08

512K 9.4K 67
                                    

"Hallo."

"Hallo ibu. Aku baru saja sampai di Eropa. Ibu baik-baik saja kan?"

"Tentu saja sayang. Ibu hanya merindukanmu."

"Aku juga. Tapi sayangnya pekerjaanku belum selesai ibu. Aku tidak tahu kapan kami akan pulang. Jika aku sudah tahu aku akan segera menghubungi ibu. Aku janji."

"Iya sayang. Jangan buru-buru. Nikmatilah waktumu di sana. Kapan lagi kau bisa menginjak Eropa. Ibu tak akan pernah bisa mengajakmu ke sana dengan kondisi seperti ini."

"Stttttt.. Berhentilah berbicara seperti itu ibu. Aku kan sudah berkata jika aku sedang menabung untuk biaya berobat, tempat tinggal, dan liburan untuk ibu."

"Ibu juga sudah katakan bukan agar tidak perlu melakukan itu. Cukup melihatmu hidup dengan bahagia maka ibu juga akan bahagia di sisa hidup ibu."

Clarisa membenci bagian ini. Bagian di mana ibunya selalu mengungkit sisa hidupnya. Seakan-akan tahu bahwa waktunya di dunia hanya tersisa sebentar lagi. Clarisa sangat benci. Hanya ibu yang ia miliki sekarang. Tolong jangan berkata yang tidak-tidak.

"Sayang. Ibu harap kau tidak terkejut dan marah. Ada sesuatu yang ingin ibu sampaikan."

Tak

Suara sebuah pot bunga terjatuh menghentikan aktivitas sejoli di pagi hari yang cerah. Untung pot bunga tersebut terbuat dari plastik sehingga tidak pecah dan mengotori lantai.

"Morning kiss, sayang." ucap Saddam tanpa dosa setelah tiba-tiba datang dan langsung mencumbui Clarisa.

Clarisa hanya mendecih sebagai jawaban. Enggan berdebat dengan orang yang telah menggaggunya di pagi buta.

Tak mau tinggal diam Saddam secara tiba-tiba mengangkat tubuh Clarisa lalu memangku, melingkarkan tangannya pada pinggang Clarisa, dan menaruh dagunya pada bahu polos Clarisa karena Clarisa belum mengancing kemejanya yang terbuka ulah Saddam saat mereka beranjak tidur.

"Kau! Apa yang kau lakukan? Turunkan aku!"

Clarisa memberontak. Berusaha meloloskan diri tetapi Saddam semakin mempererat lingkaran tangannya pada pinggang Clarisa tak mengizinkan perempuan itu kemana-mana.

"Tenanglah sayang. Aku tidak akan melakukan yang lebih." ucap Saddam di akhiri dengan sebuah kecupan pada bahu polos Clarisa membuat sang empunya bahu mendecih.

"Walaupun sebenarnya aku ingin." sambung Saddam kembali mencari posisi nyaman.

Clarisa lebih memilih melihat pemandangan indah Eropa dari balkon. Berusaha mengabaikan pria yang memangkunya. Kapan lagi ia bisa ke sini dan menikmati ini semua? Seharusnya ia membawa ibunya kemari agar dapat menikmati suasana ini bersama. Ibunya pasti sangat senang.

"Hey. Kenapa kau melamun di pagi-pagi buta sayang? Apa ada yang menggangu pikiranmu?" ucap Saddam mulai mendaratkan kecupan pada leher Clarisa.

"Kenapa kau melakukan ini kepadaku dan ibu?" tanya Clarisa ketus.

Saddam mengerutkan kening tidak mengerti. Ia mendongkakan kepalanya agar dapat melihat wajah Clarisa dan mengerti akan apa yang dimaksud Clarisa.

"Maksudmu?"

Clarisa menjauhkan tubuhnya dari Saddam tetapi masih dalam pangkuan itu. Menolehkan wajahnya agar bertemu dengan wajah Saddam.

"Kau memberikan kami masion, mobil, supir, pembantu, bahkan kau juga membiayai kemotrapi ibu. Apa yang kau lakukan? Kau bukan siapa-siapa bagi kami. Kau hanyalah boss ku dan aku hanyalah asistenmu yang baru saja kau angkat kemarin. Apakah pantas kau berbuat seperti ini? Arghhhh bagaimana aku bisa mengganti semua uangmu. Gaji selama hidupku pun tak akan cukup untuk menggantinya."

My Boss is Overhormone #MILER1 (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang