"Tapi boleh minjem tangan?"

     Glora bungkam, dia benar-benar harus tetap pada pertahanan nya. "Mau ngapain?"

     "Mau cium." Tangisan Magma makin deras.

     Karena tak kunjung di beri, Magma akhirnya menarik tangan itu sendiri. "Maaf maksa. Tapi bener-bener butuh."

     Seketika cowok itu langsung mencium punggung tangannya. Dia menangis di tangan itu. Begitu tulus. Bahkan setelah dia cium dia tidak melepaskannya begitu saja. Magma menggenggam erat tangan itu dan menempel-nempelkan ke wajahnya sendiri.

     "Kak Magma!!!"

     "Gue sayang sama lo, Glora. Gue sayang sama lo. Gue sayang sama lo. Gue sayang sama lo. Gue sayang sama lo. Gue sayang sama lo."

     "Nggak salah?" Air mata cewek itu mengalir deras.

     "Lo cuman tau kesalahan gue tanpa tau kesalahan lo juga! Lo keluar hotel sama Eza kemaren ngapain, anjing?!" Reka ulang Glora padanya.

     "Demi nilai? Demi nama? Demi apa lagi? Keliatan baik banget, tapi ternyata di dalemnya munafik."

     Magma menggeleng. Dia makin kacau mendengar itu. "Stop, Glora! Nggak! Jangan di terusin lagi!" Mohon nya.

     "Lo yang pergi. Biar gue nggak bisa ketemu sama lo lagi." Lanjut Glora.

     "Gue benci sama lo, Glora." Air mata Glora berlinang mengucapkan itu.

     "Arhhh!!! Glora!!!" Dia mengerang benar-benar frustrasi.

     "Aku hafal kan? Gimana nggak bakal hafal? Tanpa aku minta omongan itu selalu terngiang-ngiang di kepala aku."

     "Stop!!" Magma melepaskan tangannya dan langsung naik ke jendela.

     "Nggak. Turun. Jangan sembarang masuk kamar orang."

     Tak peduli. Magma sudah tiba di depannya masih dalam keadaan sembab. Tahu apa yang akan cowok itu lakukan, Glora segera menjauh. "Nggak ada sujud-sujud di kaki aku. Aku nggak suka dan itu percuma."

     "Maafin gue."

     "Aku udah maafin Kak Magma!"

     "Tapi buat baikan masih perlu pikir dua kali kan?"

     Glora meneguk ludah. "I-ya."

     "Gue harus apa, ha?!!! Gue nggak sadar diri, gue nggak tau malu. Tapi gue nggak mau munafik kalo sekarang gue bener-bener pengen lo balik lagi ke gue kayak dulu. Jangan tinggalin gue. Tinggalin Eza. Janji nggak bakal nakal-nakal lagi. Janji nggak bakal kasar lagi. Janji nggak bakal nyakitin lo lagi. Gue berani sumpah! Tinggalin gue meskipun gue gila sekalipun besok kalo gue masih ngulangin kesalahan."

     Glora makin terisak. Pikirannya makin berkabut tidak kuasa menahan rasa kasihannya.

     "Glora.." Magma memanggil dengan lemas.

     "Glora!" Panggilnya lagi.

     Glora menjinjit, langsung memeluk tubuh itu erat.

     Magma terkejut bukan main. Dia di peluk?

     Persetan dengan orang-orang yang menganggap dirinya bodoh karena semudah itu memaafkan tanpa menghukum dulu, Glora tidak peduli. Benteng pertahanan nya runtuh. Ini hari terakhir dia di sini. Masih yakin tidak mau membahagiakan Magma sebentar? Sebelum besok Magma makin menderita di tinggalkan pergi begitu saja tanpa memberinya maaf.

MAGMANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ