Bagian 24 : Kembalinya Sang Perwira

3.8K 245 42
                                    

Evner terperangah. "Kau ... Gandir? Salah satu perwira tinggi pendamping Murkala? Bu-bukankah ... Kau sudah ...."

"Hahahaha ..." Gandir tertawa. "Kau sudah lupa siapa aku? Aku ini satu tingkat dengan Bima. Tapi nampaknya ... Aku sudah melampaui satu tingkat darinya. Karena dia benar-benar sudah mati."

Gandir memiliki perawakan yang tinggi besar, serta memiliki tubuh kekar. Kumis dan janggutnya berwarna hitam pekat sama seperti rambut gondrongnya. Ia tampak seperti pria berumur lima puluhan. Namun sebenarnya, usianya sudah ratusan tahun.

"Apa kau sama dengan Bima? Seorang pengkhianat?" Tanya Evner curiga.

"Jaga bicaramu, Bocah!" Seru Gandir marah lalu mencekik Evner dan mengangkatnya ke atas.

Evner memekik seraya menggunakan kedua tangannya berusaha melepaskan cengkraman tangan Gandir di lehernya.

"Meskipun aku tak terlalu suka pada Tuan Murkala, tapi aku bukanlah pengkhianat! Mengerti kau!?" Hardik Gandir.

Evner mengerdipkan mata, mengiyakan.

Gandir melepas cekikannya.

Evner terjatuh lalu memegangi lehernya yang terasa sakit.

"Dan satu lagi, kalau kau bersikap tak sopan lagi padaku, aku akan membunuhmu. Mengerti?" Ancam Gandir.

"Iya maaf, Tuan Gandir sang panglima genderuwo merah!" Jawab Evner kesal seraya bangkit berdiri.

"Dengar, Nak, akan terjadi peperangan besar di dunia manusia. Dan awal peperangan bukan dari Jawa Timur atau Kalimantan yang didiami banyak kerajaan siluman terkuat, melainkan di kota ini," papar Gandir.

Evner terperangah. "Ba-bagaimana bisa??"

"Pertanda awalnya adalah dengan munculnya prajurit Alas Purwo dengan dipimpin oleh Gunjara di kota ini. Dan aku yakin, kau sudah melihatnya atau bahkan ... Terlibat dalam peristiwa awal tersebut?" Tebak Gandir.

"Anda benar, Tuan. Belum lama ini, terjadi serangan prajurit Mankar di kota ini. Namun saya belum melihat Gunjara. Justru yang bertarung langsung dengan saya adalah Rakhan."

Gandir mengangguk. "Rakhan adalah tangan kanan Gunjara. Berarti kita harus segera bertindak sebelum kedatangan panglima Alas Purwo. Jika 'sang panglima' tiba di kota ini, maka 'peperangan mengerikan' yang pernah diramalkan itu benar-benar akan terjadi."

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Tanya Evner.

Gandir mengerutkan dahi. "Lah? Bagaimana kau ini?? Kau ini perwira Benteng Kalang atau bukan?? Kenapa kau masih tampak bingung dan tak mengerti rencana kita berada di kota ini??"

Evner tampak terdiam dalam bingung.

Gandir memicingkan mata. "Apa jangan-jangan kau tidak mengikuti rapat militer bersama Kamandanu?? Iya kan??"

Evner menundukkan wajah.

Gandir mendengus kesal. "Kau ... Pantas saja ...."

"Yayaya, saya tau saya memang tidak berguna dan bisa diandalkan seperti Artha atau Giandara! Anda puas??" Potong Evner kesal dan kalut.

"Kau tidak seharusnya meninggalkan tugas karena kesalahanmu sendiri," ujar Gandir dengan nada tenang dan dingin. "Apa kau masih belum faham kenapa kau di satu levelkan dengan mereka berdua, dan masuk ke dalam Telu Adiwijaya? Itu karena kami mengakui bahwa kau hebat, Evner. Tapi kau tak bisa melaksanakan tugasmu dengan maksimal. Itu saja."

Evner tertegun dengan perkataan Gandir.

Gandir memegang bahu Evner. "Aku mengerti apa sebenarnya yang terjadi. Aku mungkin akan kecewa padamu. Tapi biarlah kesalahan itu berlalu. Dan kau tahu apa yang harus kau lakukan jika kau termotivasi dengan kata-kataku?"

KEMBANG DARAH (MLG 3)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें