Chapter 10

10.1K 575 4
                                    

Budayakan menekan bintang sebagai tanda apresiasi kalian pada penulis. Terima kasih.

***

Unedited

"Saya akan merekomendasikan kamu ke salah satu teman baik saya. Rafael. Kamu kenal kan dengan Rafael?" tanya Alex mengangkat salah satu alisnya menatap Delilah. Yang tanpa diketahuinya, kini sudah diam membeku begitu mendengar nama laki-laki itu keluar dari mulut atasannya barusan.

Menyimpulkan ekspresi Delilah sebagai tanda tidak mengerti, dengan setengah hati Alex pun menjelaskan.

"Setelah kita bercerai nanti, saya akan minta  Rafael untuk mempekerjakan kamu sebagai Ganeral manager di perusahannya. Kamu tenang saja. Rafael itu terkenal ramah dan dekat dengan karyawan-karyawannya. Dia tidak akan menyusahkanmu. Beda dengan saya. Bagaimana?"

Nada bercanda dapat terdengar dari kalimat terakhir yang ia ucapkan. Alex mulai  mengetuk-ngetukan jari telunjuknya di lengan sofa kulit berwarna hitam keluaran inggris itu.

Mendapati Delilah tidak bergeming, dahi Alex berkerut. Ia menyilangkan kakinya. Tangannya dilipat di atas pahanya.

"Kalau urusan gaji yang kamu pikirkan sekarang, kamu tenang saja. Gaji kamu sebagai GM tentunya jauh lebih besar di bandingkan gaji kamu ketika menjadi sekretaris saya."

Delilah yang suaranya sudah tercekat begitu mendengar nama Rafael di sebut-sebut, mengedip-ngedipkan matanya saat Alex salah menerka apa yang ia rasa dan pikirkan sekarang. 

"What? No!" ucapnya cepat sedikit salah tingkah.

Mata Alex langsung menyipit. Ada rasa tidak suka terpancar dari mata hitam pekatnya begitu mendengar sekretarisnya menolak apa yang sudah ia rencanakan.

"No? Kenapa? Kamu tidak suka dengan jabatan kamu sebagai GM atau jabatannya masih kurang tinggi buat kamu?" tanyanya dingin menatap lekat wajah sekretarisnya itu.

Sadar kalau ucapannya barusan sudah membuat bosnya merasa tidak senang, cepat-cepat Delilah menjelaskan alasan kenapa dia menolak rencana Alex.

"Bukan begitu. Bisakah saya bekerja di perusahan bapak saja? Saya sudah nyaman dan dekat dengan karyawan-karyawan yang ada di perusahan ini. Saya mengerti bapak tidak mungkin mempekerjakan saya sebagai sekretaris bapak lagi. Posisi yang lain juga tidak masalah buat saya." ujuranya serius setengah berbohong.

Gila saja, setelah apa yang terjadi pada dirinya dan Rafael kemarin, sudah bisa dipastikan kalau lelaki itu mungkin kini sudah sangat membencinya. Barang kali, sekedar menatapnya saja, bisa membuat pria yang terkenal suka memberikan senyuman pada karyawannya itu bermuka masam.

Mengingat tatapan terakhir yang di berikan lelaki itu padanya entah kenapa hati Delilah sakit. Tapi apa boleh buat. Sepertinya mereka berdua tidak di takdirkan untuk bersama. Ya, tampaknya mereka berdua hanya sebatas tempat persinggahan sementara menuju tujuan mereka.

Membayangkan reaksi Rafael nantinya ketika mengetahui tentang pernikahan antara ia dan pak Alex membuat Delilah menundukan kepalanya dan menghembuskan nafas berat.

Tanpa disadarinya, semua ekspresi yang ia keluarkan tadi tidak luput dari sepasang mata tajam seorang laki-laki.

Sedari tadi, mata Alex tidak berhenti memerhatikan raut wajah sekretarisnya itu. Dari gugup, sedih dan putus asa, semua ekspresi yang ditunjukan Delilah semuanya tidak terlepas dari pandangan Alex.

Alex mengangkat sebelah alisnya. Dan lagi-lagi mulai mengetuk-ngetuk jarinya di atas lengan sofa kulit tersebut.

"Jadi kamu mau saya mempekerjakan kamu lagi di perusahan saya setelah kita bercerai nanti, begitu?"

My Boss, My Husband [MBMH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang