Tiga

1.3K 72 5
                                    

"Ndre. Seleksi ntar jam berapa?" Tanya Ridho pada Andre yang sedang asyik membereskan alat tulisnya.

"Jam setengah 4 habis sholat Ashar" Jawabnya sambil memakai tas di belakang punggungnya.

"Kira-kira keburu gak ya kalo pulang kerumah dulu" Gumam Ridho. Cowok berpostur tinggi 170 itu terlihat bingung.

"Mau ngapain lo balik?" Tanya Andre.

"Ngambil sepatu bola. Tadi pagi gue lupa bawa"

"Keburu kok, asal lo bawa motornya di atas 80" Ucap Andre setengah bercanda.

"Udah. Lo pake sepatu gue aja, kebetulan gue bawa dua" Lanjut cowok itu sambil bangun dari kursinya.

Ridho memandang Andre saat Cowok itu bangun dari kursinya "Lo mau langsung ke lokasi?

"Iya" Jawab-nya singkat.

"Masih jam setengah 3. Lo gak mau nyari makan dulu? Gue laper nih" Kata Ridho sambil memegangi perutnyaa yang terasa lapar.

"Lo laper?" Tanya Andre.

Ridho mengangguk "Yoi"

"Sama gue juga" Ucap Andre sambil tertawa "Yok ahh buruan keburu telat" Lanjutnya sambil merangkul Ridho keluar dari dalam kelas.

**

Ruang kelas XI IPA 2

"Buk!" Panggil Kay di sela-sela Buk Meli sedang men--data siswa dan siswi yang mengikuti lomba hari jadi SMA HANG TUAH yang akan di selenggarakan dalam waktu 1 bulan lagi.

"Ada apa, Kay?" Jawab buk Meli sambil menoleh kearahnya.

"Saya boleh ikutan lomba nyanyi. Wakilin XI IPA 2" Ujar Kay sambil tersenyum mantap.

Seketika keadaan kelas berubah menjadi hening. Seluruh mata langsung tertuju pada Kay yang duduk di bangku nomor dua paling belakang. Mereka semua terheran, entah ada angin apa yang membuat Kay mau mengikuti lomba atau kegiatan lainya yang berhubungan dengan sekolah. Karna, biasanya gadis itu selalu menolak jika dirinya di tunjuk untuk mengikuti lomba. Kay memang terkenal mempunyai suara yang bagus.

"Kamu lagi tidak main-main kan, Kay?" Tanya Bu Meli penuh selidik.

"Saya serius, Bu. Saya mau ikut Lomba supaya saya bisa menarik perhatian Doi" Ucapnya sambil tersenyuk licik.

Mendengar perkataan Kay. Sontak membuat seluruh penghuni kelas tertawa termasuk Bu Meli.

"Memang dasar yaa kamu. Ada-ada saja tingkahnya" Kata Bu Meli sambil menahan tawa.

Kay menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal "Jadi gimana, Bu? Apa saya masih bisa ikut lomba?"

"Baiklah kalau begitu. Nama kamu ibu catat, ya. Jangan lupa latihan supaya penampilan kamu maksimal dan gak malu-maluin kaya kelakuan kamu di kelas" Ujar Bu Meli sambil menulis nama Kay di atas sebuah kertas.

"Baik bu" Jawab Kay antusias.

Rio menoleh ke arah Kay kemudian cowok itu menyikut lengan Kay "Seriusan lo mau ikutan lomba?"

Kay mengangguk "Iyaps!"

"Gue gak yakin kalo lo bakalan menang" Ucap Rio sedikit meremehkan.

"Kenapa?" Tanya Kay bingung.

"Kay. Secara gitu lho, lawan lo itu berat-berat semua. Ada Celine yang jago banget nyanyi, ada Rossa yang suaranya bagus banget. Lah elo, gue tau sih kalo suara lo itu memang lumayan. Tapi kan lo sama sekali gak punya pengalaman ikut lomba kaya beginian"

Kay terdiam mendengar perkataan Rio barusan. Memang sih ada benarnya apa yang Rio katakan. Secara, Kay tidak mempunyai pengalaman apa-apa. Ikut lomba saja tidak pernah apalagi berharap menang.

"Tapi yo, gue lakuin ini supaya...

"Supaya Andre mau buka hatinya buat lo, hah?" Potong Rio cepat pada saat Kay belum menyelesaikan perkataanya.

Kay mengangguk pelan.

Rio menghela nafasnya, kemudian ia memegang pundak sahabatnya itu.
"Kay, udah berapa kali gue sama Doni bilang. Lo itu sama aja kaya menggapai bintang, dia terlalu tinggi untuk lo raih. Jangankan untuk pacaran coba buat deket aja dia ngeliat lo kaya ngeliat barang haram"

"Gue tau yo kalo gue sama dia ibarat bumi sama matahari. Matahari gak boleh mendekat supaya bumi bisa tetap bahagia, tapi gue gak akan pernah nyerah sampai benar-benar dia bisa buka hatinya buat gue"

"Kay. Gue sama Doni adalah orang pertama yang terluka ketika ngeliat lo nangis. Gue gak mau lo sakit hati untuk yang kesekian kalinya"

Kay memegang pundak Rio "Gue janji, suatu saat nanti gue bakalan buktiin ke lo sama Doni. Kalo gue bisa buat dia jatuh cinta sama gue. Pasti itu!"

**

Jam istirahat telah tiba. Kay berjalan ber-iringan bersama Rio dan Doni menuju ruang--musik. Namun setengah perjalanan ia menghentikan langkahnya tiba-tiba.

"Rio, Doni! Lo bedua duluan ke ruang musik. Gue mau ke kantin dulu" Ujar Kay.

"Oh oke jangan lama-lama ya, Kay" Kata Rio dan Doni bersamaan.

Kay mengangguk. Kemudian gadis itu berjalan menelusuri koridor menuju kantin.

"Tante, air mineral dingin-nya satu sama Tissue, ya" Pinta Kay pada Tante penjual di kantin.

"Siap mba" Sahut Tante kantin tersebut.

"Ini mba pesenan-nya" Kata Tante Kantin sambil menyodorkan satu buah kantung plastik kepada Kay.

"Berapa habisnya, Te?" Tanya Kay sambil meraih kantung plastik tersebut.

"10rb mba"

"Ini tante uangnya, kembalianya ambil aja" Kay menyodorkan uang 20rb kepada Tante penjual di kantin.

"Makasih ya, Mba" Ucap Tante kantin itu sambil tersenyum merekah.

Kay hanya membalas dengan senyuman. Kemudian gadis itu berjalan menuju lapangan futsal untuk menemui seseorang. Di lihatnya Andre sedang mendengarkan intruksi dari Pak Joko selaku guru olahraga sekaligus pelatih futsal SMA HANG TUAH.

Kay tersenyum lepas sambil melambaikan tangannya saat Cowok itu tanpa sengaja melihat ke arahnya "Semangat!" Ucap Kay setengah teriak.

Andre memutar bola matanya malas ketika melihat Kay melambaikan tangan kepadanya "Apaansih tu cewek!" Batinya kesal.

Kay melihat ke arah jam yang melingkar di tanganya. Rio dan Doni pasti sudah menunggu lama di ruang musik.

"Kak" Panggil Kay pada Kak Satria yang tiba-tiba lewat di hadapan-nya.

"Ada apa, dek?" TanyaKak Satria.

"Boleh minta tolong gak?"

"Boleh"

"Gue titip ini buat Andre. Kalo dia sudah selesai latihan tolong kasih ya" Ucap Kay sambil menyodorkan kantung plastik yang berisi air mineral dingin bersama tissue di dalamnya.

Kak Satria meraih plastik tersebut "Iya dek"

**

N/B SEMOGA SUKAA💛

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMMENT YAHHH😢🤗

Ice Boy and StalkersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang