#33: Terbongkar (1)

1.5K 223 58
                                    

March 6th, 2017
Korea University Medical Center
VIP Room.
08.05 a.m
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"terima kasih.......... hyung"
.
.
.
.
.
.
"sebentar. apa yang kau katakan....... kim jungkook?" seokjin mengerjap keheranan. nyatanya, si dokter muda itu tak begitu yakin dengan kalimat yang didengarnya baru saja. atau jangan-jangan dia berhalusinasi karena terlalu sering memikirkan hal yang tidak-tidak? kalau memang benar halusinasi, rasanya seokjin harus memeriksakan diri ke psikiater secepatnya. akan lebih berbahaya, bila pengidap halusinasi berlebihan menangani pasien-pasien di rumah sakit. benar kan? ugh, seokjin tak mau membayangkannya.

jungkook diam dengan posisi duduk bersandar di atas ranjang. bocah itu masih mempertahankan senyumnya, bahkan kali ini sedikit lebih lebar. secara tak langsung pula memberikan sebuah kepastian atas ketidakyakinan pikiran dari seorang kim seokjin.

"hey, hyung sungguh tak salah dengar kan?" setelah buru-buru melepas gloves dan membersihkan kedua tangannya menggunakan aseptic gel, seokjin memberanikan diri untuk turut duduk di pinggiran ranjang. ia berpikir, dengan menatap wajah sang adik lebih dekat bisa membuatnya menemukan jawaban yang sedang dicari.

"jungkook-ah, kumohon. yakinkan hyung, bahwa hyung tak salah dengar" jujur, seokjin masih ragu mempercayai kalimat apa yang baru ia dengar. ini mustahil, namun harapan tinggi tetap digantungkannya.

sedetik,

dua detik,

kim jungkook belum membuka suara. hanya terdengar tarikan nafas berat, dan hembusan perlahan.

".............maaf, dan terima kasih"

BAM! bagaikan bom waktu yang baru saja meledak, jantung seokjin ikut terpacu cepat. air matapun tanpa sadar mengalir deras membasahi pipi sang dokter muda. buru-buru ia rengkuh tubuh si bungsu dalam dekapannya erat. "tidak, tidak, hyunglah yang harus meminta maaf padamu"

"kau tak salah apapun jungkookie. kau si bungsu yang luar biasa. maaf.... maafkan hyung...... hyung tak pernah tahu bagaimana keadaanmu sebenarnya. bodohnya, hyung langsung mengambil kesimpulan tanpa membaca situasi sebenarnya" seokjin menumpahkan segala penyesalannya di masa lampau. sesekali dokter muda itu memberi jeda kalimat di tengah isak tangisnya.

"..............maaf, telah membuatmu merasakan sakit hati di usia muda. maaf, kalau dulu hyung langsung menuduhmu merepotkan taehyung. maaf, telah membiarkanmu tenggelam di kehidupan yang sulit. maaf. karena hyungmu yang tak bertanggungjawab inilah, kau putus sekolah. maaf, karena hyung telah merampas masa mudamu hingga mencetak seorang kim jungkook yang dewasa sebelum waktunya. maaf, maafkan hyung. hyung menyesal.... sangat sangat menyesal. kau boleh melampiaskan kemarahanmu. hyung berhak mendapat hukuman darimu, kookie-ya" sambungnya lagi.

jungkook tak berniat untuk menjawab segala kata maaf yang terus terucap dari bibir si sulung. bocah itu hanya membalas pelukan seokjin, dan membiarkan air matanya turut meleleh hingga membasahi bahu lebar sang kakak. kenapa aneh sekali? harusnya jungkook senang melihat seokjin menangis, lantas mengemis maaf kepadanya. harusnya jungkook puas melihat si sulung tertekan dengan apa yang telah diperbuatnya sendiri di masa lalu. harusnya ia bisa memanfaatkan situasi demi membalas perbuatan keji seokjin. tapi...... kenapa dadanya terasa sesak dan nyeri sekali? kenapa kedua matanya memanas sampai-sampai ikut menangis?

"hyung tak pernah berfikir, bahwa tindakan itu ternyata membuatmu kehilangan masa muda. benar, hyunglah yang paling egois di sini. hyunglah pihak yang harus disalahkan. jangan hukum taehyung lagi, kumohon. maaf, sekali lagi maaf jungkookie. jujur, setelah kejadian hampir dua tahun lalu itu........ berhasil membuat hyung semakin takut hanya untuk bertemu denganmu. hyung merasa tak pantas. melihat dari jauh dan memastikanmu baik-baik saja, sungguh membuat hyung bersyukur. kini........ hhh, hyung sampai kehilangan kata-kata"

Himnaeseyo [BTS Fanfiction]Where stories live. Discover now