Tiga Belas

126K 11.4K 1K
                                    

"Gak apa-apa tuh?"

"Apanya?"

"Si Tiana pulang duluan sambil seret paksa Bima dan Bimo. Kasian mereka, emaknya ngambek gak jelas," ucap Diandra seraya melihat punggung Tiana yang masuk ke dalam mobil Aiila di parkiran.

Guntur menaikkan bahu seolah tak peduli, "saya juga tidak menyangka responnya bakal semarah itu. Tapi ya sudah biarkan saja."

Diandra membersihkan remah-remah ditangan dan mengambil tisu untuk membersihkan sisa minyak dibibir. Sebenarnya, Diandra hanya pura-pura jutek dan bersikap santai setelah mendengar pengakuan Guntur soal 'mencintai' itu. Nyatanya yang terjadi sekarang adalah jantungnya ingin meledak dan seluruh bulu roma berdiri karena merinding.

Apakah benar Guntur mencintainya? Ahh gak mungkin kan. Kalau memang Guntur cinta, dia pasti gak nyebelin dan perhatian sama aku.

Tapi jika tujuannya untuk membuat Tiana cemburu, seharusnya Guntur juga tak boleh berlebihan begitu. Astaga, Guntur bilang pernikahan mereka nanti karena murni perasaan cinta?! Diandra masih tidak percaya. Pasti itu cuma akal-akalan Guntur saja buat Tiana kicep, dan kebetulan, dia berhasil.

"Kamu sih bercandanya keterlaluan. Nenek-nenek aja tau kalau Tiana suka sama kamu Mas." Diandra mulai berdiri dan berjalan ke westafel, meninggalkan Guntur yang kebingungan.

Keterlaluan bagaimana? Padahal dia bicara jujur, kenapa Diandra justru menganggap pengakuan itu sebagai candaan?

Seraya menunggu Diandra mencuci tangan sambil berkaca-kaca cantik, Guntur melihat sisa makanan di atas meja yang sangat banyak seolah habis pesta. Potongan ayam yang belum habis, es krim yang mencair sampai tumpah-tumpah, kentang goreng masih setengah, puding hanya diminum vla coklatnya saja, dan minuman warna-warni penuh kalori itu tidak ada yang ludes. Semua menu yang dipesan memang dimakan Diandra, tapi semuanya juga masih bersisa.

Guntur menduga kalau Diandra khilaf memesan demi menutupi kekesalannya pada Tiana. Gadis itu sedang cemburu buta. Jika benar seperti itu, bukankah dia sangat menggemaskan?

"Kenapa senyum-senyum mesum gitu? Serem tau." Diandra akhirnya kembali sambil mengusap tangan dengan tisu.

Guntur meraih satu lengan Diandra dan menuntunnya untuk duduk kembali, "siapa yang mesum? Duduk dulu sini," jelas Guntur saat Diandra bertanya  melalui kode mata.

"Apa? Kita kan mau pulang, Mas. Katanya mau cari makan buat kamu dulu baru ketemu sama makelar. Iya kan?"

Selama mereka berada di restoran siap saji ini, Guntur sama sekali tak memakan apapun. Dia hanya minum air mineral saja. Ternyata badan bagus dan perut kotak-kotak yang dimilikinya itu memerlukan pengorbanan besar. Atau jangan-jangan Guntur adalah seorang freak kesehatan? Bisa jadi.

"Kenapa kamu mengira saya bercanda, Diandra?" tanya Guntur.

Tanpa disadari Diandra, pahanya mengapit paha gadis itu karena posisi duduk mereka benar-benar sangat dekat. Dilihat sekali saja, orang mengira mereka adalah suami istri yang terpaut usia jauh. Walaupun begitu, Guntur memang cocok sebagai visual suami idaman. Wanita mana yang menolak?

Diandra membeku, sudah lama Guntur tidak memanggil namanya langsung. Akhir-akhir ini, dia selalu memanggilnya dengan sebutan sayang atau hon—singkatan dari honey.

"Apanya?" Diandra balik bertanya membuat Guntur geram. Dia kan benci sekali kalau orang menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.

"Saya mencintai kamu. Itu. Kamu kira saya hanya bercanda sama Tiana?"

"Ih apaan sih." Diandra tak peduli lagi dengan detak jantungnya yang menggila. Dia ingin pergi dari sini—membebaskan diri dari suasana canggung. Namun sayang, Guntur menjepit pahanya supaya diam. Duh, Diandra jadi ingat salah satu adegan di drama Korea.

Jodohku Om-Om!! [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora