6. Butterfly

417 92 30
                                    


I wanna stop time
When this moment is done
Would it be like a fantasy
Would I forget you
I’m afraid afraid afraid

Butterfly, like a Butterfly

-



Ntah karna lelah menangis atau lelah karna seharian ia tidak istirahat sama sekali, Jieun tertidur dalam rengkuhan Jungkook, perlahan Jungkook mengangkat tubuh mungil Jieun dan memindahkannya ke dalam mobil.

" bang, Lee Jieun, pekerja paruh waktu lo hari ini izin. Dia sakit " telfon Jungkook pada seseorang setelah duduk dikursi kemudi.

" lo kenal sama dia? " jawab orang sebrang dengan nada terkejut.

" dia... " jeda Jungkook;

" cewek gua. " lanjut Jungkook langsung mematikan telfon sepihak. Dan langsung mengantarkan Jieun pulang.








-------

Sayup-sayup terik matahari menembus jendela kamar besar berdominan warna hitam dan abu-abu itu, aroma maskulin menyeruak kedalam indera Jieun, membangunkan atensinya dengan perlahan menatap kamar yang nampak asing, sedikit terjingkat saat memori m...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sayup-sayup terik matahari menembus jendela kamar besar berdominan warna hitam dan abu-abu itu, aroma maskulin menyeruak kedalam indera Jieun, membangunkan atensinya dengan perlahan menatap kamar yang nampak asing, sedikit terjingkat saat memori mulai terkumpul menyadari bahwa ini bukanlah kamarnya.

Berbagai macam pikiran negatif muncul dibenaknya yang kemudian menyingkap selimut abu-abu tebal nan besar itu, menyadari bahwa pakaiannya masih utuh dan masih pakaian semalam yang ia kenakan. Suara bising diluar kamar menyita perhatiannya. Perlahan ia menuruni kasur king size itu dan menuju pintu kamar membukanya perlahan.

" jika anda datang tanpa keperluan yang penting, silahkan pergi dari rumah saya. " tegas Jungkook kepada seorang wanita paruh baya dengan pakaian serba glamournya.

" aku hanya meminta kamu berhenti menghasut suamiku, anakku juga berhak atas perusahaan itu. " kukuh sang wanita paruh baya itu.

" sudah berapa kali saya katakan. Bahwa saya tidak pernah menghasut atau bahkan meminta hak tentang perusahaan! Itu semua kemauan ayah! " tegas Jungkook.

" saya bahkan ragu bahwa anak anda dapat dengan baik memegang kendali perusahaan jika kerjaannya hanya menghamburkan uang, kuliah gak jelas, seks bebas, sama sampahnya seperti anda. " lanjut Jungkook yang dihadiahi tamparan keras dipipi kirinya oleh wanita itu yang langsung meninggalkan rumah Jungkook tanpa sepatah katapun.

Dengan keterkejutan masih menutup mulutnya dengan tangan mungilnya Jieun memilih memasuki kamar dan menutup pintu berjalan perlahan ke tempat tidur dan terduduk diujung kasur dengan tangan masih menutup mulutnya. Sampai beberapa saat kemudian ia mendengar pintu kamar terbuka, Jieun mencoba menetralkan ekspresinya.

" lo baru bangun? " tanya Jungkook yang memasuki kamarnya dan berjalan kearah Jieun.

" i-iya " jawab Jieun mencoba menyembunyikan keterkejutannya perihal kejadian yang ia saksikan beberapa saat lalu.

" kemarin gua udah anter lo sampe rumah, Cuma gua gatau gimana masuknya rumah lo dikunci, dan gua udah gedor-gedor tapi keknya kakek se-nyenyak itu tidurnya. Yaudah lo gua bawa kerumah gua, gua juga ga tega bangunin lo. " ujar Jungkook panjang lebar sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal dengan sedikit cengiran diakhir.

" makasih " balas Jieun tulus.

" i-itu pipi kiri lo kenapa merah? " lanjut Jieun bertanya pura-puta tak tau.

" oh? Merah emang? Perasaan lo aja kali. " bohong Jungkook sambil menyentuh pipi kirinya.

" gada matkul? Kakek ga nyariin? " tanya Jungkook seakan mencoba mengalihkan obrolan.

" sekarang minggu. Ini gua mau pulang. " jawab Jieun keluar kamar diikutin Jungkook dibelakangnya.

" gua anterin. Lo gak mandi atau makan dulu? " tanya Jungkook setelah mereka berdua sampai diruang tamu.

Jieun menoleh kearah dapur yang terlihat kosong, tungkainya beranjak ke dapur yang sangat elegan dengan mini bar yang menghiasinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jieun menoleh kearah dapur yang terlihat kosong, tungkainya beranjak ke dapur yang sangat elegan dengan mini bar yang menghiasinya.

Ditolehnya kompor tanpa adanya gas elpiji, mini bar tanpa adanya piring, sendok dan peralatan makan lainnya, tidak ada penggorengan dan spatula, dibukanya kulkas 2 pintu yang kosong hanya terisi air putih botolan dan beberapa susu pisang.

Atensi Jieun tak mendapati satupun makanan atau bahan makanan yang dapat dimakan dan diolah, bahkan sekedar beras tak ia temukan di lemari kecil atas dapur. Gula ataupun kopi sama sekali tak ia temukan. Yang ia berhasil temukan hanya debu yang sangat tebal tak wajar. Ditatapnya sang pemilik rumah dengan tatapan datar terkesan miris.

" jadi selama ini lo makan apa? " tanya Jieun.

" Go Food? Makan diluar? " jawab Jungkook santai.

" dan lo nawarin gua makan? " skak Jieun.

" kita bisa Go Food? " jawab Jungkook polos.

Jieun mendengus kasar, " ngga usah makasih. Gua juga mau mandi di rumah. Lo gak mungkin punya baju cewekan? "








--------






" gua gak bisa mampir, ada urusan, titip salam buat kakek aja. " ucap Jungkook setelah mobilnya sampai didepan pelataran rumah Jieun.

" iya. Makasih. " ucap Jieun sambil membuka cepat pintu mobil dan lari keluar terbirit-birit setelah mengecup singkat pipi kiri Jungkook setelah mengucapkan ucapan terimakasih nya.

Bagaikan statue, Jungshook terdiam mencerna apa yang barusan terjadi padanya. Pipi kiri Jungkook yang awalnya perih akan tamparan keras yang ibu tirinya lakukan padanya mendadak normal seakan sembuh karna kecupan singkat Jieun, tanpa sadar tangannya menyentuh pipi kirinya sendiri sembari tersenyum mencoba meredakan gemuruh hati yang tak menentu.

Berbeda dengan Jieun yang sibuk merutuki kebodohannya dibalik pintu rumahnya, dia sendiri tak tau mengapa ia melakukan itu tubuhnya seakan bergerak sendiri melakukannya, yang ia fikirkan mungkin dengan sedikit kecupan pipi Jungkook akan segera sembuh, ya, anggap saja bahwa dia sudah gila. Dengan mengigit bibir bawahnya ia mencoba melihat keberadaan mobil Jungkook yang sudah meninggalkan pelataran rumahnya.

Tak dapat mengabaikan perasaan simpatinya terhadap Jungkook, melihat kejadian tadi pagi antara Jungkook dan ibu tirinya, Jungkook yang berbohong akan pipi kirinya memilih menyembunyikan dan memendamnya sendiri juga melihat keadaan dapur Jungkook yang tak wajar. Jieun tak bisa mengabaikan perasaannya, perasaan yang muncul tiba-tiba, masih tak yakin bahwa itu cinta, ia berpesan pada dirinya bahwa itu hanya simpati semata.


















e u p h o r i a  ーjjkWhere stories live. Discover now