Sepuluh

291K 13.8K 406
                                    

Makan siang ditemani Haga dan Gigi 😎😎

Gigi mengeram, dia meremas kepala yang terasa sangat nyeri. Tidak sanggup bangkit, dia memilih tetap berbaring. "Aishh." Meringis, Gigi memijat kepala. Dengan menahan sakit dia berusaha mencari ponsel yang entah ada di mana. "Kantor," gumamnya pelan. Kepala semakin sakit saat teringat ponselnya tertinggal di kantor.

Tidak sanggup bangkit, Gigi merasa kepalanya sangat berat. Namun dia harus menghubungi Samuel agar bisa mengantikkannya hari ini. Masa bodo dengan rencana lelaki itu yang akan masuk Senin nanti. Yang terpenting sekarang ada seseorang yang menduduki kursi sekretaris agar Haga tidak bekerja seorang diri.

Memaksakan seluruh tenaga, akhirnya Gigi bisa bangun. Dia berjalan ke luar kamar dengan sempoyongan.

Gigi menghubungi Samuel, dia hanya bicara seperlunya saja. Kepalanya nyaris meledak. Meletakan telepon di posisi semula, Gigi memejamkan mata dan tak lama dia kembali jatuh tertidur.

Entah pukul berapa Gigi kembali membuka mata. Dia meringis, kepalanya masih sangat sakit, perutnya juga. Gigi kelaparan tapi dia tidak bisa melakukan apa pun. Bergerak sedikit saja, dia merasa kepalanya membesar.

Dia masih tertidur di sofa, sepertinya sudah sangat lama di sini. Gigi sedang memijat kepala, saat bel apartemen berbunyi.

Gigi mengabaikan, mendengar suara bel, kepalanya menjadi semakin sakit. Namun, suara itu tidak mau berhenti, membuat Gigi mengeram dan terpaksa bangkit.

Kembali, Gigi tertatih menuju pintu. Dia memegang kepala, takut sewaktu-waktu kepalanya akan terjatuh dan gelinding menjauhi tubuhnya.

"Pak Haga." Gigi mengerjapkan mata. Dia bersandar di pintu menatap sang tamu dengan pandangan berkunang. Entah benar Haga atau bukan, Gigi tidak yakin lagi dengan pandangannya.

Kepalanya semakin pusing, matanya berkunang-kunang. Gigi nyaris jatuh ke lantai andai sang tamu tidak menangkap tubuhnya.

"Gigi?"

"Ya," kata Gigi untuk terakhir kalinya sebelum kesadarannya benar-benar hilang.

Entah berapa lama Gigi tertidur, dia merasakan ada seseorang di sampingnya. Namun, saat membuka mata untuk ke sekian kali, dia sendiri. Tidak ada siapa pun di apartemennya. Membuat Gigi menjadi meragukan penglihatannya beberapa jam lalu.

Rasa sakit di kepala semakin berkurang, Gigi bangkit dan terkejut saat handuk jatuh dari kening. Dia mengambil benda tersebut dan menatapnya.

Berarti benar, tadi memang ada seseorang di apartemennya.

Gigi turun dari ranjang, dia bergegas ke luar kamar. Matanya liar mencari Haga atau siapa pun itu yang tadi merawatnya.

Lelah mencari dan tidak menemukan orang lain selain dirinya sendiri, Gigi duduk di sofa. Memijat kening, dia sangat yakin tadi Haga ada di sini. Dia ingat saat membukakan pintu untuk Haga atau sebenarnya bukan lelaki itu?

Meremas kepala, Gigi bangkit dan kembali berjalan. Langkahnya terhenti, dia memutar dan masuk ke area dapur, ada tas kerjanya di atas meja.

Gigi merogoh ke dalam tas, mencari ponselnya. Saat menemukan benda tersebut keyakinan Gigi semakin besar jika Haga tadi ada di sini.

Menarik napas panjang, Gigi duduk. Dia menangkup wajah dengan kedua tangan, terisak memikirkan nasibnya.

Sudah dari kemarin Gigi ketakutan. Membiarkan dirinya kehujanan, tidak memasukkan apa pun ke dalam mulut dan berakhir tidur sangat larut dengan baju yang belum di ganti.

Gigi panik, dia menampar Bosnya, bukan hanya itu, dia juga membuat robek bibir Haga. Padahal Haga tidak salah apa pun, dia tidak melecehkannya. Kecupan itu tidak ada, itu hanya ada dalam khayalannya saja.

Haga & Gigi Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon