Chapter 2

242 78 109
                                    

Buenos dìas mi amor.

'Gila yah gue ngga percaya kalau dia itu tetangga gue, astaga sumpah mati gugup gue di depan dia gue malu banget' batin Aldri sambil membersihkan diri dengan guyuran shower.

'apa gue masih suka ama dia? Yakali itu udah 9 tahun yang lalu, ah bodo amat lah, lagian dia makin cuek aja. ngga ngerti gue' batin Aldri sekali lagi, menyelesaikan ritual mandinya lalu pergi tidur untuk menenangkan diri dan lebih banyak berfikir 'apakah rasa itu kembali?' Iyah.

***

Pagi yang cerah memberikan Agata semangat baru, setelah dia menunaikan ibadah paginya lalu bersiap pergi ke kantor dan sebelum itu dia akan berdiri di balkon sambil menikmati cahaya matahari pagi menguasai kulitnya dengan rasa hangat, diteguknya air mineral yang sudah dia pegang, ditatapnya kota dari ketinggian, diluar sana sudah banyak orang yang melakukan aktivitasnya masing-masing.

Pintu apartement itu terbuka bersamaan dengan pintu apartemet yang tepat disebelahnya. Agata yang biasanya tak peduli hanya bersikap acuh tak acuh.

"Hai" sapa Aldri melambaikan tangannya ke arah gadis beraroma sakura itu. 'Buenos dìas mi amor' salam batinnya sekali lagi.

Agata yang hanya sibuk dengan pikirannya tak menghiraukan sapaan lelaki itu dan langsung berlari menuju lift yang hampir menutup pintu.

Aldri yang merasa tidak ada respon hanya menaikkan alisnya 'tumben gue ngga dipeduliin, biasanya gue yang ngga peduli, what's karma?' batin Aldri sambil berjalan menuju lift yang sudah tertutup dan membawa gadis itu hilang dari hadapannya.

Agata langsung berjalan ke cafe yang ia buka dekat apartementnya tersebut, dan menjadikan Bella sahabatnya jadi manager di tempat itu, karena Agata yang sibuk dengan urusan kantornya, membuatnya hanya singgah dan selalu memesan latte dengan double susu, dan Agata tidak suka kopi. Menurutnya itu hanya menambah pahit dikehidupannya.

"Bell latte, double susu kalo lo lupa" ujar Agata berdiri di depan kasir sambil mengambil handphonenya yang bergetar.

Agata mengangkat telvon itu mendekati telinganya dan mengangkat sebelah tanganya untuk mengisyaratkan tunggu kepada Bella yang akan memberikan pesanannya dan Bella hanya membalasnya dengan anggukan.

"Hallo, selamat pagi"

",,,,,"

"Bisa pak, nanti akan saya atur jadwal rapat bersama pak"

",,,,,,,,,,,"

"Baik pak, selamat pagi"

Setelah disebrang sana memutuskan sambungan Agata kembali melihat Bella yang tampak bingung 'siapa?' Arti tatapan Bella yang dimengerti Agata, tapi Agata tak peduli dengan tatapan Bella, tujuan Agata saat ini ingin bertanya lelaki yang tadi malam mengganggu konsernya.

"Bell gue mau nanya, lo ingat Aldri temen SMA dulu? gue lupa, coba ingetin gue" ujar Agata terus terang. Mengambil latte dari tangan Bella yang hampir kaget ia pikir terjatuh.

"Jelasinnya cepat gue mau ngantor nih" sambung Agata sambil melihat jam yang bertengger disebelah tangan kirinya. Memastikan agar tidak terlambat.

"Hhmm owhh Aldri, ketua eskul paskib di sekolah bukan yah? Yang suka sama lo kan?" ujar Bella menebak-nebak.

"Eh? ngasal aja lo kalo ngomong, gue nanya jangan lo balik nanya semprul!!" ketus Agata

"Dan apa lo bilang dia suka sama gue? Ngebacot banget lo jadi orang" sambar Agata sebelum Bella menjelaskan apa yang akan dia ucapkan selanjutnya.

"Emank kenapa lo nanyain dia?" Tanya Bella heran.

"Minggir lo Ga, ada yang mau mesen tuh dibelakang lo" semburnya cepat setelah melihat ada yang masuk ke dalam cafe itu, sambil mengibas-ngibaskan tangannya tampak mengusir Agata.

Agata menatap Bella sinis, tanpa peduli siapa yang datang dan Agata langsung duduk membelakangi kasir, setelah dia duduk dengan nyaman tak sengaja dia mendengar suara yang familiar sangat familiar didalam hati Agata, dan dia sangat merindukan suara berat itu.

"Mbak ekspresso dua yah, saya bayar pake kartu kredit yah mbak" suara lelaki itu berat dan serak.

Agata tampak penasaran dengan suara itu, namun, Agata tak berani menoleh ia belum siap berjumpa dengannya, Agata pengecut, dan jiwa pecundang, bahkan ia tak berani untuk memastikan apa yang dipikirannya itu benar atau tidak. Dan setelah pintu tertutup menandakan bahwa customer itu telah pergi ia langsung menoleh ke arah Bella.

"Bell?" Tanya Agata dengan tatapan sendunya.

Sedangkan Bella yang sudah tau apa maksud dari sahabatnya itu menggangguk mengerti.

"Bell itu kak Aldy kan?" Tanya Agata tak percaya. Dia berharap Bella menjawab tidak.

"Iyah Ga lo bener itu kak Aldy, gila makin ganteng aja dia" ucap Bella memuji lelaki yang Agata sangat damba-dambakan. Harapannya lagi lagi pupus.

Saat ini Agata sangat merindukan sosok itu, Agata mengikutinya dari belakang, lelaki itu tampak terburu-buru, hingga Agata berulang-ulang kali harus menahan kakinya yang sudah keseleo, dan akhirnya langkah Agata terhenti di pinggir taman.

Dia melihat lelakinya eh maksudnya lelaki itu. Memberikan secangkir ekspresso ke gadis cantik dan sepertinya Agata mengingat gadis itu, senyumnya merekah melihat lelaki itu sedikit berlari dan? Dia tersenyum, seketika Agata meneteskan air matanya lalu menunduk. Agata bersender dibalik pohon lalu menutup wajahnya dengan telapak tangannya dan menangis tanpa mengeluarkan suaranya, itulah seorang Agata.

Agata cukup lama berdiam diri dibalik pohon itu memendam rasa, ia ingin marah bahkan sangat, penantiannya selama ini sia-sia Agata merasa tak berguna karena hal yang dia perjuangkan sia-sia. Padahal banyak seseorang yang berlalu lalang dikehidupannya bahkan mereka saling nyaman, tapi dengan hati yang terkatup rapat tanpa celah karena didalamnya terdapat nama kk Aldly seseorang yang sangat dia cintai teramat cinta. Sampai saat ini belum ada yang lolos begitu saja menembus dinding hatinya. Hatinya keras melebihi sekeras baja bahkan jauh diatas kata baja.

Agata sadar dia tidak harus terlarut seperti ini, dia bukanlah satu-satunya lelaki. Agata berbalik meninggalkan taman dan dengan langkah pincang dia berjalan menuju parkir cafe tempat dia memarkirkan mobilnya, Agata benar-benar tidak bisa menahan air matanya yang turun begitu saja, berulangkali dia menghapus air matanya kasar dan mencoba tegar dan lagi-lagi dia gagal.

Agata hanya seorang pecundang dengan seribu kegagalan.

"Agata!"

Triak seseorang yang Agata tidak kenali. Ia menghapus air matanya dan berbalik untuk melihat siapa yang memanggil namanya.

TBC
Haiii readersss
Penasaran kan yang manggi Agata siapa? Next dong..

ketemu lagi nih, oiyah jangan lupa vote and coment yah.

Triple ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang