Bab 15 - Usaha Arsen (Arsen's Birthday)

2.1K 118 22
                                    

Yang nungguin Babang Arkan sama Babang Arsen siapa?

Naira gaada yang cariin nih?

Wkwkwk

Yang kangen silakan baca

Jgn lupa tekan bintang dan tinggalkan komen ya biar daku semangat update :)

***

Malam ini Arkan menghadiri acara ulang tahun perusahaan dari koleganya sekaligus merayakan ulang tahun anaknya. Tentu saja ia pergi bersama seorang gadis yang sedang menggunakan gaun hitam brukat lengan pendek dengan rok A-line di atas lutut. Rambutnya ia biarkan tergerai menutupi leher jenjangnya dengan hiasan jepit di bagian kanannya. Gadis yang disamping Arkan menepati janjinya minggu kemarin. Lelaki itu tak suka pergi sendiri ke acara seperti itu. Membosankan. Lagipula gadisnya ini sudah berjanji untuk menemaninya malam ini.

Sesampainya disana, mereka-lebih tepatnya Arkan-langsung disambut oleh para koleganya. Membicarakan bisnis atau obrolan basa-basi lain. Sedikit melupakan gadis yang berdiri di sebelah Arkan yang sedang menarik ujung lengan jas lelaki itu. Persis seperti anak kecil yang takut ditinggal orangtuanya.

"Siapa gadis di sebelahmu?" tanya salah satu pria yang kira-kira berumur 5 tahun di atas Arkan dengan tatapan menyelidik dan sedikit kurang ajar. Naira yang terlihat risih dengan tatapan kurang ajar itu dan berusaha bersembunyi di balik punggung Arkan. Menyadari kegelisahan Naira, Arkan pun bergerak melindunginya.

"She's mine," jawab Arkan seraya merangkul Naira berusaha memberitahu seluruh orang yang berada di ruang tersebut bahwa gadis itu miliknya.

"Cantik," sahut yang lain.

Bukannya merasa senang dengan pujian, Naira menggerutu dalam hati. Yah, menurutnya sebagian besar orang hanya melihat seseorang dari fisik daripada hati. Kalo dirinya jelek tak ada seorangpun yang akan meliriknya kecuali untuk mengejek dan menghina. Atau sekedar mengasihani. Mengingat itu Naira mendengkus sebal dalam hati.

"Thanks," jawab Naira singkat dengan seulas senyum tipis nyaris tak terlihat karena sekilas supaya tidak dianggap sombong. Dalam hati ia terus merengut dan ingin pergi dari situ.

"Maaf, sepertinya kami pergi dulu," pamit Arkan sopan. Naira langsung bersyukur mendengarnya dan langsung melenggang pergi ke bagian makanan. Mendadak perutnya berbunyi nyaring ketika melihat tumpukan makanan yang menggodanya dari jauh di atas meja. Arkan yang ikut mendengarnya langsung tersenyum geli.

"Lapar?"

Dengan wajah Naira bersemu merah menahan malu, ia mengangguk pelan. Melihat reaksi yang menggemaskan itu membuatnya kembali tersenyum.

"Kalo gitu kita ke sana sambil berburu makanan," ajak Arkan sambil mengamit tangan Naira menuju meja penuh makanan.

Sesampainya di sana, mereka—lebih tepatnya Naira—mulai menyantap makanan-makanan yang terlihat menggiurkan di atas meja. Mulai dari makanan ringan, seperti kue, biskuit, puding dan lainnya, hingga makanan berat ia cicipi semua. Arkan yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil melihat tingkah Naira dengan makanannya. Saat Naira sedang asyik dengan makanannya, sepasang suami istri paruh baya mendekati mereka.

"Arkan..."

Mendengar ada yang memanggilnya membuat Arkan menoleh. Ia berbalik langsung menyalami sepasang suami istri itu. Naira pun menghentikan kegiatan makannya dan mendekat ingin memberi selamat. Namun, melihat siapa sepasang suami istri tersebut membuat Naira membeku.

"Om... tante...."

Naira terlihat kaget sekaligus kebingungan melihat kedua orangtua Arsen ada di depannya.

Half of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang