23: Dua Bocah Penganggu

4.6K 491 22
                                    

Wika dan Gerald berjalan di antara para pengunjung mal lainnya. Sejak keluar dari mobil, tangan lelaki itu tidak Wika lepas dari gandengannya. Mengapa tidak dari dulu seperti ini?

Andai saja Gerald mengaku lebih awal. Wika pasti tidak akan bersikap menolak perjodohan mereka.

Rencana kali ini adalah nonton. Yah, hanya bermodalkan itu saja kencan keduanya. Wika tidak bisa meminta lebih, karena Gerald juga tidak ingin membuang waktunya lebih lama dengan aktivitas tak berfaedah seperti ini. Apalagi bersama Wika yang telah berubah. Gerald terlihat belum biasa.

"Bagusnya nonton apa, ya?" tanya Wika lebih pada diri sendiri.

Tentu saja yang paling bagus adalah film bergenre percintaan. Siapa tahu, mereka bisa merasakan romansa di bangku penonton.

"Itu," jawab Gerald, tangannya menunjuk satu gambar film action.

"Iiih, yang itu aja." Wika menunjuk film romantis.

Gerald menggeleng sambil menatap Wika. "Alasan gue ikut, karena mau nonton film itu."

"Tapi gue sukanya yang itu." Wika bersikeras.

Gerald menolak dengan gelengan lagi. Wika melepas tangannya dari lengan lelaki itu. Sungguh menyebalkan. Jika seperti ini, sudah pasti dia tidak akan menang.

Menonton film bersama Gerald sudah dimimpikannya sejak lama. Tidak mungkin Wika pulang dengan tangan hampa. Ya sudah, turuti saja.

"Ya, udah, habis nonton itu, kita nonton film pilihan gue," kata Wika tak ingin mengalah.

Lagi-lagi Gerald menggeleng. Ah, Wika kesal bukan main. Matanya menilik gambar film pilihan Gerald. Hm, film dari luar negeri. Baiklah, pasti ada adegan unsur dewasa.

"Gue nggak bisa lama-lama di sini." Penolakan yang telat, Wika sudah setuju untuk menonton film tersebut.

"Oke, kita nonton yang itu," putus Wika, "tapi lo yang bayar."

"Gue nggak pernah ngarep lo yang bayarin."

Setelah mengucapkan itu, Gerald melangkah untuk membeli tiket. Wika hanya diam sambil menatap punggung itu.

"Bang Gerald!"

Gerald berhenti lalu mencari asal suara. Wika juga melakukan hal yang sama. Apalagi ... itu adalah suara seorang perempuan. Berani sekali memanggil tunangannya.

"Kalian?" tegur Gerald pada dua gadis remaja yang memanggilnya tadi.

"Bang Gerald ...." Salah satu dari mereka sampai memeluk Gerald.

Wika ternganga. Sial! Siapa si centil itu? Lebih parahnya lagi, Gerald sampai mengacak rambut perempuan itu.

Emosinya naik. Tidak, jangan meledak di sini. Cukup awasi saja. Wika tak tahu, sudah seperti apa wajahnya sekarang, pastilah tidak enak dilihat oleh orang lain.

"Mau nonton juga?" tanya Gerald.

"Iya, Bang." Mereka menjawab serentak.

"Mau nonton apa emang?"

"Itu," jawab perempuan yang memeluk Gerald tadi. Dia menunjuk film pilihan Wika.

"Film romantis." Gerald sedikit berbisik. "Ya, udah, sekalian bareng, Bang Ge juga mau nonton itu."

Mata Wika hampir saja jatuh ke lantai jika tidak dikontrol. Tadi Gerald menolak untuk menyaksikan film tersebut, sekarang lelaki itu malah berubah pikiran hanya karena dua remaja genit itu.

Siapa mereka? Wika jadi tambah penasaran. Sepupu? Tidak mungkin, dua sepupu perempuan Gerald sudah menikah.

"Oh, ya ... kenalin, itu Kak Wika," kata Gerald memperkenalkannya.

Tunanganku bukan Cintaku (TAMAT) ✓ #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang