"seokjin-ssi! seokjin-ssi! apa yang terjadi?" bang pd panik. seketika ia berdiri dari tempatnya, namun tak tahu harus melakukan apa. sebab ini kali pertama bang sihyuk melihat sisi lain dari seorang kim taehyung.

"kambuh. ini biasa terjadi bila taehyung tertekan dan stress berat. hanya saja....... akhir-akhir ini dia bisa mengendalikannya. entahlah, kenapa dia bisa kelepasan seperti sekarang" seokjin berusaha menjelaskan, meskipun kepanikan juga melandanya. toh bila dijadikan sebuah perumpamaan, mana mungkin seorang dokter ikut panik melihat pasiennya anfal? bisa-bisa keluarga pasien tak akan menaruh kepercayaan padanya.

"kim taehyung, tenanglah. fokuskan pikiranmu" // kau tak pantas menerima perlakuan khusus. kau sudah kalah.

ya, taehyung tahu bahwa itu suara hyungnya. tapi semakin seokjin berusaha menyadarkannya, semakin terdengar kencang pula suara lain yang mengganggu sistem pendengarannya. pemuda itu hanya mengernyit, kemudian menjambak asal rambutnya berharap suara-suara yang membuatnya gila menghilang.

"taehyung-ah, dengarkan hyung!" // tak ada yang perlu kau dengarkan, selain perintah otakmu ini!

kali ini perilaku menjambak rambut taehyung, berganti dengan menutupi kedua telinganya. dengan posisi duduk itulah kepalanya semakin menunduk, mencoba memfokuskan pikiran meski ada keramaian absurd di otak serta pikirannya.

"kau harus melawannya, taehyungie. kau bisa mengalahkan ketakutan itu" merasa tahu apa yang terjadi pada adiknya saat ini, seokjin berinisiatif untuk berdiri dari tempat duduknya. ia pegangi kedua bahu taehyung erat, berharap bahwa sang adik mau mendengar seluruh kalimat persuasifnya.

begitu pula bang sihyuk, jungkook, beserta kedua manager lain. mereka hanya terpaku ngeri melihat perubahan sikap taehyung yang bisa dibilang mendadak. separah ini?

ada setitik rasa bersalah tersirat di wajah petinggi big hit entertainment itu. meski begitu, ia tak akan menarik penawarannya. begitu pria tambun itu yakin pada satu hal, ia akan memperjuangkannya hingga mencapai suatu hasil yang diinginkan. tak ada yang tidak bisa dirubah, termasuk sifat taehyung satu ini. cukup menunggu dengan sabar, karena ia percaya semuanya butuh proses. maka dari sinilah, kalian bisa belajar sifat kegigihan sosok bang sihyuk.

"errghh, pergi! pergi!" tak cukup menjambak, taehyung sesekali memukuli kepalanya sendiri karena kesal suara itu tak kunjung pergi.

"ssshhh, tenanglah......." seokjin merengkuh tubuh sang adik lalu mengelus rambut bagian belakang kepalanya. ia sengaja tak memanggil petugas medis lain, atau menyuntikkan obat penenang sebagai jalan pintas. biarkan kim taehyung berusaha sendiri, karena dokter muda itu tak mau adiknya ketergantungan.

"a...aku mau..... aku mau.... debut...." taehyung bersuara lirih. ia remat kemeja seokjin tepat di bagian punggungnya, menyalurkan rasa aneh yang semakin mendera tubuhnya.

"hhyung.... t... tolongkhh... bang.... pd.... akk..kuh.... me...nerim--" taehyung berusaha untuk mengeluarkan kalimatnya, walaupun kesulitan setengah mati. dapat diperhatikan dari cara meremat kemeja si sulung yang semakin menjadi.

"ya. ya. hyung mengerti. tapi setidaknya atur nafasmu terlebih dulu. kuasai tubuhmu, jangan biarkan halusinasi merebut kesadaranmu" seokjin menyela perkataan sang adik begitu tahu kemana arah pembicaraannya.

"benar kata seokjin. tak perlu memaksakan diri, aku akan menunggu sampai kau benar-benar siap" bang sihyuk tersenyum di tempatnya.

"taehyung hyung, percayalah bahwa aku juga akan membantumu. hyung tidak berjuang sendiri, mari kita lawan haters bersama-sama" si bungsu turut menyumbangkan suaranya. ia yang duduk di sebelah taehyung, ikut mengelus punggung kakaknya pelan. tak jarang jungkook ikut tersenyum tipis saat menyadari bahwa ada banyak pihak yang mendukung kim taehyung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 13, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Himnaeseyo [BTS Fanfiction]Where stories live. Discover now