===

Jam beker di kamar Fannya tak berbentuk lagi, ini akibat Fannya yang membantingnya kerena terus berbunyi ketika Fannya masih nyenyak tidur. Kepulangannya yang terlalu larut tadi malam, membuat ia mengantuk di siang bolong dan sulit bangun.

Ia kini membersihkan puing-puing jam beker miliknya. Ia menyesal sendiri setelah membanting jam beker tersebut, karena tak akan ada lagi yang membangunkannya ketika ingin berangkat sekolah.

"Nyesel gue banting lo, Ker. Alamat telat lagi dah gue besok," titahnya, mengingat betapa seringnya ia masuk buku kasus akibat telat.

Jika ada jam beker saja ia masih telat sekolah, lalu bagaimana nasibnya ketika jam beker itu telah tiada? Mungkin masa putih abu-abunya akan dipenuhi dengan catatan buku kasus.

Gadis itu berjalan tertatih sambil sesekali meringis menahan nyeri pada pergelangan kakinya akibat insiden semalam. Ia meraih handphone yang terletak di atas meja belajarnya, dan membuka aplikasi chat berwarna hijau. Ia mengetikkan sebuah pesan untuk Luna.

Lunalun💩

Fannya : Na, nongkrong kuy. Airin lagi liburan bareng keluarganya, ngga bisa diganggu dia:v

Setelah mengetik pesan tersebut, Fannya mengirimnya pada Luna. Ia kembali meletakkan benda pipih itu di atas meja belajar, dan kemudian melanjutkan membersihkan pecahan jam bekernya.

Beberapa menit kemudian handphone itu bergetar, dan Fannya yakin itu adalah pesan balasan dari Luna. Ia kembali meraih benda pipihnya, namun ia sedikit bingung, kali ini Luna membalas pesannya dengan voice not, tak biasanya seperti ini.

Lunalun💩 (1)

Lunalun💩 : *voice note*

Tanpa ragu ia menekan tombol play, dan mendengarkan pesan suara dari sahabatnya, Luna.

Gedebug

Handphone itu tak sengaja ia lempar karena terkejut. Untung saja jatuhnya tak membuat handphone tersebut mati. Suara itu bukan milik Luna, tapi justru suara laki-laki.

"Kuylah, gue ikut ya? Lo ingat gue ngga? Kalo lo lupa, gue ingetin deh, gue sepupunya Luna yang paling ganteng. Lo si jutek itu kan?"

Begitu bunyi pesan suaranya. Bisa ditebak siapa dia. Dia adalah Avano, sepupu Luna yang ia temui kamarin di sekolah.

Fannya meraih handphone itu kembali, untung tak ada yang pecah. Ia mengabaikan pesan tersebut dan tak membalasnya. Ia tak suka jika harus berinteraksi dengan pria, meskipun pria tersebut adalah sepupu sahabatnya.

Drrtt drrtt

Benda pipih hitam yang ada di tangan Fannya itu bergetar lagi. Tapi kali ini kening Fannya berkerut melihat nomor orang yang mengiriminya pesan, sebab nomor ini asing. Fannya adalah tipe cewek yang memegang teguh keprivasiannya, hanya orang-orang terdekat yang memiliki nomor WA-nya, lalu bagaimana orang ini bisa mengiriminya pesan via whatsapp.

Fannya penasaran siapa dan apa isi pesan itu, ia lalu membuka dan membacanya. Ia akan memblokir nomor tersebut jika isi pesannya macam-macam.

+6281112220088 (1)

Save nomor gue.
Avano.

Fannya hanya membacanya, tak membalas, juga tak melakukan hal yang diminta si pengirim pesan. Ia kembali mengabaikannya.

Drrtt drrtt

Handphonenya kembali bergetar, tapi bukan pesan, melainkan panggilan masuk. Dan orang yang meneleponnya adalah Avano. Fannya benar-benar tak berniat mengangkat panggilan tersebut.

Drrtt drrtt

Ini adalah yang keempat kalinya Vano menghubungi Fannya yang hanya diabaikan. Karena merasa terganggu dengan handphone yang terus bergetar, Fannya akhirnya memutuskan untuk mengangkat panggilan itu. Ia menekan tombol hijau pada layar, dan memosisikan handphone di telinga kanannya.

"..."

"..."

5 detik hening, tak ada yang bicara. Hanya suara hembusan nafas mereka yanf terdengar.

"..."

"..."

10 detik masih hening.

"Tujuan lo nelfon gue apaan sih? Ga da kerjaan apa selain ganggu gue?" Fannya akhirnya mengalah, dan memulai percakapan.

Prokk prokk

Pria di seberang telepon itu bertepuk tangan, membuat Fannya semakin mengerutkan dahinya.

"Gilaa, lo ngomong 13 kata anjirr. Perlu dirayain deh ini kayaknya," masih terdengar tepukan tangan dari pria itu. Nada suaranya benar-benar menunjukkan bahwa ia terkagum, dan sedikit dilebihkan.

Klik.

Fannya menekan tombol merah pada layar, ia memutus panggilan sepihak.

Entah kenapa, Fannya merasa ini akan menjadi awal dari hidupnya yang mulai berubah.

Ah tidak, ia kembali mengusir bayangan Vano yang tiba-tiba melintas di pikirannya.

"Tampang mah nggak jamin dia punya hati apa ngga. Makhluk bernama pria itu kasar, dan selamanya akan tetap begitu," batin Fannya.

Ia meletakkan ponsel genggamnya di atas nakas dan mulai beranjak menuju dapur.

===

Haiiiiii, good morning,
Aku apdetnya pagi-pagi uyy.
Gimana ceritanya? Dapet ngga sih feelnya?

Oh iya, sorry ea kalo ada typo, tanda baca yang amburadul, dan sebagainya, maklumin aja kan baru belajar.

Kalo mampir tinggalin jejak ya, bukan jejak kaki lho, tapi vote & comment 😂

Oke deh, ini aja dulu, see you

With love
Bunga Nafandra 💛



Gravitasi HatiWhere stories live. Discover now