Meja Di Pojok, An

52 2 0
                                    

5/8/....


Mari duduk sayang, Abraham Lincoln pernah berkata bahwa saat kita gagal merencanakan sama halnya kita sedang merencanakan kegagalan. Lalu kamupun tadi serampung mandi—mengutip puisinya pak Sapardi—aku ingin mencintaimu dengan sederhana, begitulah katamu. Namun sayang, setahuku untuk saat ini, kata sederhana sudah tak sesederhana artinya. Manusia sudah merumitkan segalanya, beranjak dari awalnya memang merumitkan yang sederhana pun menyederhanakan yang rumit—hingga akhirnya, lebih rumit juga. Aku, kamu, sama. Karena kita spesies bernama manusia juga. Makanya, mari ke beranda, duduk sayang. Aku buatkan kopi hitam. Sebentar yah, , ,

Entahlah, sembari membuatkan kopi untuknya dari hari-hari kemarin, pagi, siang, sore, bahkan malam. Tentulah kepalaku terus saja terheran. Kapan terakhir kali hati ini teraduk lagi. Kaget aku. Seingatku dia begitu sewaktu malam pertama dulu, di kamar sedikit remang beraroma pekat mawar. Badan sebenarnya penat menerima dan membalas jabat tangan juga senyum seharian. Aku duduk di tepi kasur, dia mendekat sembari melucuti pelapis tubuhku, hembus napasnya semakin dekat ke tengkuk, rambut sekujurku entah sejak kapan berdiri, resah tak bersebab, mengalir saja. Dikecupnya telingaku, lalu berbisik, kita menyatu, aku di dalammu, kamu di dalam, , , . Aghh, kenapa juga kepalaku ini. sudah lama dia tak begitu, anak sudah dua, satu sekolah menengah satu kuliah, masih sempat-sempatnya.

Dan, kopi sudah disajikan, Dia menyeruputnya lekas. Pagi kehilangan pekatnya. Aku kehilangan prasangka daripadanya. Aku dengannya duduk berhadapan di meja kecil, di beranda, bertemankan halaman penuh tanaman, bunga-bunga, wewangi kehidupan. Kamu, jangan lupa nyusu, An—katanya, mengecup keningku, biar perlu, kamupun rutin minum madu, waktu sebenarnya tak berlalu, hanyalah kita yang menganggapnya seperti itu.

Meja di pojok selalu merah jambu, berhias kopi dan susu. Pagi untuk kita, di beranda, jalan entah ke mana inginnya.

***

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Jun 08, 2019 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

Taksa Mata SenjaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant