18: Ibu Hamil

4.8K 488 47
                                    

"Tomi," ucap wanita itu sambil menatap perutnya.

Wika diam seribu bahasa. Entah ingin mengerti atau tidak, untuk apa menyebut nama kekasihnya dengan tatapan pada perut yang bulat itu?

Tatapan Wika terarah pada Sarah yang diam sambil menatap dengan arti bahwa Wika harus percaya pada perkataan ibu hamil tersebut.

Itu anak Tomi?

"Lo jangan bercanda," bantah Wika pada Sarah.

"Nggak ada yang bercanda, semua ini fakta."

Sarah membuat napas Wika tercekat. Maudi mendekat, menahan tubuhnya agar tidak ambruk.

Dari mana sahabatnya tahu tentang ini? Sarah terus di sampingnya, bahkan saat masalah menimpa bertubi-tubi. Dia selalu mendampingi Wika, tetapi untuk hal besar seperti ini, mulut perempuan itu tertutup rapat.

Sarah mengenal wanita itu, entah apa hubungan mereka. Kawan ataupun lawan, seharunya Sarah jujur padanya.

Wika menunduk sambil merebut kembali kesadaran. Sarah melangkah maju, menghampiri wanita yang mengaku sedang mengandung anak dari Tomi.

"Ngapain lo nampakin wajah? Wika udah baik-baik aja sekarang, dia udah lupain Tomi—"

"Sarah," cegah Wika.

Biarkan saja ini mengalir, dan dia akan menerima kenyataan tersulit ini. Meskipun Tomi telah tiada, tetapi perasaannya tetap tidak terima jika ada sebuah kenangan ditinggalkan, dan itu bukan untuknya.

"Biarin dia ngomong."

Wika ucapkan itu dalam satu tarikan napas. Memang benar tak sanggup. Namun, dia harus tahu semua. Banyak yang disembunyikan selama Tomi hidup. Bahkan kematiannya pun menjadi teka-teki bagi Wika.

Kebohongan apa pun akan dia terima sekarang. Segalanya, tidak tertutup yang lain. Wika ingin membuka diri untuk mendengar semua fakta, meskipun ada jiwa berontak karena tak percaya.

"Ini anak Tomi," kata wanita itu takut.

"Akhirnya lo ngaku sama Wika," ucap Sarah, yang lebih tahu darinya, "kenapa nggak dari awal? Lo tahu gimana perjuangan Gerald buat nyembunyiin ini?"

Gerald? Lelaki itu juga ada di balik ini semua? Sekarang Wika paham bagaimana Sarah sampai mengenal wanita ini. Jelas karena satu nama yang diucapkan tadi.

Sudah berapa banyak rahasia yang Gerald sembunyikan darinya? Parah sekali, harusnya Wika marah. Mengapa mereka tutup mulut dengan masalah ini?

"Kenapa harus ada Gerald?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar juga dari mulut Wika.

Sarah menatapnya. Wajah itu nampak terkejut karena pertanyaan Wika tadi. Tidak, Sarah hanya baru sadar telah menyebut nama Gerald, hingga membuat Wika bertanya.

"Gue mantannya Gerald."

Semua mata menatap ke arah wanita itu. Kepalanya tertunduk penuh penyesalan.

"Gue dan Tomi selingkuh di belakang lo berdua," jelasnya yang sudah menangis.

Wika terdiam. Penyebab Gerald sangat membenci Tomi, semuanya sudah jelas. Wika menyesal karena terus menyalahkan lelaki itu.

Gerald lebih tersakiti. Bayangan Gerald berharap padanya masih terpampang jelas. Segala tindakan lelaki itu padanya terekam jelas. Gerald hanya ingin memulai dengan hati yang baru.

Wika bisa rasakan, Gerald yang lebih wajib membencinya, malah berusaha menjadi tempat ternyaman untuk Wika berdiam.

"Tamara, sebaiknya lo pergi sekarang."

Kepala Wika sudah menunduk saat nama wanita itu disebut Sarah. Dia pernah mendengarnya dari Gerald.

Segala tuduhan lelaki itu pada Tomi benar. Tidak ada ada kebohongan, bukan seperti apa yang dipikirkannya, perusak hubungan antara dia dan Tomi.

"Nggak perlu sesedih itu. Semuanya udah jelas, Gerald cuma mau nyelamatin lo," ucap Sarah pada Wika.

Tangisnya tak bisa terbendung lagi. Maudi masih menopang tubuh Wika yang penuh penyesalan karena telah membenci Gerald.

Dari umur kandungan Tamara, Wika sudah tahu apa alasan Gerald menerima perjodohan ini enam bulan yang lalu.

Bukan untuk berharap lebih padan Wika, tetapi karena lelaki itu ingin berjalan bersamanya tanpa berharap lagi pada Tomi. Gerald berusaha menyelamatkannya.

"Maaf," ucap Tamara.

Sudah terlambat untuk mengucapkan itu. Bahkan mungkin pada Gerald sekali pun. Iya, Wika tak akan bisa mengucapkan kata "maaf" pada tunangannya sendiri.

"Kenapa lo nggak bilang ke gue?"

Pertanyaan itu dia lontarkan pada Sarah. Perempuan itu diam sambil menatap Wika yang sudah bercucuran air mata.

Jika tahu, Wika tidak akan pernah membenci Gerald. Sudah pasti sekarang, dia sedang berlibur dengan lelaki itu.

Tidak ada lagi pembelaan pada Tomi, tak ada lagi rasa acuh terhadap perjodohan ini. Sungguh, segalanya akan berawal dengan penuh bahagia.

"Maafin gue," balas Sarah, "gue nggak ada maksud bikin lo kayak gini."

Menyalahkan Sarah saja sudah tidak sanggup. Wika benar-benar tak berdaya. Rasa kecewanya pada Tomi lebur menjadi rasa bersalah pada Gerald.

"Gerald pasti benci sama gue," katanya, di sela tangis.

"Nggak, Gerald nggak bakal benci sama lo," sahut Tamara.

Wika melirik wanita itu. Apa yang Tamara tahu? Sudah pasti hubungannya dengan Gerald menjadi renggang karena dia mengandung anak orang lain.

Gerald pasti sangat kecewa pada Tamara, hingga menerima perjodohan ini. Merelakan wanita itu dengan harapan bahagia bersama Wika. Sayang sekali, Wika malah membuat semuanya hancur.

"Lo tahu apa?"

Tamara terdiam mendengar ucapannya. Sebenarnya, ada rasa kasihan saat melihat Tamara saat ini. Bagaimana bisa wanita itu berdiri tanpa ayah dari janin yang dikandungnya?

Nasib Wika lebih beruntung, daripada Tamara.

_______

07.08.20

Mau ngecat kamar dulu. Ada yang mau bantu?

Tunanganku bukan Cintaku (TAMAT) ✓ #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang