IMPERFECT ANGEL

Começar do início
                                    

"Aku tidak mengerti maksudmu, apa hubungannya muntahanku dengan Murata-senpai?" balas Ayase balik bertanya.

Tomomi hanya mendesah pasrah dengan keluguan pemuda satu ini.

"Bukan itu maksudku, Ayase. Apakah Renho tahu kau sedang sakit?" tanyanya lagi.

"Aku tidak sakit, Tomomi. Aku juga tidak perlu memberitahu Murata-senpai dengan semua keadaanku, bukan? Apalagi dia sedang sibuk dengan pekerjaannya, jadi aku tidak mau menganggunya dengan hal – hal yang tidak penting." jawab Ayase panjang membuat Tomomi menyerah dan duduk di sebelah Ayase.

"Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi. Aku hanya ingin kau merasa baikan saja." gumam Tomomi lagi memegang kedua tangan Ayase, berusaha meminta maaf.

Ayase tersenyum ringan melihat perubahan sikap Tomomi yang tidak pernah berubah, selalu mengkhawatirkannya. Bahkan ketika masih di Rusia dulu, hanya Tomomilah yang bisa ia andalkan. Beberapa suruhan kakeknya yang selalu menjadi bodyguard rahasia, tidak pernah satupun dianggap oleh Ayase. Olezka Dimitri selalu menyuruh Ayase untuk tinggal dengannya, namun dia selalu menolaknya dan Ayase tahu kakeknya tersebut tidak pernah datang sendiri ke hadapannya untuk meminta hal tersebut.

Dia merasa jauh dengan kerabat dari keluarga ibunya, tidak mengenal satupun selain ibunya dan kakeknya yang sangat perfeksionis. Makanya, ketika kakeknya itu mengajaknya untuk tinggal di Rusia dan mengubah kewarganegaraannya, Ayase tidak mau dan selalu menolak. Impiannya adalah untuk membuka sebuah toko bunga yang selalu di idamkan oleh ayahnya dan sekarang semuanya sudah terwujud.

"Aku akan segera ke dokter kalau keadaanku memburuk, oke?" balas Ayase berusaha menenangkan Tomomi yang selalu khawatir.

"Baiklah, aku rasa kau harus mempekerjakan seorang part-timer karena Renho akan keluar negeri beberapa bulan ini. Jadi, aku rasa pasti dia belum memberitahumu?" tanya Tomomi lagi.

Ayase terkejut dengan ucapan temannya tersebut, dia tidak tahu hal tersebut dan hanya menggelengkan kepala pelan.

"Sudah kuduga! Apakah dia pernah meneleponmu untuk memberitahu tentang hal ini?" Tomomi mendekatkan kepalanya berusaha mencari tahu.

"Tidak. Aku rasa dia sangat sibuk dan aku juga harus tahu diri bahwa tidak selamanya Murata-senpai akan membantuku, bukan?" Ayase mendorong kepala Tomomi yang besar dan berdiri dari kursi tempat ia duduk.

Tiba – tiba sebuah telpon berdering dan Ayase mengangkatnya, lalu berbicara sebentar dan menutupnya kembali.

"Ada apa? Sesuatu terjadi?" tanya Tomomi penasaran.

"Hide-san memesan beberapa buket bunga mawar lagi dan minta untuk diantarkan ke rumahnya hari ini." tukas Ayase bingung.

Mendengar hal itu, Tomomi langsung sumringah. Bukan karena pesanan bunga yang banyak, melainkan seseorang yang menelepon barusan.

"Bukankah itu bagus? Aku kira kau memang dekat dengan Per—. Maksudku Suga-san." gumam Tomomi hampir keceplosan menyebutkan identitas asli Yoshihide.

Ayase tersenyum ringan mendengar hal itu dan Tomomi mengangkat alisnya penasaran.

"Hide-san orang yang sangat menarik dan dewasa sekali. Aku tahu umur kami berdua agak terpaut cukup jauh, tapi dia sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu—"

Tomomi hanya cekikikan karena memang Yoshihide sudah berumur 35 tahun dan sudah bisa dibilang seorang "old man".

"Sudahlah! Lebih baik aku menyiapkan buket bunga ini dan mengantarkannya segera—"

"Kau akan mengantarkannya sendiri?" tanya Tomomi menyela.

"Tentu saja!" seru Ayase tidak menghiraukan Tomomi dan langsung mengerjakan pekerjaannya.

Sahabatnya itu hanya menghela nafas pelan, dan langsung beranjak dari kursinya sambil mengambil tas miliknya.

"Baiklah, aku akan kembali ke Chiyoda. Aku yakin kau juga tidak akan mau meminta bantuan Renho, bukan? Lagipula mungkin dia masih sibuk sekarang." jelas Tomomi yang sudah berdiri di depan pintu keluar.

"Tentu saja, Tomomi. Aku sudah banyak merepotkan Murata-senpai dan aku rasa sudah cukup bantuannya yang dia berikan padaku. Kali ini aku ingin berusaha dengan kekuatanku sendiri, Tomomi. Aku harap Murata-senpai akan mengerti hal ini." balas Ayase tersenyum ringan membuat Tomomi tidak mau memperpanjang percakapan mereka lagi.

Dia tahu Ayase adalah orang yang kuat jadi dia tidak perlu terlalu khawatir pada pria satu ini. Tapi dia masih mencurigai hubungan apa sebenarnya Ayase dengan Perdana Menteri Jepang tersebut, yang juga sekaligus adalah atasannya langsung. Renho tidak pernah mengatakan apapun dan Tomomi juga tidak mau terlalu ikut campur akan hal tersebut.

.

.

.

SUGA RESIDENCE.

Tertulis sebuah papan nama yang sangat mewah dan berlapiskan emas. Ayase melihat kembali alamat yang dia tulis di sebuah kertas, ketika Yoshihide meneleponnya beberapa waktu lalu. Dia tidak menyangka, kediaman pelanggan toko bunganya tersebut sangat mewah dan elit. Sampai hari ini, Ayase tidak pernah tahu apa pekerjaan asli dari Yoshihide dan Yoshihide memang berusaha keras agar Ayase tidak mengetahuinya. Gerbang hitam yang tinggi dengan tiang – tiang yang menjulang membuat Ayase agak enggan untuk memencet sebuah bel yang sudah berada di hadapannya saat ini.

Akhirnya Ayase memberanikan dirinya untuk menekan tombol bel tersebut dan benda itu berbunyi tiga kali, lalu terdengar suara interkom dari samping bel tersebut.

"Permisi! Saya dari Onodera Florist ingin mengirimkan buket bunga atas nama Tuan Suga Yoshihide!" seru Ayase menjawab agak cepat dan gugup.

"Onodera Florist—?" tanya seseorang dari arah seberang.

Tiba – tiba gerbang hitam yang tinggi menjulang itu membuka sendiri dan suara dari arah seberang mempersilahkan Ayase untuk masuk. Tanpa basa – basi, Ayase mengendarai sepedanya masuk ke dalam mansion besar tersebut dan berhenti di depan sebuah pintu masuk rumah tersebut. Muncul seorang wanita paruh baya dengan dandanan yang cukup eksentrik, membuat Ayase tersenyum ringan, lalu membungkuk memberi salam.

"Selamat siang, Ny. Suga—?"

"Panggil saja, Nanase. Onodera-kun?" ujar Nanase, ibu kandung Yoshihide bertanya balik.

"Tuan Suga Yoshihide memesan tiga buket bunga mawar kuning dan menyuruh saya agar mengantarnya kesini." jawab Ayase memberikan bingkisan buket bunga tersebut dan beberapa ucapan kartu kepada Nanase.

Nanase hanya tersenyum kecil mendengar Ayase memanggil nama kakak tirinya tersebut dengan sangat formal,

"Biasanya pria yang selalu mengantar kiriman bunga tidak ada? Apakah dia sedang tidak masuk?" tanya Nanase lagi sambil mencium buket bunga mawar tersebut yang selalu harum, yang ia maksud adalah Renho.

"Akh—eumm, hari ini dia tidak bisa dan sebenarnya dia bukan pegawai di toko bunga saya, Nanase-san." jawab Ayase gugup karena memang biasanya Renho yang selalu mengirimkan buket bunga ke alamat ini.

"Baiklah, apakah kau ingin masuk sebentar dan meminum teh bersamaku?" tawar Nanase melihat air muka Ayase yang agak kelelahan.

"Ti—Tidak terima kasih. Saya harus segera kembali ke toko bunga karena tidak ada yang menjaga—"

Setelah menjawab setengahnya, tubuh Ayase mulai bergejolak dan dia tidak sadar sudah pingsan di depan mansion milik kakak tirinya tersebut, Yoshihide Suga.

===================================================

07 Juni 2019

20:51 P.M

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Jun 07, 2019 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

You're Mine (Eternal)(BoyxBoy)M-Preg SeriesOnde histórias criam vida. Descubra agora