Tujuh

369K 15.8K 451
                                    

Sambutan yang di terima Haga membuat langkah Gigi berhenti. Dia tersenyum canggung saat beberapa wanita mendekat dan memberi pelukan pada Haga.

"Lama sekali?"

"Kenapa baru datang sekarang?"

"Terlalu lama menunggumu, hampir saja membuat kami menghabiskan semua minuman." Dan berbagai pertanyaan lain dari para wanita sexy dan cantik di sekeliling Haga membuat Gigi memutar mata bosan.

Dia menguap, lalu berjalan mengikuti Haga yang diseret ke tengah ruangan. Memasang wajah kecut, Gigi berdecak. Lagi-lagi Haga berbohong padanya.

Haga bilang mereka akan menemui rekan bisnis, rekan bisnis mana jika penghuni ruangan ini semuanya anak muda.

"Sebentar." Haga menghentikan langkah, dia tersenyum sembari mengurai pelukan dari beberapa wanita.

Berbalik, Haga memanggil Gigi mendekat dengan gerakan jarinya.

"Ada apa, Pak?" tanya Gigi begitu mendekat. Dia mengabaikan tatapan penasaran wanita di sekeliling mereka.

"Kamu duduk di sana." Haga menunjuk deretan kursi yang ada di sudut kiri ruangan. "Jangan minum apa pun, selain jus yang tidak mengandung alkohol." Bisik Haga.

Gigi menahan napas, dia mengangguk dengan gerakan kaku.

Tersenyum, Haga mempersilahkan Gigi pergi lebih dulu. Sebelum berbalik dan bergabung dengan para wanita yang menunggu kehadirannya.

Mengambil tempat duduk paling sudut, Gigi memutar mata bosan saat sorakan di tegah ruangan semakin meriah. Dia menopang dagu, bergumam melihat Haga naik ke atas panggung bersama wanita bergaun hitam ketat.

"Ulang tahun," kata Gigi pelan, saat kue ulang tahun yang sangat besar dan cantik di bawa ke atas panggung.

"Yep, ulang tahun. Kamu tidak ke sana? Menyanyikan lagu untuk Princess Tatiana."

Gigi menoleh, dia mengerutkan kening melihat lelaki yang berdiri di dekatnya. Lelaki itu memakai pakaian serba hitam, dengan topi menutupi kepala. Sangat mencurigakan, apa lagi Gigi sulit melihat wajah lelaki itu.

Duduk dengan tidak nyaman, Gigi berharap Haga cepat kembali. Harapan percuma, karena saat dia melirik ke tengah ruangan, Haga masih menemani wanita bernama Tatiana meniup lilin.

"Kau tidak minum?" Lelaki di sampingnya kembali mengeluarkan suara. "Atau mau saya pesankan."

"Tidak perlu, terima kasih." Gigi melirik ke sampingnya, dia tersenyum canggung saat lelaki itu juga tengah menatap ke arahnya.

Sayang, Gigi hanya dapat melihat senyum di bibir lelaki itu tanpa bisa menatap matanya.

"Awas," kata lelaki itu menarik tangan Gigi, hingga Gigi turun dari kursinya. Untung saja tangan lelaki itu menahan tubuhnya, jika tidak Gigi akan jatuh ke bawah. "Kau baik-baik saja?"

Gigi mengangguk, padahal dalam hati dia ingin menjerit bilang tidak. Andai lelaki itu tahu, Gigi lebih baik tersiram minuman dari pada jantungnya, karena mengira akan terjatuh.

"Maaf." Gigi mengatakan ya, tanpa menatap lelaki di sampingnya. "Saya pikir kamu akan sedih jika bajumu tersiram alkohol," kata lelaki itu membuat Gigi mendongak.

Ah. Ternyata lelaki itu tahu jika dia kesal. "Tidak apa-apa. Terima kasih dan saya permisi." Gigi pergi begitu saja, menjauh dari lelaki aneh yang hampir saja membuatnya mati muda.

Masuk ke toilet, Gigi berpikir akan bersembunyi di sini saja sampai Haga menghubunginya. Tapi rencana itu batal saat Gigi mendengar suara-suara aneh dari bilik sebelah.

Haga & Gigi Where stories live. Discover now