Sieben

1.5K 121 74
                                    

Apa itu jatuh cinta?
aku tak tau, aku masih tabu
aku hanya seorang makhluk yang tak mengerti apa apa.

🍁🍁🍁

"Oma, Lessa berangkat ya," Alessa mencium punggung telapak tangan Nenek nya.

Laluna pagi pagi sekali sudah berangkat, dan alhasil Alessa tidak bisa ikut mengantar kan nya.

"Hati hati," Oma Putri melambai kan tangan nya ke arah Alessa yang sudah berlari ke luar rumah menghampiri Biru yang sudah berdiri di samping motor sport berwarna merah milik nya.

"Naik motor ini?" Alessa menaikkan sebelah alis nya, motor Biru itu tinggi, seperti motor Boy anak jalanan yang sinetron nya dulu pernah tayang di salah satu stasiun tv lokal.

"Udah tau pake nanya, buang buang tenaga," Biru mencibir kesal.

"Tinggi banget, gue ga bisa naik nya," Alessa menggigit bibir bawah nya.

"Lo katro apa gimana? naik begini doang ga bisa, kampungan banget sih," Biru kembali mencela.

Alessa mendengus pelan, andai saja ia Tasya mungkin mulut Biru sudah ia cabik cabik tanpa rasa kasihan.

"Ini tinggi Ru, gue pake rok, kalo kebuka ntar gimana?" Alessa kesal.

"Ya resiko lo lah," Biru memutar bola mata nya malas.

Ingin sekali Alesaa berteriak 'LO KALO GA IKHLAS MAU BONCENGIN GUE GA USAH!' Tapi Alessa hanya bisa mengatakan.

"Kalo gitu gue naik bus aja deh di halte depan," Alessa berjalan melewati Biru, tapi belum juga selangkah pergi tangan kekar dan dingin menahan lengan nya.

"Apa?" Alessa menatap malas ke arah Biru.

"Naik! kalo lo ga ikut gue, ntar gue yang kena marah sama Eyang," Biru menatap kesal ke arah Alessa.

"Gimana naik nya?" Alessa menaikkan sebelah alis nya, akhir nya Alessa tau kelemahan Biru, Eyang Rita lah kelemahan nya.

Alessa tertawa bangga di dalam benak nya.

"Nih pegangan di tangan gue," Biru mengulur kan tangan nya, Alessa memandang nya ragu ragu.

"Buruan dodol, lo fikir gue babu lo bisa ngulurin tangan dua puluh empat jam?" Biru menggertakan gigi nya.

Alessa cepat cepat meraih tangan Biru dan naik ke jok penumpang di belakang nya dengan selamat.

"Nih pake jangan bilang lo juga ga bisa make helm," Biru melengos kesal.

"Iya iya," Alessa segera mengambil helm berwarna hitam itu dan segera memakai nya.

Tanpa Alessa duga Biru melepas kan jacket denim nya dan menyerah kan nya pada Alessa.

"Nih tutupin kaki lo," Ketus Biru.

Gapapa ketus tapi baik, Alessa memuji di dalam hati.

"Tapi jangan lupa ntar jacket nya cuciin pake kembang tujuh rupa! ntar bau lagi,"

Ga jadi baik! Alessa mengumpat di dalam hati baru juga di puji malah gitu.

"Udah ayo berangkat," Alessa menepuk bahu Biru.

RASA (Ending)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz