Chapter 2

625 20 0
                                    

Annya berjalan menyusuri jalan yang sepi,tiba-tiba ia teringat bahwa bahan makanan dirumahnya habis. Annya berjalan menuju minimarket untuk membeli beberapa camilan untuk menganjal perut.

Annya menemukan camilan favoritnya,tapi camilan tersebut berada dirak yang tinggi. Ia pun berlompat agar bisa menggapai camilannya itu.

"Astaga kenapa rak ini tinggi sekali" keluh Annya yang masih terus berlompat.

Ia bisa saja meminta orang untuk mengambilnya,tetapi ia malu.

"Aku akan memarahi orang yang membuat rak tinggi ini" marah Annya.

Tiba-tiba ada sebuah suara barinton dibelakangnya.

"Jika kau tidak bisa mengapainya,mintalah seseorang untuk mengambilnya" Annya mendongakkan kepalanya dan ia melihat lelaki beriris mata hijau itu.

Annya mengambil camilan dari tangan lelaki itu dan pergi meninggalkannya.

"Hei siapa namamu" teriak laki-laki,Annya tidak memperdulikannya dan terus berjalan menuju kasir.

"Rp.25,000 mbak" Annya memberikan uang pas kepada kasir dan keluar dari minimarket tersebut.

Setelah sekian lama berjalan,akhirnya Annya sampai diapertemen yang ia beli dengan hasil kerja kerasanya sendiri. Memang tidak terlalu mewah,tapi setidaknya itu sudah lebih dari cukup.

Annya melepas sepatu haknya,dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Annya keluar dari kamar mandi,memakai pakaiannya dan berjalan menuju sofa sambil membawa camilan yang ia beli tadi.

"Fernan Albarac terdaftar dideretan 10 billionaire tertampan dan terkaya didunia" seperti itulah berita yang sedang tayang ditelevisi Annya,kemudian muncul foto-foto 10 billionaire tersebut.

Seketika tubuh Annya menegang saat melihat foto billionaire deretan pertama,tiba-tiba ingatannya membawanya kembali dengan sosok laki-laki yang ia jumpai diminimarket tadi.

"Ini tidak mungkin aku pasti salah lihat" elak Annya.

"Tapi bagaimana jika itu memang dia?"

Tamatlah riwayatku,bantin Annya.

🍁🍁🍁

Setelah selesai membeli camilan,Fernan kembali ke mansion mewah miliknya.

"IM HOMEE!" teriak Fernan menggema.

"Sudah berapa kali ku ingatkan ini rumah bukan hutan" kesal seorang wanita paruh baya,ia adalah Loren Albarac.

"Sorry mom" Fernan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Siapa wanita itu?" guman Fernan sambil merebahkan dirinya diatas tempat tidur.

"Tidak biasanya aku seperti ini ya tuhan. Jika aku bertemu dengannya untuk keduakali nya ku pastikan ia akan menjadi milikku " ucap Fernan menyeringai.

Fernan bangkit dari tempat tidurnya,dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah beberapa menit Fernan keluar dari kamar mandi.

Fernan berjalan menuju lemari pakaiannya yang sangat besar,ia mengambil baju kaos polos berwarna navy dan celana selutu bewarna hitam.

Ia keluar dan menuruni tangga untuk makan malam.

"Fernan kemari" ucap ayah Fernan,Azka Albarac.

Fernan datang membawa makanannya.

"Ada apa dad? " tanya Fernan sambil memasuka makanan kedalam mulutnya.

"Kapan kamu akan menikah?"

Uhuk uhuk uhuk

Seketika Fernan tersedak.

"Ayolah dad umurku masih 24 tahun"

"Ralat jalan 25 tahun" cibir Azka.

"Tapi dad dan mom ingin memiliki cucu" geram Loren.

"Jika disaat ulangtahun yang ke-25,kamu belum mendapatkan calon istri. Maka kamu harus menikah dengan anak teman dad" putus Azka.

"What the fuck! Tidak bisa seperti itu dad,ini kehidupanku aku yang menjalaninya jadi biarkan aku memilih wanitaku sendiri" Fernan bangkit berjalan menaiki tangga dan menuju kamarnya.

"Anak itu sungguh keras kepala" lirih Azka.

"Iya sama sepertimu" cibir Loren.

"Heii! Dia juga anakmu"

"Memangnya ada yang mengatakan jika dia bukan anakku?" Loren bangkit dan berjalan menuju kamarnya meninggalkan Azka.

"Untung sayang" cibir Azka,ia pun menyusul Loren.

.

.

.

.

.

.

Danger BillionaireWhere stories live. Discover now