04

570K 10.8K 148
                                    

Busa empuk berdecit berkali-kali pertanda sang empunya masih terjaga.

Tek

Lampu utama di nyalakan. Cahaya terang menyapu bersih isi ruangan.

"Ahhhhhhh.. Ayolah Sa. Lupakan kejadian itu dan kembalilah tidur." monolog seorang gadis terduduk di atas kasur.

Clarisa. Sedari keluar dari ruang boss nya pikirannya terus berkecamuk. Bertabrakan satu sama lain. Berkeliaran. Tak bisa diam.

Menabrak orang yang sedang berlalu lalang. Salah memberi uang bayaran kepada supir taxi. Mengabaikan teriakan ibu nya yang terus bertanya kenapa pulang terlambat. Dan berakhir tidak bisa tidur. Hanya membolak-balikan badan ke kiri-kanan-depan berulang-ulang persis seperti memanggang daging.

"Kenapa harus dia? Kenapa bisa dia yang menjadi CEO baru? Bukankah kemarin ia memberikan kartu nama yang jelas-jelas tercetak di sana jika ia bekerja di perusahaan  tepat di bidang property. Bagaimana bisa ia menjadi CEO di perusahaan tempat ku bekerja yang jelas-jelas jalan di bidang desain interior dan eksterior? Jangan-jangan ia sudah membeli perusahaan kami? Hah? Memang dia sekaya apa? Tidak. Tidak. Aku pasti salah lihat. Dia pasti orang yang berbeda. Ayo Clarisa kau segera harus tidur lalu besok ketika kau ke bandara maka kau akan melihat sosok yang lain. Iya. Ayo segera tidur. Lupakan semua pikiran buruk itu dan berdoa agar wujud boss mu berubah. Okay. Good night."

Clarisa lelah bermonolog akhirnya terlelap. Dengan harapan agar esok hari ia akan bertemu dengan wajah yang berbeda. Dengan harapan ia hanya salah mengenali sosok yang ia temui beberapa jam lalu.

¦¦

Burung langit sedang melintasi awan putih. Membawa orang-orang menikmati berkendara di udara. Puluhan ribu kaki di bawah sana terlihat perairan biru dan hijaunya pepohonan. Sedangkan lurus di di samping terlihat gumpalan gula-gula yang terlihat sangat empuk dan lembut.

Clarisa mengehela nafas. Kembali memadang lurus ke depan lalu ke samping. Terlihat seorang pria dengan setelan formalnya tertidur pulas. Kedua tangannya di lipat di depan dada. Menampilkan otot-otot bisepnya yang ingin mencuat merasa gerah tak cukup muat dengan jas hitam yang melapisinya.

"Arghhhhhh. Harapan tetaplah harapan. Kenapa harus dia lagi? Kenapa boss yang lama di ganti? Memang dia bisa apa selain mengacau kehidupan orang lain. Aish kenapa tidak Vanya saja di sini? Lihatlah betapa beruntungnya anak itu. Bahkan sekalipun tak pernah di ajak boss untuk menemaninya saat tugas di luar."

Mengomel. Mengeruntu. Mengumpat. Hanya itu yang di lakukan Clarisa sejak tiga puluh menit yang lalu. Merasa sangat amat tidak terima dengan kenyataan yang terjadi.

"Hey. Tidurlah. Perjalanan kita masih panjang. Apa kau tidak lelah mengutukiku sejak tadi? Berhentilah mengumpat aku tidak ingin bibir manismu berubah menjadi pahit setelah mengeluarkan umpatan-umpatan kasarmu. Dan sejak kapan kau berani mengumpati bossmu sendiri?"

Damn

Clarisa tertangkap basah sedang mengutuki boss nya sendiri. Karena terlalu asyik mengumpat sampai lupa jika orang yang di umpati sedang berada di sampingnya. Lagipula tadikan boss nya sedang tidur, ia juga mengumpat dengan volume sangat kecil bahkan lebih mirip seperti berbisik. Sejak kapan pria itu sadar? Dan apa dia mendengar semuanya? Semua umpatan terburuk yang tak patut di ucapkan.

Aish. Bodoh. Bagaimana jika nanti ia di hukum. Atau di pecat. Tamatlah riwayatmu Clarisa. Siapa yang akan menanggung biaya hidupnya dan sang ibu. Mau makan apa mereka nanti. Ibunya mempunyai penyakit keras tidak mungkin bisa bekerja. Maka ia lah harapan satu-satunya. Mencari pekerjaan bukanlah perkara yang mudah. Apalagi di saat-saat seperti ini. Tiga tahun bekerjanya setara dengan tiga puluh menit umpatannya. Minta maaflah sekarang. Sebelum semuanya berakhir.

My Boss is Overhormone #MILER1 (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang