHNYA MUARA (segera terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang