Lima belas

295K 15.3K 1.1K
                                    

Selamat membaca, semoga pada suka

Jangan lupa vote dan komenya 😗
Jangan lupa juga follow bagi yang belum 😗😉😉

"Anak itu." Ayah Haga berdecak. Dia menggelengkan kepala melihat putranya yang menghilang dari pandangan. "Emosinya semakin tidak stabil saja."

"Papa sih, suka sekali mempermainkan Haga," kata Hara menimpali. "Tapi kamu keren sih, Gi." Hara terkekeh, dia terlihat sangat senang. Gigi mendongak, menatap Hara tidak mengerti. Dia juga melirik Ayah Haga, wajahnya sudah tidak seseram tadi.

"Kamu tahu? Biasanya Haga mana pernah seperti itu," kata Hara membuat Gigi semakin bingung. "Beberapa kali Mam pernah meminta Haga membawa kekasihnya jika kami sedang berkunjung. Haga menurut, tapi dia selalu datang bersama wanita yang berbeda setiap kalinya."

"Hara." Teguran dari ibunya tidak membuat semangat Hara berkurang. Dia malah mencondongkan tubuh ke hadapan Gigi.

"Kamu tahu kenapa?" Gigi menggeleng. Dia tahu bosnya suka berganti-ganti kekasih, tapi dia tidak tahu penyebabnya apa.

"Karena Haga tidak peduli. Setiap kali membawa kekasihnya ke hadapan kami, dia selalu mengabaikannya saat Papa atau Mama mulai menyudutkan wanita itu."

Gigi menahan diri agar tidak bereaksi berlebihan. Berarti Ibu Haga sama menyeramkannya dengan Ayah lelaki tersebut.

"Saat wanita yang dia bawa mulai menangis, Haga dengan gilanya makan tanpa menawari kami apalagi kekasihnya." Gigi merinding mendengarnya. Dia tahu Haga gila, tapi tidak pernah tahu bosnya segila itu. Mengabaikan wanita yang dia bawa, itu dosa yang tak ter maafkan.

"Tapi lihatlah tadi." Hara memainkan alisnya. "Dia sangat marah dan terlihat tidak senang dengan apa yang di katakan Papa. Padahal Haga tahu Papa memang selalu begitu."

"Hara sudahlah." Gigi melirik Ibu Jasmine yang menatap putrinya dengan tajam.

"Mam, sepertinya tidak lama lagi kita akan kedatangan anggota baru." Hara mengedipkan sebelah mata. "Karena Haga terlihat sekali mencintai Gigi.

Awalnya Gigi tak paham dengan apa yang di katakan Hara. Namun, saat menyadari wajahnya langsung bersemu tanpa bisa di tahan. Dia menunduk, malu saat tiga pasang mata menatapnya dengan ramah.

"Hara jangan menggoda Gigi terus-terusan."

Gigi menjadi semakin malu saat lagi-lagi ibu Jasmine menegur Hara. Dia ingin menciut, lalu hilang dari hadapan ketiganya. Namun, sayangnya Gigi tidak bisa melakukan itu, dia harus menahan diri di sana. Menyuap makanan dengan susah payah setiap kali Hara mengatakan sesuatu tentang Haga.

Haga, nama lelaki itu menjadi pemicu rona di pipi. Dia tidak berharap ini terjadi, tapi apa daya semua yang di katakan Hara membuatnya melambung. Gigi takut terhempas, tapi dia juga senang mendengarnya.

Meski di awali dengan kemuraman, Gigi mengakhiri makan malam dengan senyum manis. Dia bahkan tidak bisa berhenti tersenyum sepanjang perjalanan menuju kamar.

Ayah Haga tidak semenyeramkan awal pertemuan mereka. Bahkan Ayah Haga yang hampir membuatnya menangis di awal pertemuan, mampu membuat Gigi senang di akhir makan malam.

Gigi membuka pintu kamar. Dia mengerutkan kening saat kamarnya gelap, hanya cahaya lampu tidur yang menyala. Seingatnya dia tidak mematikan lampu saat pergi bersama Ibu Jasmine.

"Kenapa lama sekali?" Gigi terlonjak kaget, dia menatap ke tempat tidur dan cepat-cepat menyalakan lampu. Haga ada di sana, berbaring di ranjangnya dengan kaki menjuntai.

"Kenapa Bapak ada di sini?" Gigi jadi bertanya-tanya apa di kamar lelaki itu tidak ada ranjang, kenapa dia suka sekali masuk ke kamarnya dan berbaring di sana tanpa izin. Sangat menyebalkan.

Haga & Gigi Where stories live. Discover now