"Sialan, kau pikir kau sehebat apa?"

"Hebat? Bahkan hebat tak bisa mendeskripsikan kekuatanku."

Mino berdecih, lihatlah kesombongannya. Jika sampai mereka benar-benar menyerang, ia berjanji tak akan pernah membiarkan kastanya tunduk. Ia lebih memilih mati terhormat daripada tunduk pada mayat hidup seperti mereka.

"Mau mengeceknya?"

"Disini? Di Sekolah Pamanmu? Kau tak lupa pemilik Sekolah ini Pamanmukan?"

"Bukan urusanmu."

"Cih, apa kastaku begitu menakutkan hingga kastamu mudah tunduk padaku? Kalau begitu kenapa tidak langsung saja menjadi budak kami?"

Sreeet

Mino menarik kerah seragam Seulgi, gadis itu benar-benar keterlaluan. Apa untungnya menjadikan kastanya budak? Lebih baik para Monster itu mengurus hidupnya sendiri dibanding terus memicu pertengkaran tak berujung.

"Selagi aku masih hidup, keinginanmu itu tidak akan pernah tercapai."

Gadis itu menyeringai, jadi ia harus membunuh pria itu lebih dulu begitu? Well, bukankah itu sangat mudah? Jika memang itu persyaratannya ia akan benar-benar melakukannya.

"Tenang Sayang, tak perlu main kasar seperti ini."

Seulgi menurunkan lengan Mino dari kerahnya lalu meraba dada pria itu sensual, pandangannya sayu, dan ia menggigit sudut bibirnya dengan sedikit menariknya, membuat smirk yang sungguh membuatnya terlihat seperti penyihir jahat.

"Sebaiknya siapkan dirimu, karna sebentar lagi, peperangan akan terjadi."

ㄧTHBVㄧ





Gadis dengan balutan pakaian hitam selutut dengan liontin salib pada kerahnya itu berjalan tegak, sungguh pemandangan yang sangat berbeda dengan yang biasanya terlihat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gadis dengan balutan pakaian hitam selutut dengan liontin salib pada kerahnya itu berjalan tegak, sungguh pemandangan yang sangat berbeda dengan yang biasanya terlihat. Matanya tajam dan semua yang di lewatinya menunduk.

Kicauan burung dan pemandangan pohon yang rindang mengiringi setiap langkahnya, hingga ia sampai pada rumah tua yang terkesan angker dengan beberapa Vampire terlihat berdiri pada gerbang tinggi dengan lonceng di depannya.

Tangannya terangkat, memberi sebuah kode yang langsung di mengerti. Pintu besar itu terbuka dan cahaya matahari belomba-lomba masuk ke dalamnya.

“Apa ia ada di dalam?”

“Ya, Putri.”

Gadis itu mengangguk dan melangkah masuk, membiarkan kegelapan menyelimuti kala pintu tua itu kembali di tutup.

“Profesor, kau di dalam?” Suaranya menggema, mencoba mencari sosok yang tak mampu di jangkau mata.

“Putri, kau kah itu?”

THE HALF BLOOD VAMPIRE (THBV)Where stories live. Discover now