14

355K 6.5K 105
                                    

>Vanya
Clarisa, kau kemana saja? Kenapa teleponku tidak diangkat? Ah kau pasti sangat sibuk bukan, sampai-sampai tidak sempat mengangkat teleponku. Aku hanya ingin memberitahu tadi boss tampan kita ah tidak maksudku kekasih barumu menyuruhku untuk menghubungimu segera. Dia juga mengatakan jika kau harus menghubunginya kembali. Jika tidak kau akan diberikan hukuman. Sebenarnya apa yang terjadi pada kalian apa kalian sedang bertengkar? Jika iya selesaikan lah baik-baik jangan menghindar itu tidak akan menyelesaikan masalah. Selamat siang kawanku. Semoga harimu menyenangkan. Oiya jangan lupa segera hubungi kekasihmu, dia terlihat seperti singa kelaparan tadi. Bye.

"Tamatlah riwayatmu Clarisa." ucap Clarisa pada dirinya sendiri.

Kembali Clarisa membuka kontak telepon mencoba menelpon Saddam. Namun nihil. Saddam tidak mengangkat. Clarisa mencoba menghubunginya kembali namun hasilnya tetap sama. Clarisa mengigit jarinya. Apa Saddam marah besar kepadanya sampai-sampai tidak mengangkat teleponnya kembali.

Clarisa mencoba menenangkan dirinya. Tarik-hembus-tarik-hembus. Clarisa harus menyiapkan alasan untuk menghadapi Saddam besok. Iya ia harus mendapatkan alasan yang tepat. Harus. Clarisa mulai mencari ide lalu menulisnya dalam note kecil. Setelah menadapatkan banyak list ide. Clarisapun mulai menyeleksi satu per satu ide tersebut. Mana yang benar-benar terlihat menyakinkan sehingga ia dapat lolos dari hukuman maut boss gilanya. Setelah menyeleksi Clarisa pun mulai berlatih mendialogkan alasannya agar telihat natural.

Saat ia bolak-balik melafalkan naskah dadakkannya namun tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Sebuah telepon masuk. Clarisa membaca nama penelpon berkali-kali memastikan itu benar-benar dari orang yang sama atau tidak. Iya setelah berkali-kali membaca nama yang terlampir di sana tetaplah 'Saddam' bukan Vanya atau lain sebagainya.

Clarisapun kembali mengatur nafasnya karena ia mulai gugup. Setelah cukup ia pun segera mengangkat telepon tersebut sebelum panggilan itu berakhir.

"Hallo."

Tunggu. Kenapa suara orang di seberang sana berbeda? Clarisa kembali membaca nama penelpon yang tertera tetap tidak ada perubahan.

"Hallo."

Orang di seberang sana mengulangi kembali perkataannya.

"Hallo."

"Maaf lancang. Apa benar yang mengangkat telepon ini adalah kekasih pemilik ponsel ini?"

"Kekasih?"

"Iya. Pemilik ponsel ini menamai Anda kekasih cerewetku. Dan terakhir Anda yang menelponnya jadi saya menghubungi Anda."

"Oh iya memang benar saya menghubungi dia tadi. Tapi kenapa Anda menghubungi saya menggunakan ponselnya?"

"Saya di perintahkan oleh pemilik telepon ini untuk menelpon kekasihnya. Dan juga Tuan ini meminta saya untuk meminta Anda kemari."

"Kemana?"

"Tuan ini berkata ini adalah tempat pertama kalian bertemu juga berkenalan. Hanya itu. Ia berkata jika Anda pasti mengetahuinya. Bahkan itu adalah kenangan yang tak terlupakan. Lalu ia tertidur karena mabuk."

"Baik. Saya akan segera kesana. Pastikan pria itu baik-baik saja."

"Baik nyonya."

Clarisa bergegas menuju tempat di mana ia pertama kali ia bertemu dengan Saddam. Sekaligus tempat yang merupakan saksi bisu perkenalan terburuk sepanjang masa antara Clarisa dan Saddam. Sial. Kenapa pula pria gila itu pergi kesana. Dan apa yang dikatakan orang asing tadi? Saddam mabuk. Aish. Kenapa harus Clarisa yang menjemput. Ia bahkan memiliki banyak anak buah berbadan besar yang bisa dengan mudahnya mengakat tubuh pria setengah-setengah itu. Dasar setengah.

My Boss is Overhormone #MILER1 (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang