Dua Belas

111K 12.5K 852
                                    

Diandra kira, tempat biasa Guntur dan Tiana makan bersama adalah restoran mewah ala-ala orang hedon. Namun ternyata, Guntur membawanya ke restoran tempat saji asal Kentacky di kawasan Blok M. Entah Diandra harus merasa kecewa atau senang saat ini.

"Si kembar suka makan ayam di sini," ucap Guntur sesaat mereka keluar dari mobil.

Duh Diandra malas sekali bertemu mereka. Lebih tepatnya bukan sama si kembar, tapi sama biangnya, Tiana. Diandra yakin kalau Tiana adalah orang yang menyebalkan. Dari cara bicaranya di telepon saja, dia seperti wanita egois yang hanya memikirkan diri sendiri.

Darimana sih Guntur bisa kenal orang itu? Bikin kesal saja.

"Eh mau kemana?"

Dengan cepat, Guntur merangkul Diandra dari belakang karena gadis itu bukannya berjalan masuk ke restoran, melainkan ke arah sebaliknya. Jika ingin diperjelas, wajah Diandra juga murung maksimal.

Bukannya Guntur bodoh atau tidak peka, namun Guntur membawa Diandra untuk bertemu Tiana juga ada tujuannya. Dia ingin memperkenalkan gadis ini sebagai calon istrinya pada wanita itu, supaya Tiana menyerah dalam mendekatinya lagi. Jujur saja, Guntur sudah cukup kewalahan menghadapinya.

"Nyari angkot. Aku mau pulang," kata Diandra judes. Ia menepiskan tangan Guntur dilehernya, tapi kekuatannya itu tidak sebanding dengan lelaki gagah perkasa bak tiang listrik ini.

"Kamu badmood ya Sayang?" Guntur berjalan santai sambil menarik Diandra ke dalam restoran. Jangan lupakan, Guntur masih mengalungkan tangannya di pundak Diandra. Tak heran bila banyak pengunjung melihat ke arah mereka.

Mungkin si Om lagi main sama ponakannya, pikir mereka.

"Masih tanya lagi. Kamu tau kan kalo kamu nyebelin banget hari ini?" Diandra mencibir, "udah sih lepasin! Malu diliat orang Mas!" Kali ini Diandra menginjak kaki kanan Guntur yang dilapisi sepatu kulit mahal. Dan ternyata, usahanya itu berhasil membuat Guntur melepaskan rangkulannya.

"Sayang, KDRT sama suami itu dosa."

"Bodo'. Barangkali setelah ini, kita batal nikah." Diandra mengabaikan ekspresi kaget dari Guntur dan melenggang duluan ke dalam restoran. Dia malas untuk mengedarkan mata ke sekeliling karena takut akan melihat si Tiana dan anak kembarnya.

"Om Guntur!!!"

"Om Guntur! Bimo kangen!!"

Tuh lihat, belum dilihat saja Diandra sudah mendengar suara gaduh dari anak kembar laki-laki yang memanggil Guntur dengan kerasnya.

Ahh, gak mau lihat! Gak mau! Kesel.

Diandra akhirnya memilih untuk antri memesan makanan. Dia mau melampiaskan kekesalannya dengan makan banyak-banyak. Ayam goreng empat plus nasi, hamburger, puding, leci float, dan embel-embel lainnya.

Tetapi, meskipun Diandra mati-matian menahan rasa penasarannya, mata jelalatan miliknya ini masih berani untuk mengintip ke belakang. Ah sial, dia jadi menyesal setelah melakukannya.

Guntur sedang tertawa sambil memangku si kembar di atas pahanya—Bima dan Bimo kalau tidak salah nama mereka—dan ada pula wanita berambut panjang lurus seperti habis rebonding tujuh hari berturut-turut di sampingnya. Diandra yakin dua ratus persen kalau wanita itu adalah Tiana. Gila, mereka terlihat persis seperti keluarga kecil.

Tanpa sadar, Diandra menggigit bibir bawahnya karena terlalu geram. Pengen kabur tapi sudah gilirannya buat memesan. Apalagi perutnya sudah demo minta makan. Benar-benar timing yang gak pas!

"Mau makan di sini atau bawa pulang kak?" tanya pegawai sekaligus kasir yang memakai baju merah-merah. Walaupun raut mukanya ramah super, tapi itu tidak cukup untuk mendinginkan hati Diandra yang panas.

Jodohku Om-Om!! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang