Bab 21 - Masa Lalu (Naira's Side)

Start from the beginning
                                    

"Bagaimana kalau aku juga mencintaimu... dulu"

Ia terdiam untuk beberapa saat berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut lelaki yang ada di depannya ini. Beberapa detik kemudian ia terpekik tidak percaya. Mungkin lelaki itu hanya ingin membuat lelucon di waktu yang tidak tepat.

"Bagaimana, Naira? Is it too late to say it? I love you." Katanya setengah memohon. Ia bersungguh-sungguh mengucapkannya.

Gadis itu—Naira... Hanya bisa membungkam mendengar pernyataan dari lelaki yang dulu pernah mewarnai hidupnya. Lelaki yang menjadi cinta pertamanya... dulu. Dilihatnya mata lelaki itu, berusaha mencari kebohongan. Dan sepertinya ia serius dengan pernyataannya.

"Entahlah, Arsen! Aku butuh waktu untuk berpikir."

Arsen kembali menahan Naira. Menatapnya dengan penuh arti.

"Kenapa, Div? Kenapa kamu ga terima aku aja dan menghentikan semua drama kalian. Apa kamu nyesel?"

Naira berbalik dan menatap Arsen dengan kebencian akibat perkataannya. Ia merasa tidak terima dengan sikap Arsen seolah dirinya masih memiliki perasaan dan seharusnya memilih dia. Ditepisnya pelan tangan Arsen dari lengannya.

"Asal kamu tahu, aku sempat merasakan penyesalan dengan pertemuan kita. Takdir kita. Tapi, ternyata penyesalan itu tak ada gunanya. Hanya saja hal itu aku jadikan pelajaran buat kedepannya."

Setelah mengatakan itu, ia berbalik pergi meninggal Arsen seorang diri di belakang sana.

Luka yang pernah lelaki itu beri padanya cukup dalam dan masih membekas sampai sekarang. Bahkan masih belum sembuh. Tapi, apakah dengan kehadirannya kembali ke kehidupannya yang sekarang bisa mengobati luka hatinya yang masih terasa sangat sakit???

Lagipula, apa maksud lelaki itu menyatakan perasaannya ketika ia baru saja bertunangan dengan orang lain.

***

Flashback

Kelas nampak sepi. Semua orang pergi ke kantin atau kemanapun untuk menikmati jam istirahat makan siang. Hanya tinggal Naira dan Arsen di dalam kelas. Naira sengaja tidak keluar kelas untuk menunggu Arsen. Ketika lelaki itu merasa seseorang dari sebelahnya sedang memperhatikannya, ia menoleh dan mendapati Naira masih duduk di dalam kelas.

"Ngga keluar?"

Naira yang tertangkap basah sedang menatap Arsen jadi malu. Ia menunduk secara spontan menatapi kotak bekal yang ada di pangkuannya di bawah meja.

"Nngg... ini... Ada yang mau aku omongin," katanya pelan dengan pipi yang merona malu.

Dahi Arsen berkerut. Namun, melihat tingkah malu-malu Naira membuatnya tersenyum lucu.

"Apa?"

Naira mengulurkan bekalnya dengan ragu pada Arsen. Lelaki itu menatap bekal itu bingung, namun yang terima dengan senang hati.

"Terima kasih," ucapnya.

"Itu—"

"Sen!!!"

Baru saja Naira ingin berbicara, seseorang sudah memanggil Arsen dari luar kelas. Arsen sontak menoleh keluar kelas dan berdiri untuk menghampiri temannya. Mereka sempat menatap curiga Arsen dan Naira yang berdua saja di dalam kelas, tapi Arsen langsung mengalihkan perhatian mereka dengan mengajak mereka ke kantin. Sedangkan Naira hanya menghela napas lesu berharap Arsen membaca surat cinta darinya yang sengaja ia letakkan di dalam bekal tadi.

***

"Wow, ada yang habis surat cinta, nih, dari seseorang...."

Naira yang ingin ke toilet tidak sengaja mendengar hal itu langsung kepo dan mendekat. Ia bersembunyi di balik pagar tanaman dan mengintip apa yang sedang mereka lakukan. Di sana ada Arsen bersama tiga temannya tadi. Salah seorang dari mereka sedang memegang lipatan kertas putih yang Naira duga adalah surat cintanya. Rasa gugup dan takut menghampirinya. Ia tidak ingin orang lain membaca suratnya kecuali Arsen.

Lelaki itu sendiri terlihat sedang berusaha merebut kertas yang ada di tangan temannya. Tapi, temannya yang lain menahannya, membiarkan teman mereka membuka dan membaca isi surat.

"Dear, Arsen! Sebenarnya, aku butuh keberanian besar buat ngasih ini ke kamu. Tapi, aku ingin sekali mengatakan hal ini ke kamu. Aku... sebenarnya suka sama kamu..."

Semua orang yang ada di sana kompak menjawab,"Cieee...." Dan mereka tertawa kompak.

Di sisi lain, Naira merasa malu sekali. Mulai dari sekarang, seluruh kelas, dan mungkin seluruh sekolah akan tahu tentang perasaannya pada Arsen. Ia ingin kabur dari sana, tetapi perkataan teman Arsen yang lain membuatnya tidak jadi pergi dan kembali menguping.

"Selamat, Arsen. Lo menang taruhan karena udah berhasil bikin itik buruk rupa itu suka sama lo. Kita bakal kasih hadiah pas pulang nanti."

Kata-kata itu mampu mengguncang hati dan perasaanNaira. Ia tidak menyangka jika selama ini Arsen mendekatinya hanya karenataruhan, bukan tulus ingin berteman dengannya. Ia merasa sedih dan sakit hati.Siang itu, ia memutuskan untuk pulang cepat dengan alasan sakit dan menangis dikamar hingga matanya membengkak.

***

Half of HeartWhere stories live. Discover now