Bagian 28 : Kecurigaan

45 4 0
                                    

Noya duduk di sebelah sebuah makam. Pada batu nisan berwarna putih, terukir nama Kim Yoo Jung.

"Anyeong-eh... Permisi..." Sapa Kimyoo seraya melepas sebelah earphone-nya.

Noya menoleh. "Ada apa, Bang?"

Kimyoo tersadar dari tegunan. "Emm... Anu... Ooh kamu butuh... Pa-payung?"

Noya menggeleng. "Gak usah. Nanggung kehujanan. Thanks before," Ucapnya lalu melenggang pergi meninggalkan Kimyoo yang mematung sendirian memandanginya.

"Heeii!!" Panggil Kimyoo sambil berlari kecil mengejar Noya.

Noya membalikkan badan dan menatap Kimyoo yang sudah berada di dekatnya.

"Nama ... Nama kamu ... Siapa?" Tanya Kimyoo dengan nafas terengah-engah.

Noya mengkerutkan kening. "Buat apa nanya nama aku?"

Kimyoo mengulurkan tangan. "Buat kenalan."

Noya tersenyum. "Kamu siapa?" Ia balik bertanya tanpa menyambut tangan Kimyoo.

"Namaku Kim Yoo Jung. Salam kenal."

"Ooh ..."

"Kalau kamu?" Tanya Kimyoo. Tangannya masih setia terulur meski pegal dan tanpa sambutan.

"Namaku ... Rahasia!" Cetus Noya yang lalu berlari pergi meninggalkan Kimyoo.

"Aniyaaa! Hyaaaa.... Jahil sekali kamu!" Gerutu Kimyoo.

Noya dalam sekejap sudah berlari cukup jauh.

Kimyoo mematung memandangi Noya. Sementara itu, ia tak melihat Noya tengah tersenyum malu sambil terus berlari.

Membayangkan momen awal pertemuannya dengan Kimyoo, membuat hatinya terasa dicabik-cabik. Noya menangis sambil beringsut memeluk nisan kuburan Kimyoo.

Tanpa Noya sadari, Arzun dan Delya datang lalu menghentikan langkah beberapa meter di belakang Noya.

Delya menengok Arzun. Kedua matanya berkaca-kaca.

Arzun meraih pundak Delya, membiarkan gadis itu memeluk dan menangis di pinggangnya.

"Aku jadi inget Ayah ..." Lirih Delya.

Arzun termenung.

Noya menangis tersedu-sedu. Ia menumpahkan air matanya membasahi nisan Kimyoo.

"Maafkan aku ... Maafkan aku ... Bang Kimyoo ... Andai aku bisa memelukmu untuk terakhir kalinya ..."

Namun kali ini, harapan itu hanya tinggal angan. Kimyoo telah pergi untuk selamanya.

Delya berjalan mendekati Noya. "Kak ..." Panggilnya pelan.

Noya terkejut. Ia segera mengelap air mata sebisanya, lalu menoleh. "Kamu? Delya?"

"Kakak ... Apakah Kakak masih ingat mimpi Kakak? Makanya Kakak ingat namaku?" Tanya Delya.

Noya mengangguk. "Iya! Iya! Kamu Fidelya, kan?"

"Nama Kakak ... Noya?"

Noya mengangguk haru.

Delya tersenyum lalu memeluk Noya.

Noya menyambut pelukan itu dan memeluknya erat.

"Berarti benar kata Kak Arzun ..." Kata Delya sambil menangis.

"Kak Arzun?" Tanya Noya sambil menatap Arzun dari pundak Delya.

"Kak Arzun bilang ... Saat darurat apalagi mendekati kematian ... Sesama Kembang Desa dari kakek buyut yang sama akan bisa saling berkomunikasi dalam mimpi," terang Delya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEMBANG DARAH (MLG 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang